Mohon tunggu...
Ruslan H
Ruslan H Mohon Tunggu... -

Technology Enthusiast, sms : 0881-136-5932

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Negara Ini Kaya Tapi Rakyatnya Kelaparan Terpaksa Menyantap Anjing dan Kucing

25 Mei 2016   14:55 Diperbarui: 25 Mei 2016   22:47 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerusuhan di Caracas, Venezuela (sumber: www.rt.com)

Krisis kemanusiaan sedang menunggu bubble yang meletus di Venezuela. Semenjak beberapa tahun belakangan ini perekonomian Venezuela makin hancur. Venezuela negara petro dollar dengan cadangan minyak terbesar di dunia, melebihi Arab Saudi. Negara yang berdiri di atas cadangan minyak melimpah ini di hari hari belakangan ini harus mengalami pemadaman listrik bergilir. Pegawai negeri dikurangi jam kerjanya untuk menghemat. Harga minyak yang terjun bebas belakangan ini membuat Venezuela kekurangan uang. Negara ini sangat bergantung pada ekspor minyak. Negara ini menggantungkan pendapatan negara dari ekspor minyak. Kekeringan yang melanda negara itu menambah penderitaan. Bendungan  hydro-electric kehabisan air untuk memutar turbin dan mengakibatkan pasokan listrik sangat kurang.

Hugo Chavez yang populis menjadi presiden Venezuela dari tahun 1999 dan meninggal tahun 2013 mewariskan ekonomi yang morat marit. Nicholas Maduro yang tadinya wakil presiden sekarang menggantikan menjadi presiden. Penderitaan rakyat Venezuela akibat salah urus negara ini kelihatannya masih panjang. Nilai tukar mata uang Venezuela (Bolivar) terhadap US Dollar jatuh. Terjadi inflasi besar besaran sampai 700%. Barang kebutuhan pokok tidak tersedia. Rak di toko toko kosong melompong. Obat obatan tidak teredia. Bahkan terdengar khabar untuk mengisi perutnya rakyat Venezuela mulai memburu anjing dan kucing di jalanan. Burung merpati untuk memperindah taman juga menjadi sasaran rakyat yang kelaparan. Penjarahan terjadi dimana mana. Pembunuhan warga meningkat.

Sebelum ini Venezuela adalah negara yang bisa dibilang makmur. Cadangan sumber daya alam besar. Jumlah penduduk tidak terlalu banyak, hanya sekitar 30 juta jiwa. Jaman Hugo Chavez menjadi presiden diikuti kebijakan kebijakan populis untuk menarik hati rakyat. Segala macam kebutuhan masyarkat disubsidi pemerintah. Perumahan, pendidikan, kesehatan, bahan bakar semuanya murah. Harga bensin di Venezuela adalah terendah di dunia. Kalau dikurs ke rupiah sekarang in tidak sampai dua ratus rupiah per liternya. Perusahaan perusahaan dinasionalisasi, meskipun setelah itu cuma menghasilkan kerugian saja.

Pemandangan ribuan orang menyerbu toko ini  mengingatkan kita pada kondisi Indonesia di tahun 1998 menjelang kejatuhan Pak Harto. Krisis moneter yang diikuti dengan krisis ekonomi membuat bisnis macet.  Nilai rupiah yang jatuh terhadap dollar Amerika membuat harga harga menjadi mahal, karena banyak komponen impor nya. Kejadian mengenaskan ini mudah mudahan tidak akan terjadi lagi di Indonesia. Perusahaan perusahaan banyak yang gulung tikar. Rakyat menjadi miskin mendadak.

Indonesia harus waspada

Kejadian di Venezuela ini meskipun jaraknya puluhan ribu kilometer dari Indonesia tapi tetap saja kita harus waspada. Ketika nanti perekonomian Venezuela ambruk, maka efeknya bisa mendunia. Di  jaman modern ini perekonomian di seluruh dunia adalah terhubung satu dengan yang lain. Pemerintah harus mempelajari kemungkinan kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi dan mempengaruhi perekonomian Indonesia. Sebagai contoh waktu terjadi krisis subprime mortgage di Amerika tahun 2008 maka bank di Iceland yang lokasinya dekat kutub utara pun terkena efeknya.Sedangkan di Indonesia efeknya menular ke Bank Century yang kalah kliring dan menjadikan keributan politik dengan tuduhan adanya skandal bailout.

Keruntuhan ekonomi suatu negara akan menimbulkan krisis kemanusiaan. Rakyat yang seharusnya kaya dengan SDA nya, sekarang malah harus miskin dan memakan apa saja yang ada untuk mengganjal perut. Negara dengan SDA minyak terkaya di dunia pun bisa terjerembab dalam krisis ekonomi. Populisme yang dijalankan pemimpin negeri hanya akan memberi manfaat artifisial sebentar dan kemudian diikuti kehancuran ekonomi. Semoga ini menjadi inspirasi bagi pemimpin bangsa untuk berhati hati dalam membuat kebijakan. Nasib rakyat berada di tangan pemimpin bangsa.

===End

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun