[caption caption="Citizen Journalist (source : gigaom)"][/caption]Jumlah anggota Kompasiana cukup banyak, mencapai ratusan ribu orang. Tidak semua orang berpikiran sama tentang bagaimana seharusnya format Jurnalisme Warga yang ideal. Mereka mem-post artikel-artikel yang dianggap cocok. Membaca dan berinteraksi mengenai topik yang disukai. Semua punya bayangan sendiri tentang format idealnya. Pihak pengelola mempunyai gambaran idealnya sendiri tentang situs jurnalisme warga ini. Karena itulah perbedaan-perbedaan yang ada di pikiran masing-masing orang adalah sesuatu yang tak terhindarkan. Tidak mungkin diseragamkan untuk memenuhi keinginan seluruh orang.
Pertanyaan yang mengemuka selanjutnya adalah apakah sebaiknya Kompasiana mengurangi porsi opini dan memperbanyak porsi reportase warga. Reportase warga dianggap ruh dari Citizen Journalism. Sebetulnya jurnalisme warga yang murni reportase warga itu akan sulit ada. Ia merupakan gabungan reportase dan opini. Masing-masing mempunyai penilaian sendiri, baik itu dari pengelola dan kontributor.
Sekarang kita lihat interest dari sisi pengelola. Dalam hal mengatur user generated content ini pengelola berfungsi sebagai 'content strategist'. Dia berhak memberi penekanan ke arah sisi reportase atau ke arah sisi opini. Reportase aktual dari firsthand reporter di TKP akan menaikkan pamor dari situs jurnalisme warga yang dikelolanya. Artikel-artikel seperti ini akan dipandang menguntungkan. Pantas untuk diberikan tempat Headline. Pengelola akan membuat perbandingan relatif untuk meng-kuantifikasi nilai artikel tersebut. Dibuat estimasi ongkos yang mesti dikeluarkan untuk mengirim reporter meliput berita itu sendiri. Biaya transport, penginapan, makan dan uang saku kalau dihitung bisa menghabiskan puluhan juta rupiah jika TKP yang harus dilihat itu di luar negeri, misalnya Gurun Sinai. Karena itu wajar jika pengelola lebih menghargai reportase tangan pertama seperti ini.
Dari sisi kontributor artikel, mereka punya motivasi sendiri. Satu dengan yang lain tidaklah harus sama. Itulah eloknya user generated content. Di sini berkumpul berbagai macam kepala dengan motivasi berbeda-beda. Interest dari kontributor bisa saja tidak selaras dengan pengelola. Tidak semua kontributor bersedia dijadikan reporter secara sukarela. Menjadi reporter dengan mengejar berita itu membutuhkan waktu, tenaga dan uang. Tidak semua bisa menyediakan ini.
Pada saat-saat tertentu bisa saja kontributor ini berada pada lokasi yang memungkinkan memberi reportase untuk Kompasiana. Dalam kasus ini interest kontributor dan pengelola kebetulan nyambung. Masalahnya kebetulan seperti ini mengandalkan 'luck'. Tidak bisa diharapkan terjadi terus-menerus. Karena itu, interest pengelola mendapatkan reporter tangan pertama di lapangan ini tidak akan selalu bisa terpenuhi. Maka artikel opini akan menjadi penambalnya.
Beberapa orang mungkin masih terpesona dengan kesuksesan situs OhMyNews di Korea Selatan yang berhasil menggalang warga untuk berpartisipasi menjadi Citizen Journalist. Situs OhMyNews (OMN) ini didirikan pada tahun 2000 di Korea Selatan. Mendapat sambutan besar warga dan mereka berbondong-bondong menjadi Citizen Journalist. Memberikan reportase ke OMN. Melihat gelagat keberhasilan ini, OMN berekspansi ke Jepang pada tahun 2006 dan gagal. Di tahun 2010 OMN berubah menjadi blog yang membahas masalah Citizen Journalism.
Kita harus hati-hati mencontoh business model tahun 2000 yang lalu. Lingkungan bisnis dan teknologi sangat berbeda beberapa tahun kemudian. Tahun 2000 adalah puncak euforia internet yang kemudian diikuti malapetaka dotcom di tahun itu juga. Di tahun itu bisa nampang di situs OMN adalah sesuatu yang luar biasa. Jaman masih belum ada FB, Twitter, WordPress dan lain-lain media sosial buat meng 'eksis' kan diri. Karena itu tampil di situs OMN membuat reportase merupakan kebanggaan tersendiri. Dianggap merupakan bayaran yang sepadan untuk jerih payah membuat reportase. Itulah bahan bakar yang membuat orang berbondong-bondong secara sukarela menjadi Citizen Journalist.
Kemajuan teknologi membuat model bisnis digital menjadi cepat usang. Orang tidak lagi menganggap luar biasa jika tampil di situs Jurnalisme Warga seperti OMN itu. FB, Twitter, WordPress dan media sosial lain belakangan banyak tersedia. Orang menjadi tidak bergairah lagi menjadi reporter jurnalisme warga. Bayaran yang diberikan dengan hadiah berupa nampang di situs Citizen Journalism dianggap tidak lagi sepadan dengan tenaga yang dikeluarkan.
Tidaklah aneh Citizen Journalism sekarang ini banyak dipenuhi dengan artikel opini. Artikel opini ini dianggap bisa mendongkrak personal brand dari kontributor. Menjadi 'Opinion Leader' dianggap lebih berharga daripada menjadi 'Firsthand Reporter'. Jaman memang berubah seiring kemajuan teknologi. Yang diperlukan adalah adaptasi supaya tiak tergilas kemajuan jaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H