Carok ‘Noda Hitam diatas Kanvas Putih Madura’
Ada yang pernah mengatakan “Kalau urusannya dengan harga diri, maka nyawa taruhannya”. Entah darimana awalnya kalimat itu lahir, yang jelas hal itu sudah sering terjadi dalam kurun waktu yang sangat lama. Iya orang Madura menyebutnya “Carok”. Sebenarnya saya sangat ragu untuk menulis tentang carok ini, karena mungkin saya mengungkapkan salah satu noda hitam, mengingat saya sendiri berasal dari Madura. Namun sepertinya saya juga harus meluruskan sedikit kesalahpahaman publik terkait kegiatan yang tidak disukai oleh semua orang ini.
Carok adalah perkelahian antara pria menggunakan senjata tajam, biasanya kebanyakan dari mereka menggunakan celurit, salah satu senjata tajam yang biasanya digunakan oleh petani mencari rumput untuk hewan peliharaanya. Motif dari carok ini bermacam-macam, ada karena kesalahpahaman, dendam, saling senggol dijalan, cemburu atau umumnya adalah saat harga diri muai terusik. Banyak kasus yang sudah terjadi dan pastinya juga sudah banyak korban yang berjatuhan dan yang dirugikan adalah diri mereka sendiri. Selain melukai diri mereka, akibat lain yang pasti mereka derita adalah penjara.
Sangat susah untuk menghilangkan Carok dari Tanah Madura, karena mungkin karakter dari orang Madura yang pada dasarnya kuat dan keras kepala. Sama seperti kalimat yang sudah saya sebutkan diatas “Kalau urusannya dengan harga diri, maka nyawa taruhannya”. Orang Madura dikenal dengan orang yang sangat ramah dan mudah bergaul dimana-mana. Kita akan sangat mudah menjumpai orang Madura dari Sabang sampai Merauke. Persaudaraan mereka dikenal yang paling kuat dari semua daerah. Asal kita menyebutkan berasal dari salah satu empat kabupaten di Madura, maka kita akan disambut bak saudara, dimanapun kita berada, tidak mengenal status kaya atau miskin, tua muda, cantik atau jelek. Bahkan ada teman yang dengan bercanda mengatakan, kita mungkin akan menemukan penjual sate di Amerika. Ha ha ha.
Di Madura sendiri kita saling menyapa, bersaudara & bertukar makanan, tapi kalau urusannya dengan tatakrama dan sopan santun, maka seperti yang sudah dua kali saya sebutkan diatas “nyawa kadang menjadi taruhannya”. Ini mungkin salah satu yang menjadi noda hitam diatas kanvas putih Madura. Saya sendiri sangat menyayangkan tidak hilang-hilangnya “Carok” ini dari tanah Madura. Ia tidak mengenal usia dan bahkan saudara. Kalau dianggap salah dan menyakiti hati maka celurit yang berbicara.
Saat kita masuk ke Youtube dan menuliskan “Carok” di pencarian, maka akan muncul banyak video yang tidak pantas untuk dilihat, karena kekerasan yang ditampilkan adalah bentuk penyimpangan HAM yang memang sangat tidak layak untuk dipertontonkan.
Kalau bisa berandai hidup di dunia peri, maka saya berharap memiliki kekuatan yang bisa menghilangkan pikiran “Carok” dalam kamus hidup orang Madura. Karena sangat disayangkan, selain banyak merenggut nyawa, carok juga bisa memutus tali saudara dan yang pasti nyata, penjara adalah dinasti selanjutnya.
Saya tidak berani menyebut “Carok” sebagai budaya, karena para kalian juga pasti faham betul syarat untuk menjadikan sesuatu sebagai budaya. Terlepas dari itu semua, saya berani bertaruh bahwa orang Madura yang pernah kalian temui, entah itu di daerah A, B, C atau mungkin didekat daerah kalian tinggal adalah orang Madura yang menjunjung tinggi tali persaudaraan (persahabatan) dan orang yang sangat hati-hati dalam menjaga sikap. Nada bicara mereka mungkin terasa aneh, karena memang begitu kami adanya. Penjual sate memang bukan pekerjaan yang lebih mengutamakan jabatan, kepintaraan atau ijazah sarjana, tapi lihat kami (penjual sate) tidak pernah makan uang negara dan menjual aset bangsa (selain salah seorang pejabat negara yang mencoreng wajah orang Madura yang mejadi salah satu tersangka korupsi). Sebagian besar orang Madura tidak menyukai kekerasan. Mereka tidak akan serta merta melukai orang yang mereka baru kenal tanpa ada alasan apakah orang tersebut pantas untuk disalahkan. Mungkin sebagian dari kalian tidak percaya, tapi rasanya kurang sopan bilamana saya hanya mengumbar kata tanpa ada bukti nyata. Kami orang Madura membuka pintu selebar-lebarnya kepada kalian yang mungkin ingin merasakan kehangatan, keakraban dan persaudaraan orang-orang di Tanah Madura, bagi kami pendatang (bukan berniat jahat) adalah saudara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H