Memperhatikan gambar gambar pencarian pesawat Malaysia MH370 ada fakta yang cukup mengherankan. Ada dua buah foto yang menurut saya menarik. Yang pertama adalah foto AU New Zealand sedang mengangkasa di pesawat Orion menyisir Samudra Hindia. Dia menggunakan kaca depan pesawat untuk menuliskan coretan coretan sebagai alat bantu mengorganisir langkah pencarian. Foto kedua adalah anggota AU Vietnam yang sedang menyisir Laut China Selatan berada dalam pesawat Antonov. Dia menggunakan peralatan lebih canggih dari rekannya AU New Zealand. Tangannya memegang tablet sebagai alat bantu untuk mengorganisir pencarian. Gambar 1 AU New Zealand di atas pesawat Orion (sumber: The Malaysian Insider)
Gambar 2 AU Vietnam di atas pesawat Antonov (sumber: Daily Mail)
Yang menjadikan terasa janggal di sini adalah New Zealand itu merupakan negara maju yang sejajar dengan negara negara Eropa. Vietnam baru bangkit dari keterpurukan perang Vietnam di tahun 1975 dan masih menggapai untuk menjadi negara maju. Kurang lebih masih sama dengan Indonesia. Kemajuan teknologi kian hari kian cepat. Barang2 teknologi hasil olah pikir manusia membanjiri pasar, terutama barang barang yang berhubungan dengan teknologi komputer. Beberapa pelaku bisnis berpikir menggunakan peralatan teknologi modern ini untuk efektifitas dan efisiensi. Adopsi penggunaan gadget modern bisa dilakukan siapa saja tergantung kebutuhan dan kemauan. Kondisi dan kebiasaan personel juga mempengaruhi. Ada orang yang tidak terbiasa menulis dengan menggunakan layar touch screen sehingga apa yang dituliskan itu banyak salahnya sehingga menjadi lambat dan malah tidak akurat. Sebuah resto yang tidak begitu besar pun bisa mengadopsi ini. Ada resto yang menggunakan PDA untuk menuliskan order dari meja customer. Order ini langsung terhubung via wireless connection dengan komputer di dapur dan kasir sehingga mempercepat layanan. Suatu negara maju itu belum tentu mengadopsi teknologi di setiap lini pekerjaan. Jepang yang pabrik pabrik nya full otomatis dengan robot, ternyata ada bagian yang dikerjakan secara tradisional. Sekitar tahun 90 an, ketika berbagai perkantoran modern di seluruh dunia sudah mengadopsi penggunaan computer untuk urusan project management, beberapa perusahaan Jepang malah masih menggunakan coret coretan pensil di atas kertas. Rupanya lini perkantoran di Jepang ini termasuk lambat mengadopsi penggunaan  computer, mungkin karena masyarakatnya masih senang pakai pensil dan kertas. Tapi hebatnya meskipun mereka tetap menggunakan pensil dan kertas untuk project management, hasil pekerjaannya bagus baik dari segi kualitas dan jadwal, tidak kalah dengan perusahaan lain yang sudah mengadopsi computer untuk project management. Penggunaan teknologi tidak selalu mempermudah. Mungkin terlihat keren dan hanya mempermudah salah satu pihak. Pada awal tahun 2000 dulu ada salah satu bank yang menggunakan cara baru untuk menandatangani struk kartu kredit. Customer tidak menandatangani struk dengan pena, tapi menggunakan stylus yang dituliskan ke electronic pad. Menuliskan tanda tangan di electronic pad ini tidak mudah. Tanda tangan yang dihasilkan menjadi aneh dan bentuknya tidak seperti biasanya. Ini disebabkan pada electronic pad tidak terlihat jejak goresan tinta. Seperti orang disuruh tanda tangan di atas kertas dengan mata tertutup. Belakangan cara yang terlihat canggih ini sudah tidak digunakan lagi. Mungkin di pihak bank lebih mudah karena berurusan dengan tanda tangan yang sudah di digitize,  tapi bagi customer membuat kesulitan tersendiri. Penerapan teknologi baru tidak serta merta mendapat sambutan menyeluruh dari masyarakat. Generasi native digital mungkin nyaman nyaman saja bertransaksi dengan menggunakan internet banking.  Tidak demikian dengan generasi ortu nya yang banyak gaptek. Beberapa perusahaan menemukan pemanfaatan teknologi yang cocok dengan situasi pekerjaan yang dijalankan. Kadang kadang tidak perlu yang berharga mahal.  Sebagai contohnya saya pernah melihat petugas pencatat meter PLN yang menggunakan smartphone untuk mencatat posisi meteran listrik pelanggan.  Saya tidak tahu persis bagaimana alur kerjanya. Tapi kalau mereka bisa merancang dengan cerdik, maka penggunaan smartphone ini bisa menaikkan efisiensi dan efektivitas. Untuk memproses tagihan listrik, tidak perlu lagi entry ulang dari kertas ke bentuk digital.  Data yang dicatat petugas itu sudah langsung dalam bentuk digital dan siap ditransfer ke komputer pemroses. Dengan demikian ada penyederhanaan langkah. Selain mempercepat juga mengurangi salah tulis.
Gambar 3 Pencatat Meter Listrik menggunakan smartphone (sumber: dokumen pribadi)
Pada akhirnya peralatan apapun yang digunakan, selama itu sesuai dengan kebutuhan dan dikerjakan dengan kesungguhan maka tetap akan memberikan hasil yang baik. Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Nature Selengkapnya