Assalamu'alaikum, Halo Sahabat Kompasiana, semoga sehat sejahtera.
Sahabat Kompasiana, membaca artikel tentang lansia saya jadi ingin turut menuliskan pandangan saya. Pada umumnya usia 60 sudah dikategorikan lansia. Meskipun di usia 50 tahunan ke atas  bisa juga dikategorikan sebagai lansia jika terdapat tanda-tanda udzur, misalnya pelupa, mulai pikun, renta karena terganggu kesehatannya secara menetap, seperti penderita stroke, diabet, dsb.Â
Selain dari penyakit dan kondisi psikis, lansia sering juga dikategorikan pada mereka yang berjalannya tertatih-tatih, buyutan (semacam Parkinson), keriput, peyot, dsb. Pokoknya kelihatan tua, dan kadang ditandai dengan ketika beraktivitas memerlukan bantuan atau pendamping.
Tidak salah jika dikatakan mereka ini kembali seperti anak kecil. Biasanya, minta diperhatikan, banyak permintaan (yang aneh-aneh, dan kadang minta segera dipenuhi), minta dilayani, mudah tersinggung, suka ngambeg, dan sebagainya yang sering disebut dengan rewel. Tetapi tidak semua lansia seperti itu, karena banyak pula kita temui lansia yang bahkan sudah sangat lanjut masih bisa beraktivitas secara normal laiknya orang yang berusia < 50 tahun.
Sebaiknya kita bisa memahami mereka. Seperti apapun mereka, Lansia adalah orang-orang yang pernah berjasa pada kehidupan kita. Mereka dulu juga beraktivitas seperti kita ketika masih muda. Bekerja, berusaha, berkarier untuk memenuhi kebutuhan jasmani maupun rohani dirinya dan keluarganya (anak, isteri, dan mungkin orang lain yang tinggal bersama keluarganya).
Jika kita bisa seperti sekarang ini, memang karena 'perjuangannya'. Maka tidaklah pantas jika kita tidak membalas budi. Apalagi jika sampai bertindak kasar, dan atau menelantarkannya.
Sama seperti anak-anak kita, yang masih selalu membutuhkan kita, perhatian maupun pemenuhan kebutuhan hidupnya (baca: pangan, sandang, papan, hiburan, pendidikan, dsb). Nah, sekarang ini mereka membutuhkan kita. Â Bukankah hidup ini merupakan siklus? Tumbuh di rahim Ibu, lahir, tumbuh kembang dari anak-anak, remaja, akhirnya dewasa, dan menjadi tua, lalu mati?).Â
Mengapa jika sekarang orang tua kembali menjadi seperti anak-anak dan membutuhkan kita, kita merasa berat? Bahkan ada anak yang merasa terganggu dengan keberadaan mereka di sekitarnya. Pantaslah jika Allah menghukuminya sebagai perbuatan durhaka. Perilaku tercela yang pasti akan menuai akibatnya.
Lansia tidak selayaknya menerima perlakuan buruk dari orang-orang di sekitarnya, lebih-lebih jika itu anak-anaknya atau keluarga dekatnya. Pada umumnya, kebutuhan jasmani mereka sudah terbatas baik karena penyakit maupun usia yang tidak lagi memiliki selera.
Kebutuhan paling mendasar buat mereka ini adalah perhatian. Dihargai, dihormati, didengarkan, ditemani, sesekali dilayani, dirawat, diperlakukan dengan penuh kasih sayang, pokoknya diperhatikan keinginannya dan kebutuhannya. Maka diperlukan kesabaran, keikhlasan hidup bersama mereka.Â
Bagi mereka yang bisa bersikap baik pada para Lansia ini, Allah menjanjikan pahala besar dan surga. Saya sendiri merasakan, doa mereka mengalir deras untuk kami. Kehidupan menjadi mudah. Kesejahteraan dipenuhi oleh-Nya. Jauh dari musibah. Ridlo-Nya bergantung pada Ridlo orang tua kita.Â