Namun jika dilihat dari sudut pandang lain, Topeng bisa juga diartikan dengan konotasi positif, topeng adalah penutup dari sebuah keakuan dalam diri, karna sejatinya manusia tidaklah mempunyai daya apapun, kecuali memang hanya Tuhan yang menghendaki semuanya.
Dalam arti lain, topeng bisa diartikan sebagai penutup hal-hal positif , dapat diemplentasikan seperti halnya ketika manusia beribadah, maka tidaklah perlu menunjukan siapa dirinya didepan banyak pihak. Mengesampingkan kepentingan pribadi hanya ingin adanya sebuah pengakuan. Karna cukup dirinya dan Tidaklah yang tau dengan apa yang dilakukannya.
Sayangnya, tak semua pihak bisa mengartikan topeng dari sudut pandang positif , topeng sudah terlanjur diartikan dengan konotasi negatif. Apakah tidak sadar? Bahwa semua superhero dalam cerita fiktif semuanya juga menggunakan topeng ciri khasnya masing-masing.
Topeng bisa diumpamakan sebagai dua bilah mata pisau, yang mana manusia memiliki peran vital dalam mengendalikan kedua bilah mata pisau tersebut, bukan salah tajamnya pisau jika digunakan untuk melukai bahkan membunuh orang lain.
Namun untuk memotong bahan makanan yang bisa digunakan bakal dalam kehidupan sehari-hari, manusiapun juga tidak bisa lepas dari mata pisau.
Bagaimana topeng diartikan, apakah sebagai penutup untuk tidak kejahatan atau penutup keakuan dalam diri? Semua tergantung pendapat dan sudut pandang  masing-masing pihak.
Namun satu hal yang pasti, Bahwa Perhelatan PIMF Test 2019 yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten Ponorogo ini bukan untuk mengartikan topeng pada filosofinya seperti yang telah dibahas di atas.
Satu-satunya tujuan PIMF Test 2019 ini memang hanya untuk kepentingan untuk  mendukung kelestarian budaya dan industri kreatif yang sudah ada saat ini dan khusunya kabupaten  Ponorogo agar bisa dikenal lebih dalam lagi di mata internasional, selain kesenian Reyog yang memang sudah mendunia.
Lihat Sosbud Selengkapnya