Wayang Lakon (2)
Arjuna Wiwaha
Arjuna mampu menyelamatkan Kahyangan dari ancaman mara bahaya.
Disusun oleh: Hendra Rayana Sumber: Arjuna Wiwaha - Irsam Blog Dilandasi oleh niat untuk melestarikan dan mendokumentasikan Seni Budaya Tradisional Indonesia (Seni Musik, Seni Tari, Seni Sastra dan Seni Lukis) yang berasal dari seluruh penjuru Nusantara, maka kami membuat artikel ini agar dapat dibaca dan dinikmati oleh pengunjung secara luas. Sama sekali tidak ada maksud komersial, artikel ini banyak mengutip dari website lain, blog, atau buku tanpa dirubah, melainkan ditambah dengan gambar, link, flash video atau MP3 agar lebih menarik. Seandainya ada yang keberatan karena website atau blog nya dikutip mohon diberitahukan kepada kami, kami bersedia untuk menghapus. Candi Tegowangi Arjunawiwaha merupakan salah satu kakawin yang diwujudkan pada jaman Kahuripan dibawah raja besarnya Airlangga. Sang pengarang, yakni Mpu Kanwa, mendapat kehormatan untuk menggubahnya dengan mencuplik dari seri Mahabharata sub-bagian “wanaparwa”. Cerita ini bertitik tolak dari tokoh Arjuna yang merupakan kekasih para Dewa di Kahyangan. Karena dialah yang nantinya mampu menyelamatkan Kahyangan beserta para penghuninya para Dewa dari ancaman mara bahaya. Relief cerita ini dipahatkan pada candi Tigowangi, kecamatan Pare, kabupaten Kediri, jawa Timur. Gambaran ini sesuai sekali dengan kenyataan bahwa Airlangga yang selanjutnya berhasil menegakkan kembali kerajaan Kahurian setelah wafatnya raja Dharmawangsa atas serangan dari kerajaan lain (Wengker) , yang tidak berhak atas kedaulatannya. Airlangga melakukan perlawanan dengan tinggal di hutan-hutan bersama para resi dan tokoh-tokoh suci agama selama bertahun-tahun guna mempersiapkan usaha merebut kembali kerajaan Kahuripan yang bagaimanapun juga dia masih tergolong kerabat raja Dharmawangsa walau berasal dari keluarga di Bali. Akhirnya dia berhasil mengusir raja penjajah beserta sekutunya sehingga kedamaian berhasil ditegakkan kembali. Menurut data sejarah yang ada, dipercaya kuat Arjunawiwaha merupakan sebuah kakawin tertua dari “periode” Jawa Timur setelah peta politik berpindah dari Jawa Tengah. Hal ini jaman-jaman pendahulu Airlangga seperti Dharmawangsa hingga ke raja besar pendiri “periode” Jawa Timur yakni Mpu Sindok tidak meninggalkan sebuah kakawinpun yang dapat kita lihat sampai saaat ini.
Candi Tegowangi Kakawin Arjunawiwaha mengandung suatu kaitan sejarah dimasa lalu. Lihatlah bagian awal dan akhirnya : Awal :
- Ambek sang paramarthapandita huwus limpad sakeng sunyata tan sangkeng wisaya prayojana nira lwir sanggraheng lokita siddha ning yasawirya don ira sukha ning rat kiningkin nira santosaheletan kelir sira sakeng sang hyang jagatkarana. - Usnisangkwi lebu ni paduka nira sang mangkana lwir nira menggeh manggala ning miket kawijayan sang Parta ring kahyangan Batin yang bijak sungguh-sungguh telah tembus sampai ketingkat (kesempurnaan) tertinggi. Dari keadaan
sunyata (kosong) bukan dari kawasan panca Indra, timbulah tekadnya untuk mengabadikan diri (membuka diri ) pada urusa-urusan duniwai. Semoga amal baktinya yang penuh pahala serta tindakannya yang bersifat ksatriya, mencapau tujuannya. Daulat terhadap dirinya sendiri dan penuh
santosa (ketentraman batin) ia menerima keadaan ini, yakni tetap terpisah oleh tabir dari Sebab Abadi dunia ini Kuletakkan puncak kepalaku pada debu sandal raja yang menampakkan diri dengan cara ini (keutamannya). Ia merupakan sumber berkat yang tak pernah kering untuk menuangkan kemenangan Partha (Arjuna) dikediaman para dewa di Kahyangan. Akhir :
Sampun keketan ing katharjunawiwaha pangarana nike Saksat tambay ira mpu Kanwa tumatametu-metu kakawin Bhrantapan teher angharep samarakarya mangiring ing haji Sri Airlangghya namo ‘stu sang panikelan tanah anganumata “Selesailah penyusunan kitab yang dengan tepat dapat dinamakan
Arjunawiwaha. Gubahan ini merupakan usaha Mpu Kanwa dalam menyusun kakawin Ia bingung karena saat inipun ia sedang bersiap-siap mengikuti suatu ekspedisi militer Terpujilah sei Baginda Airlangga
Candi Tegowangi Diriwayatkan bahwa tahun 1028 – 1035 Airlangga berhasil mengalahkan musuh-musuhnya yang dulu pernah membuat kerajaan Kahuripan berantakan. Sehingga kita bisa menarik kesimpulan bahwa periode pembuatan kakawin ini adalah sesudah kejayaan Airlangga tersebut. Bahwa dia telah tinggal selama bertahun-tahun dihutan-hutan serta pertapaan atau mandala dan ditemani oleh para resi atau pendeta tentulah juga merupakan suatu periode penggemblengan spiritual dan latihan-latihan rohani sehingga akhirnya diapun berhasil mencapai tingkatan kesempurnaan tertinggi
sunyata (pada awal kakawin). Ia pun akhirnya dapat diyakinkan untuk kembali ke dunia dan membaktikan diri dengan tugas berat serta mulia yakni memulihkan kedaulatan kerajaannya dan dengan demikian mengusahakan terjadinya kesejahteraan dunia. Riwayat hidupnya sangat sesuai sekali dengan peran tokoh utama kakawin ini yakni Arjuna, sehingga pemilihan cerita ini merupakan titik tolak tema kakawin ini. Pada bagian akhir disebutkan bahwa sang Mpu Kanwa juga sedang disibukkan dalam persiapan sebuah ekspedisi peperangan. Mungkin itu bagian dari rangkaian perlawanan Airlangga dalam menaklukkan musuh-musuhnya, atau bisa juga bagian dari pertempuran terakhir. Namun bila ditelaah dalam cerita Mahabarata, bahwa usaha Arjuna dalam bertapa di gunung Indrakila untuk memperoleh senjata sakti dalam rangka melawan Kurawa dan persiapannya dalam perang akbar Baratayudha nantinya, mungkin kita bisa berasumsi bahwa periode pembuatan kakawin tersebut pada waktu usaha Airlangga dalam merebut kembali kerajaan Kahuripan dari musuh-musuhnya. Sehingga sebagai seorang penyair adalah suatu bentuk partisipasi terhadap “perang” tersebut dengan membuat suatu karangan atau tulisan atau tepatnya kakawin. Tujuannya juga adalah untuk menggelorakan semangat dan pujian terhadap Airlangga agar dapat kelak mencapai cita-cita luhur tersebut. KAKAWIN
ARJUNAWIWAHA :
Arjuna Diceritakan bahwa setelah kalah dalam permainan judi (yang curang) melawan Kurawa, Pendawa yang terdiri dari 5 bersaudara (Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sahadewa) telah kehilangan hak atas kerajaan Amertha dan harus hidup di pengasingan selama 12 tahun dan 1 tahun hidup dalam penyamaran total sebagai Pandawa. Setelah itu mereka baru berhak kembali atas kerajaannya. Dalam persiapan merebut kembali kerajaan Amertha, Arjuna diperintahkan oleh Yudhistira agar memohon senjata-senjata sakti dewa Siwa. Untuk maksud tersebut, Arjuna akan melakukan samadha di gunung Indrakila, sebuah bukit dipegunungan Himalaya. Ditempat lain diceritakan bahwa ada seorang raja raksasa sakti mandraguna bernama Niwatakawaca. Raja tersebut telah mendengar tentang adanya seorang bidadari yang cantik luar bisa bernama Suprabha. Kemudian berangkatlah ia ke kahyangan tempat kerajaan dewa Indra untuk meminta Suprabha menjadi istrinya. Para dewa dan dewa Indra tentu saja marah atas permintaan ini karena tidak sesuai kodrat dan juga martabat. Namun mereka juga sadar bahwa raja Niwatakawaca memiliki kesaktian luar biasa dan bahkan para dewa tidak mampu mengalahkannya. Mereka akhirnya melaporkan permintaan ini kepada dewa Siwa. Oleh Siwa dijelaskan bahwa itu semua memang sudah merupakan takdir dan jalan sejarah yang harus ditempuh. Niwatakawaca tidak bisa dikalahkan oleh siapapun termasuk para dewa. Namun takdir pulalah yang mengatakan bahwa raja raksasa maha sakti hanya dapat dikalahkan oleh seorang insan. Oleh karena itu yang dapat mereka lakukan sekarang adalah memperpanjang waktu agar supaya ketika waktunya tiba maka jagoan para dewa nantinya sudah dapat ditemukan dan dengan demikian dia akan dapat menghadapi serta mengalahkan Niwatakawaca. Selanjutnya kepada sang raja diberitahu bahwa nanti pada saatnya bidadari Suprabha akan diserahkan kepadanya karena sekarang mereka akan mempersiapkannya sebaik-baiknya supaya nanti tidak akan mengecewakan raja tersebut. Untuk sementara untuk mengobati kekecewaan sang raja, dia diberi beberapa
apsara (mahluk wanita setengah dewi) lain. Sang raja Niwatakawaca menyanggupi hal itu dan kemudian kembali kerajaanya. Dalam kebingungan ketika para dewa mencari jagoan yang diharapkan, kahyangan diterpa kegaduhan karena goncangan hebat akibat yoga tapa seorang insan di bumi. Setelah dilihat ternyata Arjuna penyebab kegaduhan semua ini. Arjuna melakukan samadhi tersebut dengan segala kemampuan dan yoga-nya yang dahsyat. Mereka pun kemudian berharap bahwa Arjuna-lah yang nantinya merupakan jagoan yang dicari-cari tersebut.
Relief (1) Candi Tegowangi Untuk itu maka Indra memutuskan untuk menguji ketabahannya dalam melakukan yoga, karena ini juga merupakan jaminan agar bantuannya sungguh akan membawa hasil seperti yang diharapkan. Maka diutuslah 2 orang bidadari yang kecantikannya menakjubkan yakni Tilotama dan Suprabha untuk mengujinya. (konon setelah mereka diciptakan mereka menghormati para dewa dengan melakukan
pradaksina, para dewa demikian terpesonanya sehingga Brahma mengenakan 4 muka dan Indra seribu mata agar selalu dapat mengamati kemana keduanya tanpa merugikan martabatnya denga berputar-putar juga : dalam cerita Sansekerta Siwalah yang ber
caturmuka, sementara Brahma tetap tenang).
Relief (2) Candi Tegowangi Sebagai satriya pilihan, maka Arjuna sangat tabah dan tahan dengan godaan tersebut. Walau kedua bidadari tersebut menggunakan segala akal dan upaya yang dapat mereka pikirkan, tetap saja Arjuna bergeming dan usaha mereka sia-sia. Bahkan konon dalam beberapa versi diceritakan Suprabha justru jadi jatuh hati dengan Arjuna. Dengan rasa kecewa akhirnya mereka pulang ke kahyangan dan melaporkan hal ini kepada Indra. Bagi para dewa kegagalan ini justru merupakan suatu berita gembira karena dengan demikian terbuktilah salah satu syarat calon mereka. Mengetahui hal ini, selanjutnya Siwa memutuskan untuk turun sendiri kedunia. Kali ini dia berwujud sebagai seorang pemburu.
Relief (3) Candi Tegowangi Sementara itu tempat lain, para raja raksasa disekitar pertapaan Arjuna mendengar berita apa yang telah terjadi di gunung Indrakila. Kemudian mereka mengutus seorang raksasa bernama Muka untuk mengusik Arjuna dan membatalkan yoga-nya. Dengan berwujud seekor babi hutan, ia mengacaukan tempat pertapaan Arjuna. Terkejut oleh segala hiruk pikuk, Arjuna keluar dari pertapaannya dan mengangkat senjata. Dengan sekali panah maka babi hutan itupun mati tertikam oleh panah Arjuna. Tanpa diduga sama sekali ternyata ketika didekati, tubuh babi hutan tersebut telah tertancap 2 buah panah. Ternyata pada saat bersamaan sang pemburu, yang aslinya adalah Siwa, juga berhasil menancapkan panahnya. Terjadilah perselisihan diantara keduanya atas siapa yang berhak menuntut binatang tersebut. Perselisihan memuncak hingga diputuskan beradu menggunakan panah. Panah-panah sakti Siwa berhasil dipatahkan kekuatannya oleh Arjuna. Akhirnya bertempuran dila njutkan dengan berkelahi. Arjuna hampir kalah, memegangi kaki lawannya (atau bahkan Arjuna akan membanting tubuh pemburu), dan sang pemburu-pun lenyap.
Relief (4, 5) Candi Tegowangi Yang muncul selanjutnya adalah Siwa, bersemayam selaku
ardhanariswara (setengah pria – setengah wanita – diatas bunga padma). Arjuna kemudian memujanya dengan suatu wadah pujian yang mengungkapkan pengakuannya terhadap Siwa yang hadir dalam segala bentuk. Siwa kemudian menghadiahkan Arjuna sebuah panah yang maha sakti dan tidak dapat dipatahkan oleh apapun juga, namanya Pasupati. Sekaligus diberikan pengetahuan bagaimana cara menyimpannya secara gaib dan menggunakannya kelak. Sesudah itu Siwa lenyap. Ketika Arjuna bersiap-siap kembali kepada saudara-saudaranya dan berniat memberitahkan keberhasilannya dalam memperoleh senjata maha sakti dari Siwa, datanglah 2 orang dewi utusan Indra. Mereka memberitahukan Arjuna supaya menghadap Indra untuk membantu para dewa dalam membunuh raja raksasa maha sakti Niwatakawaca. Untuk sesaat Arjuna merasa ragu-ragu karena jika ia mengabulkan permintaan tersebut maka ia akan lebih lama lagi terpisah dari saudara-saudaranya. Namun akhirnya ia menyetujui. Ketika sampai di kahayangan, Arjuna disambut dengan riang gembira. Para bidadari menjadi semakin tergila-gila dengan kehadiran Arjuna dikahyangan, demikian pula dengan Suprabha. Indra menjelaskan keadaan yang tidak menguntungkan karena adanya permintaan dan niat jahat dari raja Niwatakawaca. Dan sudah menjadi garis takdirnya bahwa raja tersebut hanya dapat dikalahkan oleh seorang manusia terpilih. Namun mereka juga harus dapat menemukan pusat kesaktian raja tersebut, sehingga nanti dari situlah dia dapat dikalahkan.
Relief (6) Candi Tegowangi Setelah menerima semua penjelasan tersebut Arjuna menyetujui untuk membantu. Kemudian disusunlah suatu strategi untuk tujuan itu semua. Walau agak malu-malu namun dalam hatinya senang, karena tugas itu pula maka Suprabha jadi semakin dekat dengan Arjuna. Disetujui bahwa Suprabha akan diserahkan kepada Niwatakawaca. Namun sebagai pendamping disertakan juga Arjuna dengan sembunyi-sembunyi. Tugas utama Suprabha nantinya adalah merayu sang raja supaya mau membocorkan rahasia kekuatannya.
Relief (7) Candi Tegowangi Ketika sampai di kerajaan Niwatakawaca, Suprabha sempat ragu-ragu apakah dia nanti akan mampu menjalankan tugas yang diembannya. Arjuna memberi semangat dan dorongan bahwa terpujilah dia yang mendapat tugas mulia tersebut demi kesejateraan dan kedamaian para dewa serta jagat raya. Arjuna akhirnya meyakinkan Suprabha bahwa dia akan berhasil asal ia menggunakan segala rayuan seperti yang ia perlihatkannya ketika Arjuna sedang bertapa didalam gua, biarpun waktu itu sia-sia. Setibanya di kerajaan Niwatakawaca, Suprabha disambut oleh para bidadari yang dulu mengenalinya. Mereka menanyakan bagaimana keadaan di kahyangan. Suprabha menceritakan bagaimana ia meninggalkan kahyangan atas kemauannya sendiri karena tahu bahwa kahyangan akan dihancurkan. Maka sebelum semua itu terjadi dan dia menjadi barang rampasan perang, ia memutuskan untuk menyebrang ke raja Niwatakawaca. Suprabha selanjutnya dibawa menghadap sang raja.
Relief (8) Candi Tegowangi Seketika ia bangun dan bergegas menuju tamansari. Suprabha menolak segala desakan dan bujuk rayu penuh birahi sang raja. Dia menjelaskan agar sang raja bersabar hingga fajar menyingsing. Ia justru sekarang merayunya sambil memuji-muji kekuatan dan kesaktian sang raja yang tak terkalahkan itu. Ia terus berusaha mengorek keterangan bagaimana yoga Niwatakawaca dulu berhasil memperoleh restu dan kesaktian laur biasa dari dewa Rudra. Sang raja akhirnya terjebak oleh bujuk rayu dan kecantikan Suprabha dan membuka rahasianya. Dikatakan bahwa ujung lidahnya adalah tempat kesaktiannya.
Relief (9) Candi Tegowangi Mendengar berita itu, Arjuna segera meninggalkan tempat persembuyiannya dan mulai mengadakan kegaduhan di istana raja. Niwatakawaca terkejut oleh kekacauan dahsyat mendadak tersebut. Dia segera mencari tahu apa gerangan penyebabnya. Dilain pihak suasana itu justru dimanfaatkan oleh Suprabha untuk melarikan diri bersama Arjuna. Meluaplah amarah sang raja dan segera menyadari bahwa ia telah tertipu. Segera ia memerintahkan pasukannya untuk mempersiapkan diri meyerbu kahyangan tempat para dewa. Di kahyangan suasana menjadi cerah dengan datangnya kembali Arjuna dan Suprabha dengan selamat. Segera pula didakan persiapan dan taktik untuk menyambut serangan pasukan raja Niwatakawaca. Sementara hanya Arjuna dan dibantu oleh Indra yang nanti bertugas untuk membunuh Niwatakawaca dengan senjata pamungkas karena ucapan sang raja yang kurang hati-hati. Tentara para dewa,
apsara dan
gandarwa menuju medan pertempuran di lereng sebelah selatan pegunungan Himalaya dan mengatur barisan dalam sebuah posisi disebut
makara (berbentuk seperti udang raksasa).
Relief (10) Candi Tegowangi Akhirnya pertempuranpun tak terelakkan dan terjadi dengan sengit sampai-sampai Niwatakawaca sendiri terjun ke medan tersebut dan mencerai-beraikan pasukan para dewa. Mereka terpaksa segera mengundurkan diri. Karena juga sebagai taktik, Arjuna yang bertempur dibagian dibelakang pura-pura terhanyut dalam pasukan yang lari terbirit-birit tersebut tapi dengan busur dan panah sakti yang telah disiapkannya. Ketika pasukan musuh terus memburu dan raja Niwatakawaca berteriak-teriak dengan seagala amarah dan sumpah serapahnya, Arjuna manarik busurnya. Melesat lurus dan langsung menembus ujung lidah sang raja. Seketika itu pula ia tersungkur dan mati. Para pasukan raksasa segera melarikan diri atau dibunuh. Para dewa,
apsara, dan
gandarwa yang mati kemudian dihidupkan kembali dengan cipratan air suci
amertha dan kembali ke kahyangan. Atas segala upaya dan keberhasilan Arjuna, maka dia menerima penghargaan dari dewa Indra. Selama tujuh hari tujuh malam dia menikmati kenikmatan surgawi (setara dengan tujuh bulan di dunia) atas tindakannya yang penuh kejantanan (?). Ia bersemayam bagaikan seorang raja di atas tahta Indra dan bersanding dengan bidadari cantik jelita Suprabha. Namun seiring bergulirnya waktu, Arjuna semakin gelisah dan rindu akan saudara-saudaranya. Akhirnya dengan ijin Indra, maka Arjuna kembali lagi ke dunia dan menmui saudara-saudaranya tanpa menceritakan hadiah surgawi yang diterimanya kecuali hadiah senjata panah maha sakti Pasupati hasil tapa bratanya di gunung Indrakila.
Tokoh wayang yang terlibat pada lakon Arjuna Wiwaha
Niwatakawaca
Batara Guru
Arjuna
Supraba
Bima
Yudistira
Dewa Indra
Nakula
Sadewa MP3 Wayang kulit oleh Alm. Ki Narto Sabdo - Lakon: Arjuna Wiwaha
Thanks to: Wayang Prabu Harjuna_Wiwaha_01a.mp3 Harjuna_Wiwaha_01b.mp3 Harjuna_Wiwaha_02.mp3 U n d u h : Harjuna_Wiwaha_01a.mp3 Harjuna_Wiwaha_01b.mp3 Harjuna_Wiwaha_02.mp3 Harjuna_Wiwaha_03.mp3 Harjuna_Wiwaha_04.mp3 Harjuna_Wiwaha_05.mp3 Harjuna_Wiwaha_06.mp3 Harjuna_Wiwaha_07.mp3 Harjuna_Wiwaha_08.mp3 Lihat Artikel Kompasiana lainnya oleh Hendra Rayana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya