Mohon tunggu...
Hery Syofyan
Hery Syofyan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Banyak baca dapat menambah cakrawala pola pikir kita....suka bola & balap..

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Fisik & Stamina Kembali Jadi Momok Kegagalan Timnas U-23

1 April 2015   22:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:40 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="570" caption="sumber foto : blog.walkjogrun.net"][/caption]

Selamat malam semua………Timnas U-23 Indonesia dibawah asuhan pelatih Aji Santoso akhirnya dipastikan gagal menembus putaran final Piala Asia U-23 Januari 2016 mendatang di Qatar, hal itu bisa diketahui karena berdasarkan hasil yang terjadi di grup lain ternyata tidak menguntungkan posisi timnas 'Garuda Muda' sehingga predikat sebagai 5 runner-up terbaik ASIA pun tak bisa diraih, itu semua akibat dari kekalahan telak 0-4 dari Korea Selatan kemaren di partai terakhir Pra Piala Asia yang berlangsung di Gelora Bung Karno, Selasa (31/3/2015), yang membuat posisi anak asuhan Aji Santoso ini hanya cukup menjadi runner-up Grup H saja.

Padahal semestinya Timnas U-23 Indonesia sesunguhnya masih bisa lolos,  asalkan saja posisi timnas U-23 masuk dalam group 5 tim runner-up terbaik, yang memang sesuai aturan lima tim runner-up terbaiklah yang turut berhak untuk tampil di putaran final di Qatar awal tahun depan mendampingi sepuluh tim yang lolos, tapi sayang semua sudah terjadi Indonesia sudah dipastikan gagal masuk lima tim runer up terbaik tersebut karena hanya mampu meraih poin enam dari tiga laga dengan selisih gol +3, Indonesia dipastikan kalah bersaing dengan tim-tim lain yang punya jumlah poin atau selisih gol yang lebih baik dari timnas U-23 Indoesia, dari data terakhir Timnas U-23 Indonesia hanya berada di posisi keenam, di bawah Thailand, Iran, Vietnam, Yaman, dan Uzbekistan. Thailand, Iran, Vietnam, dan Yaman telah dipastikan lolos, sedangkan Uzbekistan akan menunggu hasil grup lain.

Harus diakui juga bahwa pada laga kemaren Korsel memang tampil lebih dominan, hal itu sudah terlihat dari sejak awal babak pertama dimana pemain Korsel yang unggul secara fisik beberapa kali sempat melepaskan serangan-serangan berbahaya ke pertahanan Indonesia bahkan pada menit ke 12 pun sudah sempat membuat gol ke gawang Indonesia yang dikawal Muhammad Natshir, namun gol tersebut dianggap tidak sah karena sebelumnya terjadi pelanggaran kepada Manahati Lestusen di kotak penalty, begitu juga dengan serangan balik para pemain Korsel sering membahayakan gawang Indonesia walaupun pada akhirnya masih gagal untuk mencetak gol dan babak pertamapun akhirnya berkesudahan dengan kedudukan tetap bertahan kaca mata alias 0-0.

Memasuki babak kedua dominasi pemain Korsel semakin tak terbendung,  di menit 51, Jung Seunghyun akhirnya berhasil membuka keunggulan bagi Koresel yang berawal dari buruknya koordinasi di lini belakang Indoensia, Seunghyun mendapat bola liar dan berhasil membobol gawang Indoensia 1-0 untuk Korsel,  berikutnya di menit 71 kembali Indonesia kebobolan melalui Lee Chandong yang juga berhasil melepaskan tembakan ke pojok gawang Indonesia kedudukan pun berubah 2-0 untuk timnas U-23 Korsel dan berikutnya giliran Kim Seungjun yang mencatatkan namanya di papan skor yang membuat Korsel unggul 3-0 dan terakhir Lee Changmin menutup pesta gol Korsel lewat sepakan jarak jauhnya berhasil merubah skor menjadi 4-0 untuk Koresl, dengan hasil ini Korsel dipastikan lolos ke putaran final januari tahun depan di Qatar dan tampil sebagai juara Grup H dengan mengumpulkan sembilan poin dari tiga kali kemenangan sementara Indonesia hanya mampu mengumpulkan enam poin dari tiga pertandingan.

Dari apa yang kita lihat pada pertandingan terakhir menghadapi Korsel tersebut, khususnya mulai saat babak kedua berlangsung sudah terlihat sekali bahwa fisik dan stamina dari para pemain timnas u-23 mulai kedododran, hal ini jadi mengingatkan kita akan cerita lama/klasik dimana kegagalan Timnas Indoensia selalu tak jauh dari bicara kemampuan fisik pemain yang mampunya atau bertahannya hanya dalam waktu 60 menit pertandingan saja, sedangkan dalam sebuah pertandingan sepakbola jelas bahwa waktu yang dibutuhkan 90 menit itupun tidak termasuk penambahan waktu 2x15 menit, melihat dari fakta dan kondisi diatas tentu ingatan kita juga langsung kembali permasalahan VO2Max yang dulu sempat ramai dibicarakan terutama dengan apa yang sudah pernah dicapai timnas U-19 dibawah asuhan pelatih Indra Sjafri, dimana saat itu pelatih Indra Sjafri sangat konsen sekali akan fisik & stamina atau kebugaran pemainnya, dari hasil tes yang pernah dilakukan/diumumkan kala itu sempat diketahui bahwa Evan Dimas menjadi salah satu pemain yang mempunyai VO2Max tertinggi yaitu mencapai angka 63, untuk diketahui semakin tinggi VO2Max seorang pemain sepakbola maka semakin bagus staminanya dan begitu juga sebaliknya semakin rendah nilainya maka semakin jelek juga staminanya, karena yang dimaksud dengan VO2Max adalah volume maksimal oksigen yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif,  jadi semakin banyak oksigen yang diserap, semakin baik pula kinerja otot dalam bekerja dan zat sisa-sisa yang menyebabkan kelelahan pun jumlahnya semakin sedikit.

Dan hal inipun  sebetulnya kalau mau jujur sudah terlihat pada saat kemenangan telak Timnas U-23 5-0 atas Timor Leste pada laga pertama, dimana seperti diketahui saat itu beberapa pemain tim Garuda Muda bertumbangan di pertandingan tersebut tercatat setidaknya ada dua pemain Timnas Indonesia U23 yang tumbang karena kondisi fisik terkuras saat laga baru memasuki menit ke-70, yaitu Adam Alis dan Abduh Leslatuhu yang jelas diduga karena kelelahan yang luar biasa, tapi anehnya kala itu coah Aji Santoso membantah dengan mengatakan bahwa para pemainnya tidak bermasalah dengan stamina atau kondisi kebugaran seperti yang disampaikannya “Secara keseluruhan, sebetulnya saya tidak ada masalah kebugaran pemain dalam laga ini. Kalau kram yang dialami Abduh Lestaluhu dan Adam Alis, itu terjadi karena mereka memang bekerja keras dengan sangat luar biasa. Kemudian, bisa juga hal itu terjadi karena faktor nervous,” ujar Aji Santoso usai laga.

Jadi kalau kita kembali ke masalah kebugaran fisik, memang mau tidak mau kita harus kembali bicara ke standar VO2Max yang harus dimiliki seorang pemain sepakbola, seperti yang pernah diberitakan bahwa standart untuk pemain lokal Indonesia nilai VO2Max nya minimal 58 sedangkan untuk pemain asing 60, pertanyaanya tentu apakan hal itu masih atau pernah dilakukan tes kembali oleh Aji Santoso ? jujur kita sudah tidak pernah lagi mendengar hal itu dilakukan, terakhir hal itu dilakukan dizaman pelatih Indra Sjafri dulu yang memang secara konsisten melakukannya, jadi kalau mau jujur dari apa yang terjadi di pertandingan kemaren mungkin saja masih banyak pemain timnas U-23 yang nilai VO2Maxnya masih jauh dari atau dibawah standar, dan tentu Ini menjadi PR tersendiri bagi pelatih dan juga BTN untuk kedepannya agar dapat  lebih meningkatkan nilai VO2Max para pemain timnas, karena memang disinilah yang menjadi salah satu letak kelemahan para pesepakbola Indonesia staminanya tidak cukup kuat untuk dapat bermain dalam 90 menit pertandingan dengan tenaga yang prima, seperti apa yang disampaikan Pemain belakang tim nasional U-23 Korea Selatan kemaren, Jung Seunghyun, yang mengatakan bahwa salah satu kelemahan para pemain Indonesia adalah pada ketahanan fisik yang lemah "Selain itu, kemampuan finishing (mengeksekusi peluang) juga tidak bagus," kata Seunghyun

Jadi kesimpulannya dengan mengetahui nilai VO2Max pemain maka, tentu tidak ada alasan lagi untuk dapat mengatakan bahwa “mereka” sudah ditempa dalam sebuah kompetisi yang hebat sehingga secara otomatis fisik/stamina mereka pun juga sudah oke punya alias tak bermasalah dengan kebugarannya, dan tentunya sangat disayangkan kalau selama ini parameter VO2Max mulai dilupakan atau kurang mendapat perhatian dari pelatih atau klub maupun PSSI sendiri, sekali lagi dengan kejadian ini tentu harapan kita semua semoga saja kedepan masalah klasik fisik/stamina pemain timnas ini bisa teratasi karena dengan mengetahui VO2Max seorang pemain jelas kemampuan fisiknya dapat diketahui secara pasti, seperti yang pernah disampaikan dr Alfan Nur Asyhar yang menangani timnas U-19 kala dilatih Indra Sjafri dulu yang mengatakan "Standar pemain internasional, vo2 max pada level 60, itu sudah. Syukur-syukur bisa lebih baik baik lagi. Pemain-pemain di liga Eropa, standar vo2 max nya adalah 60," ucap Alfan……….selamat menikmati.

Borneo 01 April 2015

Salam Olah Raga’

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun