Ada dua kata berbeda yaitu antara “Takdir” dan “Kutukan” yang kalau diartikan keduanya sama-sama bisa dikatakan merupakan penentu hasil akhir dari sebuah perjuangan. Baik itu kala karir dalam bekerja ataupun perestasi dibidang yang digeluti apapun itu. Tidak terkecuali dalam dunia sepakbola hal itu pun dapat terjadi, suka apa tidak suka, kita pasti akan menemukan hal-hal seperti itu.
"Kutukan" Teerasil Dangda di Piala AFF
Seperti yang pernah diberitakan tekait dengan apa yang dialami bintang sepakbola Thailand yang sekaligus menjadi Kapten timnasnya Teerasil Dangda, sebuah nama yang memang begitu menakutkan bagi para pemain belakang timnas manapun di Asia Tengara ini. Teerasil membela Timnas Thailand di Piala AFF ini sejak 2008, 2010 dan 2012. Ia hanya absen pada Piala AFF 2014 karena sedang bertualang di Liga Spanyol.
Fakta bahwa Teerasil Dangda menjadi raja gol sepakbola Asia Tenggara karena sampai saat ini ia sudah mengemas 14 gol. tinggal memerlukan tiga gol lagi saja untuk menyamakan rekor pencetak gol tersubur piala AFF yang sampai saat ini masih dipegang oleh pesepakbola asal Singapura Noh Alamshah dengan koleksi 17 gol.
Pada partai pembukaan saat Timnas kalah dari Thailand 2-4 ia berhasil mencetak hatrick ke gawang kurnia Mega. Begitu juga pada laga Final leg pertama yang berlangsung dua hari yang lalu di stadion Pakansari ia kembali mencetak satu-satunya gol Thaliand ke gawang Kurnia Mega lewat sundulan kepalanya.
Ironisnya disepanjang karirnya membela timnas Thailand, ia belum pernah sekalipun merasakan juara di Piala AFF ini. Seperti pada Piala AFF 2008 di babak final Thailand kalah agregat gol 2-3 dari Vietnam. Piala AFF 2010 Thailand gagal total. Selanjutnya di Piala AFF 2012 Thailand kembali gagal juara kembali kalah agregat 2-3 dari Singapura.
Dengan demikian tidak salah, akhirnya banyak media mengatakan bahwa kenyatan pahit ini seakan menjadi “kutukan” bagi Teerasil Dangda selama ia membela timnas Thailand di ajang Piala AFF ini. Padahal Teerasil Dangda tampil sebagai salah satu pemain tersubur pasukan Gajah Perang ini, Namun apesnya justru belum pernah sekali pun meraih trofi turnamen paling bergengsi di antara Negara-negara Asia Tenggara ini.
Timnas Indonesia gagal Karena “Takdir”
Berbeda dengan timnas Indonesia, reputasi sebagai spesialis finalis sangat melekat di skuat Garuda ini. Kalau kita melihat dari selama perjalanannya mengikuti ajang turnamen piala AFF ini. Sudah empat kali mereka tampil sebagai finalis yakni tahun 2000, 2002, 2004, dan 2010. Namun dalam menjalani misi suci meraih trofi itu tak pernah mereka dapatkan dan selalu gagal.
Perjuangan timnas Indonesia itu masing-masing digagalkan oleh, Thailand pada 2000 dan 2002, Singapura pada 2004, dan Malaysia pada 2010 yang sesungguhnya saat itu Indonesia juga sudah di tangani oleh Opa Riedl. Kala itu Euforia suporter sepakbola sempat melambung tinggi. Mereka yakin akan timnas harapanya akan dapat membawa pulang trofi yang memang sudah lama ditunggu itu. Apalagi waktu itu "aura dendam" pada Malaysia sempat membuat tensi makin tinggi. Namun apa yang terjadi? Pada leg pertama di Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Indonesia dihajar Malaysia 0-3.
Berikutnya pada leg kedua partai kandang di Gelora Bung Karno, anak asuh Opa Riedl hanya mampu mengalahkan Malaysia dengan skor tipis 2-1, sehingga dengan demikian pencapaian seperti itu jelas tidak sanggup untuk mengejar defisit gol agregat dari timnas Malaysia yang unggul 4-2. Alhasil Timnas Indonesia kembali meraih hasil runner up lagi.