sumberf foto : www.sukadi.net
"Tidak akan ada lagi naturalisasi, sudah cukup. Kita tidak butuh. Pemain-pemain berbakat kita sudah banyak," ujar La Nyalla di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Sabtu (7/12/2013).
"Saya mencoba mengurangi naturalisasi atau bahkan memberhentikan naturalisasi karena anak-anak Indonesia itu luar biasa," kata Roy di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (23/9/2013).
Selamat malam semua …………setelah kita membaca kedua pernyataan diatas yang memang berasal dari orang yang berpengaruh khususnya di dunia persepakbolaan dan keolahragaan di negri ini, yang kalau mau jujur tentu akan menimbulkan pertanyaan balik dari kita semua, Apa betul kita sudah tidak membutuhkan pemain Naturalisasi ? atau salahkan-memiliki-pemain-naturalisasi ? apa ada yang salah dengan program Naturalisasi pemain sepakbola dinegri ini ? apakah bapak kita yang terhormat di atas memahami betul arti dan prosedur dari Naturalisasi itu dengan benar ?
Seperti yang kita ketahui tercapainya sebuah peroses naturalisasi pastilah setelah adanya kesepakatan antara kedua belah pihak, baik itu pemain yang akan dinaturalisasi maupun Negara yang akan menaturalisasi dan setelah itu masih ada lagi beberapa persyaratan yang masih harus dipenuhi, seperti yang pernah saya tulis pada artikel saya terdahulu irfan-bachdim-el-loco-gonzales-kim-kurniawan-mana-yang-naturalisasi dimana disitu saya jelaskan ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi calon pemain naturalisasi antara lain adalah Pertama adalah pemain bersangkutan sudah tinggal di negara yang berminat “merekrutnya”, tentu dalam kapasitas sebagai pemain, masa tinggal tersebut memungkinkannya untuk mendapatkan kewarganegaraan di negara itu. Kedua Naturalisasi pemain dapat juga dilakukan dengan melacak garis keturunan dari pemain tersebut. Pemain tersebut untuk bisa dinaturalisasi sepanjang memiliki darah Indonesia, bisa saja dari kakek/nenek atau ayah dan ibu, pada kasus ini syarat tinggal minimal diabaikan. Ketiga Pemain yang bersangkutan belum pernah memperkuat timnas sepakbola senior negara asalnya, kecuali pemain itu bermain di level junior masih bisa dinaturalisasi ke negara baru.
Jadi kalau bapak-bapak yang diatas memahami betul bagaimana proses dari perekrutan pemain Naturalisasi sangat jelas menunjukan, bahwa proses naturalisasi ini bukanlah semata-mata saat kita menginginkan pemain ini atau itu bisa dengan serta merta langsung bisa dinaturalisasi ! padahal semua harus memenuhi keriteria yang sudah ditentukan Negara, jadi dengan kata lain ada prosedur yang ketat yang harus dilalui si pemain dan lagi berapa sih pemain international yang bisa di naturalisasikan ? apa iya berpengaruh terhadap perkembangan sepakbola dalam negri ? kalaupun ada dimana letak pengaruhnya mari coba sama-sama kita diskusikan !
Naturalisasi pemain sepakbola adalah sesuatu yang sudah umun terjadi di semua negara negara di dunia, semuanya juga mempunyai tujuan yang sama, agar supaya Timnas sepakbolanya bisa tamapil lebih baik dan lebih tangguh, proses naturalisasi sendiri sudah pasti melalui tahapan yang ketat, menyangkut kwalitas , motivasi, bahkan mungkin rasa nasionalisme terhadap negara yang akan dibelanya. semuanya melalui persyaratan yang berat dan tidak sembarangan, kalaupun sudah lolos naturalisasi tentu semuanya sudah memenuhi kwalifikasi yang di syaratkan tersebut. dan konsekwensi yang harus diterima si pemain tersebut tentu adalah menyangkut hak dan kewajiban serta tangggung jawab terhadap negaranya barunya, dan sudah barang tentu pemain Naturalisasi diharapkan mampu memberi kontribusi lebih dari pemain lokal dalam even pertandingan yang dilakukan timnasnya.
Yang menarik juga dari pernyataan dikeluarkan oleh Wakentum PSSI La Nyalla adalah antara lain yang mengatakan sudah saatnya untuk tidak melanjutkan “kebiasaan” menaturalisasi pemain, melainkan memaksimalkan bakat-bakat lokal harus diprioritaskan, dengan mengambil contoh timnas U-19 yang sudah lebih dulu menyatakan ketegasan anti-naturalisasi. Dan ditambahkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang 250 juta di Sabang sampai Merauke, mestinya seluruh masyarakat Indonesia yakin pemain sepak bola hebat bisa lahir dari dalam negeri, dan keyakinan itu telah dibuktikan oleh Timnas U-19 dan U-16 yang terdiri dari pemain lokal namun mampu bermain bagus dan mengukir prestasi….Wow….????
Jadi kesan yang kita dapat adalah kehadiran para pemain Naturalisasi dianggap menghambat proses pembinaan pemain muda, pertanyaannya bagaimana bisa kalau sampai saat ini jumlah pemain naturalisasi yang tak lebih dari sepuluh orang itu secara tiba-tiba menyingkirkan ratusan bahkan ribuan pemain asli Indonesia? Lagi pula mereka tidak mewakili setiap posisi yang dibutuhkan dalam tim, dan kalau mau jujur Pembinaan dan program naturalisasi adalah dua hal yang berbeda. Jadi bisa dikatakan masalah pembinaan pemain Indonesia tidak ada kaitannya dengan para pemain naturalisasi.
Apakah PSSI tidak pernah menyadari keterlambatannya dalam melihat besarnya potensi dari pembinaan usia dini ? dan memang sudah bermasalah sebelum pemain pemain Naturalisasi menjadi pemain Timnas ?. Dan apakah kalau kita menaturalisasi seluruh pemain top dunia, sementara pada waktu yang sama Timnas tak pernah punya persetasi secara International apakah kita bisa langsung ikut Piala Dunia ? karena sudah di isi pemain top dunia ?
Dan yang juga menarik bagi saya pernyataan tambahan dari menpora Roy Suryo yang menyatakan "Kita lebih baik melatih ikan-ikan menjadi ahli semua daripada kolam kita masukkan ikan ahli, tetapi ikan yang lain tidak jadi ahli." Dengan menambahkan pemerintah ingin menghidupkan kembali kompetisi untuk usia muda seperti Piala Suratin. Pengawasan pembinaan usia muda juga akan terus dilakukan.
Pertanyaaannya apakah betul pemain Naturalisasi memperkecil kesempatan pemain lokal menembus skuat Garuda ? Seandainya itu betul tentunya bukan pemain yang bermasalah, melainkan pengelolaan Timnas itu sendiri. PSSI atau BTN yang harus memastikan perlakuan yang sama kepada seluruh calon pemain tim nasional, hanya diisi oleh yang terbaik dan sesuai kebutuhan pelatihlah yang bisa bermain dengan kostum merah putih, tampa peduli apakah itu pemain lokal maupun naturalisasi.
Jadi intinya kalau boleh saya berangapan pelarangan atau penolakan terhadap boleh tidaknya atau di stopnya pemain naturalisasi tak lebih dari usaha menciptakan sebuah “pencitraan”, baik itu dari dilakukan pengurus PSSI itu sendiri atau pun dari pihak pemerintah dalam hal ini Menpora tampa melihat sudah maksimalkah kita memperlakukan pemain naturalisasi itu ? ………selamat menikmati.
Borneo 31 Januari 2014
Salam Olah Raga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H