Mohon tunggu...
Ruslan H
Ruslan H Mohon Tunggu... -

Technology Enthusiast, sms : 0881-136-5932

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Riuh Rendah Medsos Menjelang Pilgub

2 Mei 2016   14:30 Diperbarui: 2 Mei 2016   14:46 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gbr : www.eventbrite.com

Traffic data internet menjelang pilkada ataupun pilpres pasti melonjak tajam. Orang orang beradu argumentasi lewat situs situs media sosial. Ada berbagai macam motivasi yang mendasari. Ada yang merasa panggilan ideologi, ada juga yang tangannya gatal untuk menuliskan sesuatu untuk menyampaikan jalan pikiran ataupun menyangkal pendapat yang dianggap cenderung menyesatkan. Perang gagasan di media virtual ini baru marak dua dekade belakangan.

Perkembangan teknologi khususnya internet mengalami kemajuan pesat sejak dua dekade yang lalu. Pada saat internet masuk Indonesia pada sekitar pertengahan dekade 90 an sambungan internet yang  tersedia adalah dial up networking. Kecepatan intrenet cuma 10 ~ 30 kilobit per second (Kbps). Koneksi kecepatan rendah ini hanya bisa digunakan untuk kirim dan terima email dan membuka situs sederhana. Pada dekade 90 an akhir situs yang terbilang setara dengan media sosial sekarang ini adalah forum sederhana dan mailing list yang dikelola oleh egroups. Waktu itu juga ada saluran newsgroup yang cocok untuk internet kecepatan rendah.

Pada awal awal tahun 2000-an di belahan dunia lain sudah muncul koneksi broadband berupa DSL, tapi koneksi yang agak cepat ini belum masuk ke Indonesia.  Mulai muncul bisnis penyewaan internet berupa warung internet (warnet) yang mengacu pada pendahulunya yaitu wartel. Munculnya warnet pada masaini turut memperkenalkan internet ke masyarakat Indonesia sehingga pengguna internet naik dari tahun ke tahun.

Penggunaan intenet masih menggunakan perangkat stasioner. Komputer diletakkan di meja dalam suatu ruangan, kemudian disambung ke modem yang ditancapkan ke jack telepon PSTN. Karena itu pengguna internet terpaksa harus terpaku pada meja tertentu untuk mengakses internet. Pada masa ini pengguna internet kebanyakan adalah orang orang kantoran yang menggunakan fasilitas internet yang dimiliki kantor.

Tahun 2001 GPRS mulai masuk ke layanan telepon selular Indonesia, dimulai dengan IM3. Layanan GPRS ini membuka cakrawala baru pada koneksi internet di Indonesia. Internet yang tadinya hanya terpaku pada kabel sekarang ada alternatif mobile internet. Internet bisa juga diakses menggunakan laptop yang dikoneksikan dengan wireless modem GPRS. Kecepatannya mulai meningkat menjadi 56 ~ 114 kbps. Kecepatan ini sudah lebih tinggi dari dialup connection. Sementara itu ADSL juga mulai diperkenalkan oleh Telkom.

Munculnya HP yang bisa digunakan untuk mengakses internet membuat pertambahan pesat jumlah pengguna internet. Warnet mulai ditinggalkan dan satu per satu mulai tutup. Blog dan media sosial mulai digunakan untuk menulis berita alternatif. Jadi publik tidak melulu dicekoki berita dari surat kabar mainstream. Politik mulai menyusup memanfaatkan media internet ini. Tak terkecuali Kompasiana juga digunakan penggiat politik untuk mempengaruhi opini publik.

Pada awal tahun 2010 terdapat sekompok orang yang bernafsu untuk menjungkalkan SBY -  Boediono melalui kasus bailout Bank Century. Kompasiana ini juga dipakai untuk membuat artikel tendensius untuk menyerang SBY -  Boediono. Ada sebuah akun penyerang yang melaksanakan tugasnya dengan sistematis dan agresif. Dia menghadang di depan untuk add friend pada akun yang baru mendaftar yang nantinya akan digelontor dengan artikel2 nya. Dia mendapat supply bahan yang relevan dari kelompoknya. Melakukan framing dari berbagai berita untuk menjatuhkan.

Dengan semakin majunya internet dan gadget ini, semakin banyak orang yang terlibat dalam medsos. Situs situs medsos bisa diakses kapan saja tanpa memerlukan waktu khusus memelotori komputer di kantor atau warnet. Medsos juga menjadi semakin seksi di mata para penggiat politik. Medsos adalah sarana mudah tapi efektif untuk menggiring opini publik. Bermunculan para cyber army yang bertempur ide di medan perang medsos ini.

Istilah cyber army ini dimunculkan salah satu petinggi partai ketika partainya dirundung masalah korupsi. Pimpinan tertinggi partai diciduk KPK. Peristiwa ini mencoreng nama partai.  Padahal sudah mendekati pemilu. Karena itu petinggi partai ini mencari jalan untuk menutupi aib tersebut. Jalan yang ditempuh adalah merekrut cyber army untuk melawan balik pembusukan partai akibat peristiwa aib tersebut. Anggota cyber army ini diyakini bisa memulihkan nama baik partai. Maka bermunculanlah akun akun baru dari cyber army ini di jagad medsos, termasuk di kompasiana.

Berlanjut ke pilgub DKI 2012, terus ke pilpres 2014, peran cyber army ini semakin penting. Pasukan cyber army ini selain menjadi produsen berita berita hoax juga berfungsi sebagai cheerleader. Pertempuran antar pendukung yang berseberangan menjadi semakin sengit. Buat situs medsos itu sendiri menjadikan traffic yang meningkat. Ranking alexa membaik.  Ini adalah keuntungan tersendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun