Assalamu'alaikum Sahabat Kompasiana,
Bagaimana, teman-teman masih lelah? Pasti ya, tetapi pasti pula bahagia.Â
Luar biasa Kopdar pertama yang diselenggarakan oleh APKS yang didukung oleh PB PGRI Pusat. Terima kasih, atas upaya luar biasa yang dilakukan oleh Om Jay beserta 'pengikutnya' yang oleh Guru Blogger ini diistilahkan dengan Tim Solid. Benar, tanpa komitmen tinggi dari Tim istimewa ini, perhelatan Kopdar yang dilabeli Temu Penulis Nusantara tidak mungkin terwujud.
Bak gayung bersambut, ternyata kesetiaan dan solidaritas di antara anggota yang  umumnya terdiri dari para Blogger patut diacungi jempol. Bagaimana tidak, kegiatan nonkedinasan, yang dipandang serius ini dihadiri tidak kurang dari 170-an orang. Mereka ini berasal dari seluruh pelosok negeri, di antaranya dari Riau Pakanbaru, Lubuk Lingau, Bengkulu, Lampung, Jambi, Prabumulih, Manado, Makasar, Tanah Toraja, Kupang NTT, Lombok NTB, Malang, Surabaya, Jember, Kediri, Tulungagung (Jatim), Sala, Karanganyar, Klaten, Semarang Kota, dan Kabupaten (Jateng), Garut, Sukabumi, Banten, Tangerang, Bandung, dll (Jawa barat), di samping dari wilayah Jabodetabek, dan masih ada lagi yang mungkin lupa tidak bisa saya sebutkan.
Jika dilihat dari profesi, selain dari Guru (mulai TK, SD, SMP, dan SLA (SMA, SMK), ada juga Dosen, Penilik, Pengawas, Assessor, Jurnalis, Politikus, Pengusa, sampai Pensiunan. Jika ditilik dari usia mengagumkan, antara kawula muda, usia paruh baya, hingga yang dikategorikan Ulama (usia lanjut masih aktif), nampaknya imbang. Paling sepuh, Bu Tatik seorang Penerjemah Bahasa Perancis, usianya 80 tahun. Belum lagi jika ditelusuri keahlian atau keilmuannya. ada Sosiologi, Sejarah, Sastra, Bahasa dan Budaya, Bimbingan Konseling, Ekonomi, Psikologi, Matematika, TIK, Fisika, Biologi, dll. Sangat beragam.
Jika ditakar semangatnya, ada yang sampai membawa putranya yang masih orok, ada yang disertai suami dan keempat putra-putrinya yang masih kanak-kanak. Beberapa orang sampai ke Gedung Guru setelah melalui berbagai moda transportasi: dari kendaraan, beralih ke Bis, berganti Pesawat, pindah ke Taxi. tentu tidak sedikit beayanya, di samping lama waktu tempuhnya. Padahal mereka berbeaya sendiri, bukan penugasan, dan harus cuti. Sungguh, saya tidak bisa membayangkan dibandingkan dengan saya yang ternyata begitu mudah dan nyaman di perjalanan.Â
Semua hadir dengan satu tujuan, menyatukan langkah sebagai Penggerak Literasi. Menulis, menulis, dan menulis. Mulai dari pemula yang masih harus banyak belajar, hingga yang mendapat gelar Guru Blogger, Bu Kanjeng, sampai Ulama. Tiga yang disebut terakhir, menulis bukan saja menghasilkan pundi-pundi, tetapi menulis adalah healing, refreshing.
Pertemuan yang baru pertama kali diselenggarakan ini, ternyata tidak menghalangi keakraban di antara peserta. Seakan mereka telah lama mengenal, bersahabat, dan bertemu setelah berpisah lama karena Pandemi. Padahal sebagian besar belum saling mengenal. Perkenalan yang dimulai dari dunia maya berlanjut, hingga bisa bersemuka dalam acara Temu Penulis Nusantara.
Tema yang dicanangkan dan terpampang di Backdraw, Bangkitlah Indonesiaku, Dengan Karya Kita Bisa agaknya mampu menyihir semua peserta. Kata-kata ampuh ini mampu mengikat kuat semangat dan motivasi untuk berkarya (terus menulis). Menulis, dan menulislah setiap hari, kemudian lihatlah apa yang terjadi. Semboyan berbau filsafat yang benar-benar maujud karena tekad dan kemauan untuk berkarya.Â
Menulis akan menjadi warisan abadi. Dan pada gilirannya akan mampu mengubah dunia. Mencerdaskan Generus (Generasi Z), memakmurkan Negeri, mengangkat Martabat Bangsa. Wallahu'alam bissowab.Â
Salam Literasi! Wassalamu'alaikum,