Mohon tunggu...
Hery Syofyan
Hery Syofyan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Banyak baca dapat menambah cakrawala pola pikir kita....suka bola & balap..

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Hukuman Pelanggaran Fair Play untuk Pemain Atau Tim?

4 November 2014   02:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:45 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto : www.mediaindonesia.com

Hallo selamat malam semua ………….. masih terkait dengan sepakbola Gajah ada pertanyaan yang menggelitik saya ketika melihat pemberitaan hari kemaren dimana diberitakan ratusan warga Semarang tidak terima dengan keputusan sanksi dari Komdis PSSI yang praktis membuat langkah mereka ke Indonesia Super League (ISL) musim depan tertutup, untuk itu mereka melakukan pengumpulan 10.000 tandatangan demi mendukung keberadaan tim kesayangannya PSIS Semarang agar bisa terhindar dari hukuman dan bertahan di Divisi Utama Liga Indonesia.

Tentu hal ini bagi sebagian kita menjadi aneh ? kenapa menjadi aneh tentu karena hukuman yang dijatuhkan PSSI itu sudah dengan pertimbangan yang matang dan sekaligus untuk memberi pembelajaran bagi semua tim spakbola yang berada dibawah naungannya agar tidak melakukan hal yang sama dikemudian hari, padahal kalau mau jujur hukuman yang sudah dijatuhkan itu belumlah seimbang dengan apa yang telah diperbuatnya keduanya dengan mempermalukan persepakbolaan negri ini di kancah persepakbolaan dunia international dengan mencedari hakikat dan makna dari Fair Paly yang memang dijunjung tinggi oleh pelaku sepakbola di seluruh dunia, sementara hukuman yang dijatuhkan Komite Disiplin PSSI itu hanya sebatas mendiskualifikasi PSIS dan PSS Sleman dari keikutsertaannya di babak delapan besar kompetisi Divisi Utama.

Memang langkah untuk melakukan pengumpulan tandatangan itu merupakan sebagai bentuk langkah keperihatinan dan kecintaan para supporter kepada tim sepakbola kebangaannya dan itu sesuatu yang sah-sah saja, tapi semua pihak tentunya juga bisa melihat fakta permasalahan dari kejadian sesungguhnya serta akibat/efek yang ditimbulkannya terhadap persepakbolaan kita kedepan, dan untuk itu kita harus bisa memahami kenapa Komite Disiplin PSSI perlu melakukan Sanksi dan hukuman tegas dengan tujuannya agar supaya hal yang memalukan itu tak terjadi lagi.

Menjadi wajar kalau kita juga mempertanyakan pernyataan dari supporter PSIS semarang yang mengatakan hukuman terhadap pelanggaran fair play seharusnya diberikan kepada pemain saja bukan tim ? seperti yang disampaikan . Ketua Suporter Semarang Extreme (Snex), Doni Kurniawan "Kami anggap PSSI telah konyol dan gegabah memberikan sanksi tanpa lebih dulu melakukan investigasi mendalam, " tuturnya padahal sangat terang benderang apa yang terjadi pada laga tersebut bahkan videonya beredar ke dunia International ….. serta menambahkan "Hukuman diskualifikasi terlalu berat bagi kami," nilai Dodi, sembari meminta Ketua PSSI Djohar Arifin mengkaji ulang hukuman yang dijatuhkan bagi tim kesayangannya itu.

Nah…..tentu cara berpikir seperti inilah yang mungkin membuat sepakbola kita susah majunya, padahal kita sama-sama mengetahui kejadian seperti ini sudah terjadi berulang kali, tapi anehnya manakala sebuah tim melakukan kesalahan yang sama, para pendukung/suporternya seakan menutup mata bahwa kejadian seperti itu tidak dikehendaki atau hanya korban ? dan berbondong-bondong melakukan unjukrasa mendukung supaya hukuman atau sanksi yang diberikan dikurangi bahkan sampai menentukan sendiri siapa yang harus dihukum ?

Dan itupun ternyata tidak hanya sebatas pendukung atau suporter klub yang melakukanya, bahkan dipemberitaan lainpun seorang Ketua Asprov PSSI Kalimantan Timur Yunus Nusi juga ikut berkomentar dengan menyindir Komdis PSSI, dengan mengatakan Komdis PSSI telah membunuh klub ? sungguh sebuah pernyataan yang aneh…..menurutnya Komdis PSSI seharusnya bisa memberikan pengertian kepada klub, dengan mendiskualifikasi itu, sama saja dengan membunuh klub yang sudah berjuang dari mulai awal dan mengeluarkan biaya besar bagi timnya, seperti yang disampaikanya "Keputusan Komdis aneh. Bila memberikan sanksi kepala klub, seharusnya didahului dengan investigasi oleh seluruh elemen PSSI. Ingat, kasus ini tidak hanya menyangkut hukum yang menjadi wewenang Komdis saja. Tetapi ada indikasi-indikasi yang memengaruhi," ujarnya dan yang lebih mengherankan lagi tambahan komentaranya yang menyatakan “kalau sudah terjadi kejadian seperti ini, siapa yang disalahkan? Jangan selalu memberi kesalahan dan sanksi kepada klub. Bila terus begitu, sepak bola Indonesia tidak akan maju. Harusnya, ada hubungan yang baik antara manajemen persepakbolaan dalam hal ini PSSI dengan pelaku sepak bola (klub)," tutupnya

Justru yang sebetulnya harus didukung dan diberi apresiasi adalh sikap Ketua Umum KONI Pusat, Tono Suratman, yang meminta PSSI untuk memperberat hukuman terhadap PSS Sleman dan PSIS Semarang "Saya sudah menyampaikan kepada Ketua Umum PSSI Djohar Arifin untuk menambah hukuman yang lebih dari yang sudah diberikan, dan dia menyetujuinya," kata Tono, Kamis (30/10/2014) dan menambahkan "Hukuman tambahan ini diharapkan dapat memberikan efek jera dan pelajaran bagi kita semua," tuturnya.

Melihat dari apa yang terjadi diatas jelas membuat kita bertanya-tanya apakah kesalahan yang terus terjadi berulang kali itu tidak perlu ada sanksi dan hukuman yang keras bagi pelakunya ? kalau kita menggunakan akal sehat tentu kita akan bertanya-tanya bagaimana bisa seorang pesepak bola menceploskan bola ke gawang sendiri lalu tampak berlari kegirangan sembari melakukan selebrasi dan gol-gol bunuh diri yang diciptakannya itu dan bahkan gol itupun dirayakan oleh suporter timnya sendiri ? pertanyaanya tentu apakah ada jaminan kalau peristiwa yang sama tak akan terjadi lagi ? sementara kekerasan dan kecurangan dalam kompetisi sudah menjadi hal yang biasa terjadi dalam sepak bola Indonesia bahkan seakan-akan sudah menjadi aktivitas yang rutin, sampai-sampai masyarakat sudah tidak peduli dan sudah tidak merasa aneh lagi dengan kejadian-kejadian yang terjadi dalam kompetisi persepakbolaan di negri ini khususnya Divisi Utama ini, apa lagi kalau kita melihat kepada faktanya memang seperti itu yang terjadi, dari berbagai pemberitaanya yang ada justru yang lebih banyak diberitakan bukan lagi terkait dengan persoalan sepakbola, melainkan lebih banyaka menyangkut kerusuhan, ketakutan/terror terhadap  pemain yang bertandang kekandang lawan, skandal pengaturan skor, dan keberpihakan wasit kepada tuan rumah dan banyak lagi lainnya.

Dari berbagai fakta-fakta diatas sepertinya kita sudah muak terus-terusan mengkritisi sikap lunak PSSI selama ini dan sudah saatnya PSSI sebagai otoritas tertinggi persepakbolaan bersikap yang lebih tegas untuk membenahi kisruh kompetisi ini, dengan sanksi itu kita berharap adanya shok terapi bagi pelaku sepakbola sehinga persoalan ini tidak terus terjadi dan mungkin dengan kasus yang terakhir terjadi ini marilah kita para pecinta/supporter dan pengurus klub sama-sama berpikir untuk kepentingan yang jauh lebih besar kedepannya yaitu untuk kemajuan persepakbolaan daripada terus-terusan meminta pertanggung jawaban PSSI, yang dengan logika sederhana saja bisa kita simpulkan setiap timbul masalah pasti ada akar penyebabnya. jika akar penyebab itu tidak diselesaikan dengan sanksi yang tegas hingga tuntas maka menjadi wajar masalah akan terus terjadi.

Jika semuah pihak sebagai pelaku sepakbola serius dan tulus memahami bahwa hakikat sepak bola adalah olahraga yang penuh kebanggaan dan kejujuran, tentu berbagai persoalan yang terjadi lambat laun akan bisa teratasi …………jujur memang sepertinya menjadi kata yang begitu maha penting bagi kita semua saat ini,…… jujur untuk berkata salah kalau memang salah dan jujur berkata betul karena betul,  bukan salah menjadi betul atau betul menjadi salah seperti kasus yang terjadi pada pembuat tusuk sate M Arsyad yang sudah jelas salah menghina kepala Negara dan melanggar UUD IT tapi karena tekanan publik malah menjadi sebuah pembenaran dan bahkan diberi “Reward”……sesuatu yang aneh dan ajaib. …………selamat menikmati.

Borneo 03 November 2014

Salam Olah Raga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun