Mohon tunggu...
Ruslan H
Ruslan H Mohon Tunggu... -

Technology Enthusiast, sms : 0881-136-5932

Selanjutnya

Tutup

Nature

Efek Cantilever Membuat Badan Lion Air Patah

16 April 2013   13:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:07 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_255059" align="aligncenter" width="600" caption="Lion terhempas ke laut"][/caption] Kecelakaan Boeing 737-800 Lion di Bali Sabtu lalu sampai sekarang ini masih dalam penyelidikan KNKT. Berbagai spekulasi beredar mengenai penyebab terjadinya musibah ini. Keterangan resmi KNKT masih akan memakan waktu lama sehingga masyarakat akan menduga duga dahulu. Dari berbagai foto yang beredar setelah kecelakaan, terlihat bahwa badan pesawat patah dibagian tengah agak ke belakang. Patahnya badan pesawat ini mengakibatkan orang khawatir membayangkan kalau sedang terbang di udara tiba tiba patah. Apalagi yang patah ini adalah pesawat sangat baru. Patahnya badan pesawat tersebut adalah efek cantilever pada waktu terhempas ke laut. Cantilever itu adalah bentuk struktur seperti batang dimana salah satu sisi fix, sedangkan sisi lain menggantung bebas. Contohnya seperti papan loncat di kolam renang. Dalam kondisi pendaratan normal, energi kinetik yang diakibatkan pendaratan itu diserap oleh landing gear ketika menjejakkan rodanya ke landasan. Rem menyerap energi kinetik dari gerakan horizontal, sedangkan gerakan vertikal diredam oleh shock absorber. Energi dari impact akan diserap sehingga tidak diteruskan ke badan pesawat dan penumpang di dalamnya. Kedua system penyerapan energi ini akan berjalan sesuai disain, yaitu ketika mendarat di landasan keras. Pendaratan di Bali Sabtu kemarin pesawat tidak menyentuh landasan sama sekali. Roda pesawat menjejak permukaan air laut, sehingga langsung rodanya terperosok ke dalam air. Otomatis sistem rem dan shock absorber tidak ada pengaruhnya. Sebagai gantinya sebagian lambung pesawat akan langsung kena pukul air laut yang menahannya. Daerah lambung pesawat yang kena pukul air laut ini di indikasikan pada huruf A pada gambar di atas. Karena faktor bentuk pesawat, maka ada bagian lain yang menggantung (overhanging) ketika detik pukulan air laut kena lambung pesawat. Daerah yang menggantung itu  adalah bagian belakang dan diindikasikan dengan huruf B pada gambar di atas. Pada saat gerakan vertikal terhenti ditahan air laut, seketika bagian B itu akan menjadi cantilever dengan beban yang sangat berat. Berat penuh dari 737 adalah 60 ton, kecepatan mendarat masih lebih dari 100 Km per jam. Komponen kecepatan vertikal juga masih lumayan tinggi. Akibatnya energi dari impact juga sangat tinggi. Energi impact ini tidak diserap shock absorber karena roda masuk ke air.  Dengan model cantilever menanggung beban besar seperti ini, stress yang di alami badan pesawat akan melebihi disain dan akhirnya mengakibatkan patah. Tentu saja pihak Boeing tidak mendisain badan pesawat untuk menerima beban stress setinggi ini, yaitu ketika terhempas ke permukaan air laut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun