Mohon tunggu...
Yuhesti Mora
Yuhesti Mora Mohon Tunggu... Dosen - Pecinta Science dan Fiksi. Fans berat Haruki Murakami...

Menulis karena ingin menulis. Hanya sesederhana itu kok.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menebak Isi Pikiran Siswa Melalui Coretannya di Atas Meja

3 Januari 2019   21:56 Diperbarui: 3 Januari 2019   22:02 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Setelah 14 tahun meninggalkan bangku sekolah menengah, saya berkesempatan untuk kembali ke sekolah yang sama sebagai wali pada suatu pagi yang cerah di bulan Juni.

Pada saat termangu, menunggu pembagian raport adik, saya memperhatikan coretan di meja pada bangku yang saya duduki. Saya perhatikan coretan itu tidak hanya ada pada satu meja itu namun ada di semua meja yang ada di ruang kelas dan saya yakin ia pun ada di semua meja di semua ruang kelas. (Apakah di sekolahmu juga sama?)

Saya ingat ketika masa sekolah dulu ketika datang sejumlah bangku dan meja baru, salah seorang guru saya mengingatkan untuk tidak mencoret-coret meja yang masih bersih tanpa dosa itu. Tetapi dasarnya tangan-tangan siswa yang memang lapar kreativitas itu tidak bisa ditahan nafsunya maka tidak menunggu lama meja baru itu pun harus merelakan dirinya bertato.

Masih sambil menunggu pembagian raport itu di sebuah ruang kelas yang sebut saja ruang kelas Z. Saya menebak-nebak apa yang siswa pikirkan ketika mencoreti meja ini dengan mengingat-ingat isi pikiran saya semasa menjadi siswa.

Jika diperhatikan, coretan-coretan di semua meja yang tampaknya abstrak itu mempunyai pola baik tipe maupun motifnya. Meskipun tidak sama tetapi kita bisa mengkategorikannya ke dalam beberapa tipe yaitu

  1. Aktualisasi diri. Coretan tipe pertama ini termasuk penulisan nama serta tanda tangan. Barangkali yang menulis ingin meninggalkan jejak atau mengukuhkan dirinya.
  2. Bullying. Coretan tipe kedua adalah penulisan nama orang tua teman dan umpatan. Yang menulis bermaksud untuk menjahili teman.
  3. Kode Cinta Monyet. Coretan nya akan berupa tanda love yang berisi nama dan pasangan.
  4. Kreativitas salah tempat. Coretannya akan berupa kartun, bentuk-bentuk, word art atau lukisan.
  5. Contekan Ujian. Coretan nya akan berupa kalimat satu paragraf atau rumus-rumus.
  6. Tanda-tanda kebosanan. Coretannya akan berupa coretan abstrak seperti benang kusut, garis-garis tak lurus dan sebagainya.

Kalau dipikir-pikir orang-orang dewasa juga punya kecenderungan motif yang sama seperti itu, bukan? Namun kita tidak akan menemukan coret-coretan di atas meja kerja kantor. Kenapa ya?

Satu, pendewasaan. Gaya pemikiran siswa dan orang dewasa itu berbeda. Oleh karena itu orang dewasa punya pendekatan yang berbeda untuk mengatasi nafsu dan rasa bosannya.

Dua, orang dewasa punya banyak media/cara untuk mengaktualisasikan dirinya, menuangkan kreativitasnya dan menyatakan cintanya.

Lalu muncul rasa penasaran saya tentang bagaimana jika anak-anak diajari sedini mungkin untuk memiliki pendekatan yang berbeda untuk mengatasi nafsu dan rasa bosannya serta diperkenalkan media/cara mengaktualisasikan diri, menuangkan kreativitas dan menyatakan cintanya apakah itu bisa meminimalkan coretan di atas meja ruang kelas?

Dan lagi kalau di pikir-pikir kenapa cuma meja ruang kelas yang dicoret sementara meja di rumahnya sendiri tidak.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun