Sampai saat ini, siapa calon pendamping Joko Widodo (Jokowi) dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 nanti, masih misteri. Tapi mantan Gubernur DKI Jakarta itu kerap menunjukan kedekatannya dengan beberapa tokoh politik yang diduga kuat bakal menjadi calon wakil presiden (cawapres).
Misalnya saja seperti Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PPP Romahurmuziy dan beberapa tokoh lainnya. Tapi jika dibandingkan, Jokowi justru lebih sering terlihat  bersama Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.
Berawal saat pembukaan acara Industrial Summit Tahun 2018 dan Peluncuran "Making Indonesia 4.0" di Jakarta Convention Center, Senayan. Acara yang digelar pada tanggal 4 dan bulan 4 tersebut juga dihadiri oleh Jokowi untuk meresmikan acara tersebut.
Lalu pada akhir bulan April 2018, Jokowi kedapatan jogging bersama dengan Airlangga di Kebun Raya Bogor. Dalam kesempatan tersebut, Jokowi mengenakan kaos polos berwarna kuning dan Airlangga menggunakan kaos berwarna putih. Sesekali mereka nampak berbincang ringan yang kemudian diketahui mengenai Partai Golkar hingga cawapres.
Terbaru, Jokowi kembali menunjukkan kemesraanya dengan Menteri Perindustrian itu dalam acara "Ngobrol Santai dan Buka Bersama", di Kantor DPD Partai Golkar DKI Jakarta, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (23/5) kemarin. Lagi-lagi, Jokowi terlihat menggunakan pakaian berwarna kuning yang merupakan warna kebesaran Partai Golkar.
Meskipun Jokowi mengatakan rentetan peristiwa itu adalah hal yang biasa saja, tapi mesranya Jokowi-Airlangga justru menjadi sinyal kuat untuk masuk dalam bursa calon presiden dan cawapres di Pilpres 2019 nanti.
Sejumlah kalangan partai pun sepakat dengan majunya Jokowi dan Airlangga. Sebab, untuk lebih menguatkan Jokowi terpilih kembali di Pilpres 2019, kewenangan cawapres harus didorong sehingga asosiasinya bukan hanya berfokus ke Jokowi, harus terbagi ke Airlangga.
Apalagi kinerja Airlangga sudah tidak diragukan lagi, terutama dalam membangun sektor industri. Buktinya, agenda program Nawacita yang ditetapkan Presiden Jokowi mampu dijalankan Kementerian Perindustrian.
Dibawah nahkoda Airlangga, kemampuan daya saing industri manufaktur Indonesia semakin meningkat. Jika tahun 2014 Indonesia menempati posisi ke 12 dengan nilai tambah industri sebesar 202,82 miliar dolar AS dan pangsa pasar mencapai 1,74 persen.
Melalui berbagai kebijakan dan penyiapan infrastruktur penunjang industri, United Nation Industrial Development Organization (UNIDO, 2017) mencatat daya saing Indonesia di posisi ke 9 pada tahun 2016 dengan nilai tambah industri sebesar 225,67 miliar dolar AS dan pangsa pasar meningkat menjadi 1,83 persen.
Hal tersebut semakin membuktikan, chemistry antara Jokowi-Airlangga sudah sangat baik sejak lama untuk kepentingan Indonesia. Semoga kemesraan Jokowi-Airlangga berlangsung lama hingga pentas Pilpres 2019 atau bahkan seiringan membangun Indonesia periode 2019 hingga 2024.