Mohon tunggu...
Travel Story

Jalan ke Seoul, Melihat Pohon Dibungkus Jerami

1 November 2016   16:46 Diperbarui: 2 November 2016   00:50 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Akhir tahun lalu, saya memutuskan mengambil liburan  Natalke Seoul, Korea Selatan. Mungkin gara-gara keseringan nonton drama Korea,apalagi pada masa jayanya  film "Boys Before Flowers", dan jatuhcinta dengan kimchi dan bulgogi yang dijual di Lotte Mart Kelapa Gading, sayajadi pengin ke Korea. Kebetulan saya ada teman yang bekerja disana, wah kenapatidak menengok Korea Selatan, toh saya tinggal beli tiket pesawat..penginapandi rumah teman, dan dijemput pula dari airport..jadi saya tinggal siapkan uang untukmakan dan jajan kimchi di negeri asalnya..yummy

Untungnya ada penerbangan langsung dari kota dimana saya tinggalke Seoul. Dengan  memakan waktupenerbangan hanya 5 jam, maka sampailah saya di negeri  yang gemar operasi plastik itu. Saya tidakmemiliki ekspektasi banyak  dalam rencana travelling  ke Seoul ini, sebenarnya. Saya hanya berniat membuang uneg-uneg kesedihan hati yang mendera saya saat itu, denganmembawa satu buku mewarnai dan aneka pensil warna sebagai bekal membuangkesedihan dan luka hati saya yang dalam.

Sampai di Incheon airport, saya disambut senyum lebar teman saya yang menjemput saya, selagi ia juga sekalian  menunggu keponakannyayang juga datang berkunjung hari itu. Nampaknya Seoul merupakan tempat menarikbagi siapapun yang ingin berlibur atau meredakan gejolak jiwa seperti saya.Hawa dingin Seoul terasa menusuk sumsum tulang saya, meskipun salju sudah cair,sepatu boot yang saya beli, ternyata tidak cukup kuat  menahan dinginnyaSeoul di bulan Desember.

Sesampai di rumah teman saya, saya disuguhi teh kulit jeruk lemon panas dengan madu, yang rasanya luar biasa menghangatkan badan saya yangkedinginan, saya habis bercangkir-cangkir tanpa malu, karena rasanya sungguhmembuat saya jatuh cinta. Kulit jeruk lemon diiris tipis-tipis dan dikeringkandicampur madu, ketika diseduh akan saya kenang selalu sebagai Seoul saya.

Saya sesungguhnya malas keluar rumahnya yang hangat, apalagiselimutnya menggunakan pemanas, membuat saya enggan keluar kamar. Tapi, apagunanya saya menghabiskan uang tiket hanya untuk pindah tidur saja, maka ketikaistri teman saya mengajak jalan-jalan bersama dua keponakannya, saya mengangguksaja..maka kamipun segera menjelajah kota Seoul , menuju istana yangmenurutnya, tempat menarik bagi turis asing. Sepanjang perjalanan menuju istanatersebut, saya berjalan kaki dengan mantel musim dingin yang saya beli 10 tahunlalu di Pasar Baru , melihat dan terpesona melihat rerumputan ditutup rapidengan karpet jerami kering, begitupun pohon-pohonan dibungkus rapat denganjerami. 

Menurut istri teman saya, kadang musim dingin di Korea Selatanbegitu dingin dan membuat tumbuhan beku, maka menjadi kebijakan pemerintahsetempat untuk menjaga pohon dan tanaman rumput bisa bertahan hidup pada musimdingin seperti itu adalah membungkusnya dengan jerami kering. Anehnya, sayamelihat banyak gadis Korea membiarkan kakinya yang putih berjalan kesana kemaritanpa stocking atau hanya stocking tipis, namun berjaket tebal, ditengah musimdingin dan anginnya yang kencang......Sungguh menarik. 

Harga yang mahal untukterlihat cantik bagi perempuan-perempuan muda di Korea Selatan, agar terlihatfashionable dan menarik, didalam cuaca dingin seperti ini.  Meskipunsama-sama dingin,  perempuan muda di  Jerman, dimana saya pernahtinggal selama beberapa tahun, lebih rasional karena masih menggunakan stockingtebal apabila musih dingin tiba  dpada musim dingin. Jadi untuk tahandingin, perempuan muda Korea  jauh lebih berani .

Karena hujan mulai turun, dan tangan saya mulai terasa bekuberjalan-jalan ke pasar tradisional, pertokoan di Seoul,, istri teman sayaakhirnya bertanya, apakah saya ada makanan asli Korea yang ingin saya cicipi.Serta merta saya jadi  terbayang bulgogi, hangatnya sup tahu pedas panas,kimchi dan iga bakar bungkus daun selada yang jadi favorit saya sewaktu sayatinggal di Los Angeles, dekat Korean Town. Maka  ia pun membawa saya dankeponakannya ke restauran di wilayah tua, penuh restauran lama Korea, yangnampaknya memang menyajikan masakan asli Korea.

Begitu duduk, saya tidak sabar minum ocha panas yang disajikan. Pemiliknyatidak  bisa bahasa Inggris sama sekali, maka menunjuk-nunjuk menu gambaradalah hal yang paling mudah dimengerti dengan istilah angka dengan menunjukjari satu untuk satu porsi...Uhf, untungnya istri teman saya sudah tinggal 1tahun di Seoul, sudah bisa bahasa Korea dasar. Dan itu sungguh membantu...Tapikalaupun tidak bisa bahasanya, saya yakin saya masih bisa survive dengan bahasaTarzan saya seperti waktu saya pergi berpetualang sendirian ke Porto diPortugal beberapa tahun silam. Dan benar..woalaah...semua makanan idaman saya tersaji di retoran itu dengansempurna..saya sungguh tidak menyesal dengan pilihan saya ke Korea Selatan kali ini...Rasanya memang luar biasa luar biasa!     

to be continued... dapat lamaran di Seoul..weleh-weleh....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun