Mohon tunggu...
Hendra Rayana
Hendra Rayana Mohon Tunggu... -

Saya penggemar Musik Tradisional Indonesia terutama Gamelan Jawa dan Wayang Kulit, tetapi saya juga penggemar musik klasik barat, penggemar Beyonce, Charice, Whitney Houston, Tina Turner, The Beatles dan lain-lain. Saya punya prinsip, kalau kita ingin dihargai oleh orang lain atau negara lain, maka kita harus bisa menghargai orang lain atau negara lain. Dulu saya bekerja dibidang komputer mulai tahun 1969 - 1998 sebagai programmer dll, sekarang jadi m.c. saja (momong cucu) sambil ngotak-atik kompasiana, asyik lho... Profil saya selengkapnya dapat dilihat di : http://www.facebook.com/hrayana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pepadi (5): Menggali Sumbangan Jawa untuk Manajemen (Bagian 1/2)

3 Februari 2010   05:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:07 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pepadi (5):

Menggali Sumbangan Jawa untuk Manajemen

Oleh Ki Sutadi Ketua Pepadi Propinsi Jawa Tengah

(Bagian 1/2)

  Artikel ini kiriman Bapak Sutadi Siswarujita atau Ki Sutadi, Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia ( PEPADI ) Provinsi Jawa Tengah, Sarasehan Budaya Jawa di Semarang Mei 2005.

Menggali Sumbangan Jawa untuk Manajemen
Oleh: Ki Sutadi, Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia Propinsi Jawa Tengah

Abstrak

Jawa, Jagad Jawa dan Budaya Jawa telah menjadi wilayah kajian yang menarik dari masa ke masa. Memasuki ranah Jawa, Jagad Jawa dan Budaya  memang unik dan rumit. Ada yang dapat dilihat kasat mata namun ada juga yang tidak kasat mata. Banyak yang berupa lambang atau simbol-simbol yang memerlukan penafsiran. Disamping itu ada yang bernuasa pra logis dan ‘irrasional’. Itulah sebabnya ada istilah ‘othak-athik gathuk’ yang bermakna pra logis tetapi ada korelasinya. Dalam menggali sumbangan Jawa untuk dikaitkan dengan apapun  amat menarik untuk dikaji. Ada semacam ‘magis’ di ranah Jawa ini dan tak pernah habis untuk distudi.
Menggali sumbangan Jawa untuk manajemen dapat dimulai dari nilai-nilai filsafati  aksara Jawa. Struktur keajaiban aksara Jawa dapat menuntun pribadi manusia dalam membina hubungan dengan Sang Khalik, Tuhan Yang Maha Esa. Dalam tahap berikutnya perlu memasuki wilayah ungkapan Jawa yang sangat beragam. Nilai-nilai filsafati dalam sesanti ‘Mamayu Hayuning Bawana’, yang kemudian dikembangkan menjadi ‘Mamayu Hayuning Nusa Bangsa’ dan ‘Mamayu Hayuning Sasama’ menuntun manusia untuk sadar kosmis,  sadar lingkungan alam dan sadar lingkungan sosial kemasyarakatan. Dalam dunia wayang, pakeliran dan pedalangan  banyak sekali yang dapat diidentifikasi untuk disumbangkan untuk manajemen. Menggali nilai-nilai yang ada di kakawin, naskah-naskah, serat-serat, tradisi dan lain-lain amat banyak yang dapat diangkat untuk disumbangkan untuk manajemen.  Dalam kerangka ini  diperlukan reintrepretasi dan rekontekstualisasi.                                                                          ------

Daerah asal orang Jawa adalah Pulau Jawa yang panjangnya lebih dari 1200 km dan lebarnya sekitar 500 km. Bahasa yang dipakai dalam kehidupan keseharian adalah bahasa Jawa. Dalam konteks kejawaan, keberadaan Wong Jawa, Budaya Jawa, Jagad Jawa, telah menempuh perjalanan sejarah yang panjang dan ‘membentuk’ anyaman budaya yang disebut dengan Kebudayaan Jawa. Prof Dr Koentjaraningrat dengan merujuk pandangan Th Pigeaud, BJ Schrieke dan WF Wertheim, memerinci unsur-unsur budaya yang disebut ‘cultural universals’ meliputi: bahasa, sistem teknologi, sistem ekonomi, organisasi sosial, sistem religi dan kesenian. Selain itu juga menjelaskan adanya ‘variasi regional’ Kebudayaan Jawa  meliputi kawasan budaya: Banten, Pasundan, Pesisir Barat, Banyumasan, Bagelen, Negari Gung (Surakarta dan Yogyakarta), Pesisir Timur, Mancanegari, Madura dan Tanah Sabrang Wetan.  Perubahan yang tengah dan telah terjadi di kawasan  budaya tersebut begitu luas dan kompleks. Namun diakui bahwa dalam unsur-unsur budaya Jawa tersebut masih memiliki nilai-nilai yang menarik untuk dikaji. Persoalan yang ingin di ketengahkan adalah: adakah ajaran (wulangan) Jawa yang dapat disumbangkan untuk manajemen? Sebuah persoalan yang relatif  ‘sulit’, dikarenakan peran Jagad Jawa, Budaya Jawa dan Wong Jawa dalam wacana manajemen dewasa ini belum nampak jelas, sehingga masih perlu dicari dan diidentifikasi.

Budaya Jawa sudah mengglobal (?)

         ‘Globalisasi’ perlu diakui sebagai sesuatu yang sebenarnya telah terjadi sejak lama ketika bangsa-bangsa yang ada di dunia ini saling berhubungan secara ekonomi, sosial atau politik. Dr Sri Hastanto  mengemukakan banyak contoh dari sejarah dan ‘peradaban masa lampau bahwa budaya Jawa telah mengglobal. Ukiran berupa perahu dan instrumen musik seperti gambang di candi Borobudur ditemui di Madagaskar. Ketenaran sastrawan dan pujangga Jawa dalam merajut cerita Panji Inu Kertapati telah merambah di Asia Tenggara terutama Thailand dan Cambodia, dengan nama Ino. Kesenian dari luar yang diserap di Jawa adalah epos Mahabarata dan Ramayana dari India. Dari hasil-hasil studi tentang Kebudayaan Indonesia (khususnya di bidang bahasa dan sastra), banyak menemukan data tentang pengaruh unsur-unsur budaya dari berbagai bangsa.  Adalah JHC Kern yang telah banyak melakukan kajian tentang bahasa-bahasa dan Kebudayaan Timur yang dimulai dari bahasa Sanskerta. Penelitian berlanjut mengenai Budhisme di India. Sementara itu Prof Bunyiu Nanjio juga mengadakan studi tentang Budhisme in Java, Bali and Sumatra. Hasil-hasil studi JHC Kern berlanjut ke bahasa Jawa Kuno antara lain berupa Kawi Studien yang memuat pupuh Kakawin Arjuna Wiwaha. WH Rassers    melakukan studi tentang struktur masyarakat di Jawa antara lain de Panji Roman, The Cultural Hero dan ‘A Structural Study of Religion in Java’. Disamping hal-hal tersebut, Sultan Agung telah menghimpitkan tahun Hijriah dengan tahun Jawa sehingga tanggal 1 bulan Hijriah (Muharam) menjadi bersamaan dengan tanggal 1 Suro tahun Jawa. Dengan demikian, apakah budaya Jawa dapat dikatakan telah mengglobal?          

Semenjak penjajahan Belanda (dan Inggris), sampai dengan sekarang studi-studi tentang ‘Jagad Jawa, Budaya Jawa dan Wong Jawa’ memang cukup banyak. Pada awalnya  banyak kajian dalam dimensi kesejarahan antara lain ‘History of Java’ oleh Rafles. PJ Zoetmulder tentang sastra Jawa Kuno dalam ‘Kalangwan’ dan kamus ‘Old Javaness English Dictionary’. JJ Rass tentang sastra Jawa dalam bukunya ‘Maatschappij en Letterkunde op Java’. GWJ Drewes dalam buku ‘The Romance of King Angling Darma’, JFC Gericke dan T Roordadalam buku ‘Het Oud Javaansch-Nederlandsch Woordenboek’, Clifford Geertz tentang ‘The Religion of Java’, Hildreed Geertz tentang ‘The Family of Java’, JMW Bakker SJ tentang ‘Agama Asli Indonesia’, Niels Mulder tentang ‘Kebatinan dan Cara Hidup Orang Jawa, Denys Lombard tentang ‘Nusa Jawa: Silang Budaya’, Franz Magnis Suseno tentang ‘Etika Jawa’ dll yang masih banyak. Dengan buku kumpulan surat-surat ‘Golden Letters’ membuktikan bahwa Wong Jawa atau Raja-raja di Jawa sudah berhubungan dengan berbagai kalangan di mancanegara. Kartini juga telah melakukan korespondensi dengan ‘para-sahabatnya’ di negeri Belanda. Dalam hal pewayangan dan pedalangan juga banyak hasil studi dan atau tulisan yang dihasilkan oleh penulis-penulis mancanegara antara lain Victoria M Clara van Groenedael .  Sementara itu pergelaran wayang sudah dipentaskan di berbagai negara. Gamelan dan wayang telah banyak dikirim, dijumpai dan dikaji di hampir semua benua di dunia ini. Wayang dan gamelan telah menjadi sumber belajar yang menarik perhatian para pakar mancanegara, antara lain sebagai berikut: GJ Davidson (Australia), Mattheuw Issac Cohen (Belanda), Sarah Bilby (Inggris), Anne Rasmussen, Nancy Staub,  Andrew Weintraub,  Kathy Foley, Mark Hoffman AS), Noriah Mohammed (Malaysia), Beata Jimnica (Polandia), Valtav Trojan (Ceko) dll. Kajian tentang wayang terus berkembang disertai pergelaran yang terus meningkat di berbagai negara. Dalam pewayangan ada 5 (lima) unsur penting yang termasuk dalam keunikan dan keindahan seni yaitu seni sastra, seni widya (filsafat), seni pentas, seni karawitan dan seni ripta. Oleh karena itu wayang telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai ‘Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity  pada tanggal 21 April 2004 di Paris Perancis. Dewasa ini wayang telah mengglobaldan mendunia. Dari contoh-contoh tersebut dapat dikatakan bahwa ‘Wong Jawa, Budaya Jawa dan Jagad Jawa’ telah (lama) memasuki  lingkungan budaya mancanegara. ‘Jagad Jawa, Budaya Jawa dan Wong Jawa’ telah menjadi obyek studi yang sangat menarik perhatian para pakar mancanegara. Pengkajian mencakup hampir semua unsur kebudayaan, yang meliputi : bahasa, sastra, teologi/teosofi, sejarah, sistem organisasi sosial, sistem ekonomi, teknologi dan seni budaya. Dengan banyaknya pusat- pusat studi Indonesia (Jawa) di berbagai universitas di luar negeri menunjukkan bahwa budaya Jawa telah lama ada di ‘forum’ global.           

Perkembangan Manajemen          

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun