Mohon tunggu...
Hendi Rukmana
Hendi Rukmana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Kumpulan goresan agar tidak terbuang dan tercecer. Rekam jejak manusia biasa-biasa saja. Nyaris berada pada titik zenith dan nadir. Sekarang mencari jalan untuk kembali dalam Episode Senja. http://www.dalamberita.top

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Orang Suci yang Benar dan Orang Tidak Suci yang Benar

11 Juli 2011   11:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:45 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi tadi pecah oleh celoteh orang suci yang benar dan orang tidak suci yang benar. Dan aku bertanya, manakah yang benar diantara kedua orang yang merasa benar ini. Lalu apakah benar mampu menunjukkan kebenarannya sendiri. Ataukah benar, benar-benar terlihat nyata. Aku tak tahu, karena apakah sesungguhnya kebenaran itu sendiri?

Kawan, pernah kudengar dari Emha Ainun Najib tentang kebenaran. Mungkin patut kita simak juga. Mungkin ada kekurangannya. Namun tetaplah  ada kebenaran disana. Menurutnya, ada 3 jenis kebenaran.

1. Kebenaran Pribadi

Hadir ketika seseorang dengan akal dan pikirannya sendiri memutuskan sesuatu itu benar atau tidak.  Tak ada yang salah pada tingkat kebenaran ini.  Hanya saja kebenaran diri sendiri terkadang terjebak dengan Egois. Karena ketika berhenti dengan kebenaran sendiri maka kita tidak bisa menemukan kebenaran yang lain.

2. Kebenaran Orang Banyak

Berasal dari gabungan kebenaran pribadi, yang kemudian di yakini bersama-sama kebenarannya.  Beberapa orang yang sepakat dengan suatu kebenaran sehingga memutuskan hal tersebut benar atau tidak secara bersama-sama. Hampir mendekati dengan istilah demokrasi yang didengung-dengungkan selama ini. Hanya saja, ketika kebanyakan orang memutuskan apakah sesuatu itu benar atau tidak, malah bisa membiaskan arti kebenaran itu sendiri. Bahkan merubah arti sesungguhnya yang melekat pada kebenaran itu. Maka tahapan kebenaran ini pun harus merujuk kepada tahapan kebenaran selanjutnya. Yaitu,

3. Kebenaran Hakiki

Tingkat kebenaran yang terus di debat oleh Kebenaran orang banyak (karena  2-3 orang bisa memiliki kebenarannya sendiri). Padahal kebenaran hakiki sesungguhnya tidak bisa diperdebatkan, kecuali atas kepentingan-kepentingan orang banyak.  Kebenaran hakiki lahir dari hati sanubari terdalam. Ia ada dalam hati kita masing-masing. Hanya saja terkadang tertutup oleh kebutaan hati dan pikiran. Kebenaran Hakiki lahir dari hakikat keberadaan manusia. Ia melalui tahapan kebenaran pribadi dan kebenaran orang banyak, berinteraksi begitu mendalam sehinggu menimbulkan makna yang hakiki, yang sebenarnya telah dituliskan jauh sebelum kita ada. Luas melampui akal dan pikiran sederhana manusia.Dan sekali lagi tetap saja terus diperdebatkan oleh kebenaran orang banyak.  Sesungguhnya kebenaran hakiki adalah kebenaran yang absolut. Walau apapun mencoba menutupinya. Ia hanya hadir dalam sanubari yang penuh damai.

Lalu saya bertanya dalam hati. Apakah saya sudah berada pada kebenaran yang hakiki? Ah kawan, aku tak lebih manusia biasa. Inipun pertanyaan pribadi tentang banyak hal yang diperdebatkan. Yang kutahu kebenaran hanya pada sang Pencipta yang telah di Firmankan dalam Al Quran. Lalu  di contohkan penerapannya  oleh Baginda Nabi.  Mungkin sahabat punya kebenaran hakiki sendiri yang menggumpal sebelumnya dari kebenaran sendiri dan kebenaran orang banyak.  Mari jaga kebenaran masing-masing dalam koridornya.

Mari Luangkan waktu sejenak untuk memperbaiki niat. Melapangkan hati. Meluaskan pikiran, dan senantiasa mencari kebenaran hakiki. Tanpanya, kita seperti mengolok-olok hidup dan memutar balikkan fakta. Tanpanya kita hanya menjadi provokator kebenaran-kebenaran sendiri dan orang banyak. Mari mencari kebenaran-kebenaran hakiki dalam hidup kita. Semoga lebih berarti dan penuh makna.

Salam Bahagia Kawan.....

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun