Meskipun tidak salah Indonesia memasukkan Coding sebagai kurikulum pendidikan, harus diingat bahwa jaman sekarang ini bukan jaman keemasan Coding. Tidak usah diharapkan terlalu muluk dengan melimpahnya tenaga kerja yang bisa Coding. Jaman-jaman Steve Jobs mengeluarkan personal computer-nya pertama kali mungkin bisa dikatakan bahwa ahli coding itu adalah sesuatu yang luar biasa.
Dengan membanjiri SDM coding untuk Indonesia, tidak akan otomatis bisa mengangkat Indonesia menjadi produsen aplikasi. Produk software top yang diciptakan di dunia ini merupakan buah dari kreativitas entrepreneur. Diperlukan entrepreneur yang menggeluti dunia digital yang menggerakkan bisnisnya. Boleh saja entrepreneur ini tidak mengerti Coding, yang penting kemampuan bisnisnya jago.
Coding adalah pekerjaan digital, menyusun kode software. Tidak perlu investasi infrastruktur pabrik di lokasi seperti pabrik sepatu yang Nike. Kompetisi harus bertarung pada level dunia. Pekerjaan programmer di negara-negara India atau China akan diadu dengan programmer Indonesia, kompetisi akan menjadi sangat ketat. Harga SDM akan banting-bantingan ke tingkat rendah. Karena itu, siap-siap berlapang dada kalau terobosan kurikulum coding ini tidak akan menghasilkan produk digital seperti yang diharapkan. Penguasa dari produk digital tetap ada di negara yang kreatif dan inovatif. Tenaga kerja negara lain cuma dijadikan buruh digital, tidak jauh berbeda dengan buruh pabrik sepatu Nike.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H