Tanpa kita sadari, hari kemenangan sudah di depan mata, Idul Fitri. Atau yang lebih familiar kita sebut dengan Lebaran...lagi-lagi, mudik sebagai ritual tahunan menjelang datangnya Lebaran kembali dimulai, dan lagi-lagi pula, pusat perbelanjaan diserbu dengan masyarakat yang ingin membeli berbagai keperluan Lebaran. Bahkan beberapa pusat perbelanjaan di ibukota sampai berani mengadakan midnite sale dan diskon besar-besaran untuk menarik minat orang-orang untuk berbelanja...
Terkadang, melihat masyarkat yang sibuk berbelanja keperluan lebaran, saya sering bertanya-tanya dalam hati... "Ini orang-orang pada mau Idul Fitri apa pada mau natalan sih? Kok belanjanya gak kalah heboh sama orang yang mau natalan sama pesta taun baru???" (Maaf, no SARA)
Dari tahun ke tahun pula, setiap kali lebaran datang saya merasakan sesuatu yang berbeda tiap tahun'nya. Bukan sesuatu yang aneh, hanya saja saya merasakan salah satu inti makna lebaran yang makin memudar dan menghilang...
Idul Fitri, secara garis besar berarti kembali menuju yang Fitri/Fitrah...tapi apakah kembali menuju yang fitrah itu harus dengan segala yang serba baru dari ujung kepala sampai ujung kaki?? Apakah Idul Fitri juga harus dirayakan dengan penuh kemegahan tanpa mengingat disekitar kita masih banyak kaum papa yang tidak dapat merayakan Idul fitri dengan pakaian baru dan makan apa yang biasa disantap disaan Idul Fitri??
Dan pertanyaan yang terkadang sangat mengganjal dan mengganggu setiap kali melihat kehebohan ritual mudik tahunan...apakah lebaran harus selalu dirayakan dengan seluruh keluarga di kampung halaman yg nun jauh disana, perduli amat dengan keadaan keuangan yang sedang kritis saat menjelang lebaran, dan ditambah dengan segala kehebohan mudik yang terkadang ujungnya malah hanya meminta korban, is it still worthed to do?? Apalagi ketika hal-hal yang menjadi inti dari Idul Fitri perlahan mulai dilupakan...Well, marilah kita tanyakan diri kita sendiri...
Penulis disini tidak bermaksud menyindir segala kebiasaan penuh kehebohan yang biasa masyarakat lakukan menjelang lebaran, hanya sekedar ingin mencoba mengkritisinya sedikit...untuk mencoba menemukan kembali makna Idul Fitri yang sesungguhnya...
Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir dan bathin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H