Sepeti halnya Peribahasa mengatakan " bermain api terbakar, bermain air basah" yang artinya adalah setiap pekerjaan sudah pasti memiliki risikonya sendiri sendiri. Iya selain tenaga dan fikiran, setiap profesi apapun yang di lakoni oleh setiap orang memang sudah pasti harus memikul berat tanggung jawab dan risikonya masing2.
Memang benar, Â tidak ada satupun profesi di dunia ini yang tak berisiko. Tak terkecuali untuk mereka para petugas kebersihan yang ada di jalan raya, rumah sakit, sekolah maupun di gedung gedung instansi pemerintah dan swasta.
Salah satunya risikonya adalah mereka harus mulai kerja lebih pagi dari pekerja- pekerja lainnya, pasalnya sebelum jam kerja di mulai, tempat kerja harus sudah bersih dari kotoran dan sampah. Belum lagi masalah sudut pandang kebanyakan orang terhadap petugas kebersihan, meskipun tidak semuanya memandang seperti itu, namun rata-rata orang sudah terlanjur memandang sebelah mata (sepele), baik status sosialnya maupun kesan jorok yang selalu menempel pada sosok figurnya.
Entah alasannya apa, mungkin karna untuk menjadi petugas kebersihan tidaklah perlu menempuh pendidikan khusus seperti apa yang di ajarkan di bangku kuliah yang di tempuh dengan biaya yang sangat tinggi. Pekerjaan yang orang jawa bilang ketok moto ( terlihat mudah) ini siapapun pasti bisa melakukannya tanpa keahlian khusus.
Atau bahkan mungkin karna besaran nilai gaji pendapatan yang sangat rendah, karna petugas  kebersihan saat ini  rata-rata adalah karyawan dari PT Outsourcing. Sebagaimana di ketahui, banyak PT Outsourcing membayar karyawannya dibawah standar UMR ( Upah Minimum Rakyat ). Meski anggaran nya sendiri adalah UMR, namun ada saja prosedur prosedur tertentu yang tentunya para petugas kebrsihan selalu tidak bisa menerima gajnya secara utuh.
Namun itu hanyalah masalah sudut pandang dan pendapat sebagian pihak saja. Karna tidak semuanya seperti itu. Di luar hal itu, yang pasti tak semua orang bisa merasakan posisi bagaimana bekerja sebagai petugas kebersihan, mungkin kalau hanya sekedar memandang mudah dan sepele semua orangpun bisa, akan tetapi menghargainya yang susah.
Masih selalu saja terlihat seseorang yang dengan entengnya membuang sampah tidak di tempat sampah, misalnya adalah ketika ada seseorang yang makan atau minum di sebuah ruang tunggu, setelah selsesi makan dan minum lalu kemasan nya di tinggal begitu saja di kursi tempat ia duduk. Entah dengan atau tidak sadar, entah ada maupun tidak ada petugas kebersihan hal itu sudah wajar terjadi.
Jika saja bisa sedikit menghargai seorang petugas kebersihan, mungkin saja bisa sedikit meringankan tugas seorang petugas kebersihan. Dan tidak sedikit pula yang justru marah jika di ingatkan, sambil mengatakan " lha terus tugas kamu apa kalau tidak membersihkan?" Â kepada salah seorang petugas kebersihan.
Terkadang sangat heran dengan Mindset kebanyakan orang yang terbiasa bergantung. Sedikitnya kesadaran akan kebersihan dengan anggapan " toh nanti juga ada petugasnya yang membersihkan"biasa terjadi setiap hari dan sulit di hindari, karna hal itu sudah terlanjur membudaya sehingga terkesan wajar terjadi.
Hampir di setiap ruangan sebuah gedung maupun ruang terbuka pasti ada himbauan agar menjaga kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya, namun hal itu rasa-rasanya  hanya di anggap hiasan semata, bukan lagi di anggap sebuah himbauan yang serius.
Sungguh sangat miris melihat hal hal seperti itu. Pernahkah sejenak berfikir, jika dalam sebuah ruangan dan tempat selalu terlihat  bersih, siapakah yang di untungkan? Lalu jika sebuah ruangan atau tempat itu terlihat selalu kotor siapakah yang di rugikan? Pastinya semua orang akan menjawab dengan sudut pandang yang berbeda-beda.