sumber foto : bola.metrotvnews.com
Selamat siang semua. Sebuah langkah positif dan kemajuan di perlihatkan oleh Komisi Disiplin (Komdis) PSSI walaupun sesunguhnya saat ini berada dalam kondisi sedang menjadi “terhukum” alias keberadaanya dibekukan oleh Pemerintah serta sedang menjalani sanksi dari FIFA sebagai pemegang otoritas tertinggi persepakbolaan dunia.
Adapun yang dilakukan Komisi disiplin PSSI tersebut adalah usahanya dalam melakukan langkah-langkah perbaikan persepakbolaan negeri ini khususnya yang terkait dengan isu pengaturan skor dan sepakbola gajah yang pernah terjadi tahun lalu (2014) antara PSS Sleman VS PSIS di laga 8 besar Divisi Utama 2014 dan bahkan saat itu sudah dijatuhi hukuman oleh PSSI terhadap para pihak yang “diduga” sebagai pelakunya. Berikut terlampir daftar-lengkap-hukuman-pelaku-sepak-bola-gajah
Kenapa dikatakan “diduga”? Karena seperti yang kita ketahui ternyata belakangan muncul keraguan dari berbagai pihak terkait dengan pengusutan yang dilakukan Komdis PSSI sebelumnya. Apa lagi ditambah dengan adanya pengakuan baru seperti yang disampaikan oleh Empat PSS Sleman antara lain Hermawan Putra Jati, Satrio Aji, Ridwan Awaludin, dan Moniega Bagus, di mana mereka menuding justru mantan pelatih PSS, Supardjiono-lah yang menjadi salah satu aktor di balik insiden Sepak Bola Gajah itu.
Kemarin, tanggal 17 September Komdis PSSI menggelar sidang terkait dengan peristiwa sepak bola gajah itu dimana kala itu Komdis PSSI sudah itu menjatuhkan hukuman kepada personal dari kedua tim. Di luar "otak" pelaku sepak bola gajah yang dikenakan sanksi dengan hukuman terberat yakni larangan beraktivitas di sepak bola nasional mulai dari sepuluh tahun hingga seumur hidup serta denda Rp100-200 juta. Perlu diketahui Komdis PSSI kala itu menjatuhkan hukuman kepada seluruh pemain, pelatih, official dan bahkan sampai ke Masseur yang sesunguhnya tidak tahu apa-apa.
Dalam pertemuan kemarin, Ketua Komdis PSSI Ahmad Yulianto bersama Ketua Exco Wasit Roberto dan Ketua Exco PSSI Djamal Aziz membahas soal keputusan sanksi kepada manajemen PSS Sleman yang diangap terlibat dalam pengaturan skor di pertandingan tersebut. Seperti yang dikatakan bahwa Komdis akan kembali memanggil saksi-saksi karena masih adanya keterangan berbeda antara manajer tim dan empat pemain PSS Sleman. "Hari ini kami sedang mendalami lagi bagaimana cara kami membuat keputusan tentang Manajer PSS. Karena ternyata keterangan-keterangan yang diberikan manajer PSS itu berbeda dengan keterangan empat pemain, terutama oleh Hermawan," ujar Ahmad. "Jadi kami akan memanggil pemain lagi dan beberapa saksi lagi dari PSIS Semarang, agar keputusan tentang manajemen PSS Sleman itu bisa adil," tambahnya.
Dan juga dijelaskan bahwa pihak Komdis juga akan kembali mempertemukan kedua belah pihak terkait yaitu PSS Sleman & PSIS Semarang. "Kita akan konfrontir hal ini. Kalau memang dibutuhkan. Tapi kita akan mendengarkan. Itu kan tidak hanya pihak Sleman. Anda bayangkan ketika wasit sudah kick-off, pemain Sleman aktif, tapi pemain Semarang masih pemanasan. Artinya ada yang tidak beres di antara keduanya," sambungnya. "Untuk memastikan apakah perangkat pertandingannya atau panpelnya yang terlibat, itu harus didalami siapa yang bertanggung jawab saat itu," papar Ahmad.
Menyikapi keinginan Ketua Komisi Disiplin (Komdis) PSSI, Ahmad Yulianto, untuk mempertemukan kedua tim PSIS dan PSS Sleman sebagai pelaku langsung sepakbola Gajah di laga 8 besar Divisi Utama 2014 lalu. Hal itu di sambut baik oleh CEO Mahesa Jenar, Yoyok Sukawi yang memang berharap pertemuan itu terjadi dengan harapan semoga keadilan dapat diberikan oleh Komdis PSSI kepada para pelaku sepakbola pada kejadian tersebut yang ternyata tidak bersalah seperti yang disampaikanya. "Jika wacana konfrotasi itu nanti benar dengan datang surat undangan resmi dari Komdis, kami siap hadir. Pasca kejadian itu, kami tidak pernah menutupi fakta sebenarnya yang terjadi di lapangan, sampai saat ini," Ujar Yoyok kepada Tribun Jateng, Minggu (20/9/2015) siang.
Dan bahkan CEO Mahesa Jenar, Yoyok Sukawi itu mengatakan sejak awal dia merasa aneh dengan sebutan ada match fixing dalam pertandingan tersebut. "PSIS klub yang kaya dan tidak perlu melakukan match fixing seperti itu di pertandingan tersebut. Kalau mau tidak sportif kami bisa saja tidak hadir di laga itu," kata Yoyok. ”Namun kami tidak seperti itu, manajemen, official, dan pemain datang untuk menghormati setiap pertandingan. Adanya tindakan balasan yang menyulut kontroversial karena emosional para pemain terpengaruh dengan apa yang dilakukan tim lawan," lanjut Yoyok.
Beriktunya CEO Mahesa Jenar, Yoyok Sukawi itu juga mengatakan PSIS hanya sebagai korban di pertandingan tersebut dengan adanya temuan baru berdasarkan pengakuan pemain termasuk dengan peryataan PSSI bahwa laga tersebut bukan match fixing tapi match setting. "Sekali lagi kami akan senang sekali jika diundang untuk konfrotasi dan harapannya yang salah dihukum dan tidak salah bisa bebas," harap Yoyok. Dan menambahkan "Jangan sampai orang yang tidak bersalah dikenakan hukuman berat dan aktornya malah hukuman ringan apalagi terbebas," imbuh Yoyok.