Selamat pagi semua, sepertinya perseteruan Kemenpora dan PSSI (Beku) semakin menarik untuk diikuti, apa lagi dengan adanya berita terbaru yang mengatakan bahwa Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) Jakarta kembali memenangkan PSSI atas ajuan banding yang diajukan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) terkait dengan keputusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta Nomor 92/G/2015/PTUN.JKT, 14 Juli lalu.
Begitu juga dengan apa yang terjadi di kanal favorit “Bola” ini, dengan adanya keputusan itu tentu dengan sendirinya “tensi” akan kembali menaik serta membangkitkan kembali gairah menulis bagi komapasianer yang biasa menulis di kanal bola ini, baik itu yang mendukung keputusan tersebut maupun yang tetap berharap adanya reformasi total bagi kepengurusan persepakbolaan di negri ini. Dan bisa dipastikan semua itu akan dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan olah pikir dan opininya masing-masing, serta cara pandang mereka dalam melihat permasalahan yang ada karena memang perbedaan itu sudah sejak dulu kala, jadi apa pun yang akan terjadi dalam beberapa hari kedepan tentu kita harus dapat saling menghormati apapun bentuk opini yang akan diposting dikanal bola ini, tentu selagi semuanya mematuhi aturan yang ada karena memang semua itu sah-sah saja.
Memang seperti diketahui Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) Jakarta kembali memenangkan PSSI atas banding Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Karena dalam keputusan yang diberitakan keluar tertanggal 28 Oktober 2015 itu disebutkan bahwa PTTUN menguatkan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta Nomor 92/G/2015/PTUN.JKT, 14 Juli lalu. Jadi dengan demikian jelas dapat dikatakan PSSI sudah dua kali memenangkan gugatannya atas Kemenpora, pertanyaanya apakan dengan kemenangan kedua ini dapat dikatakan bahwa PSSI sudah ungggul 2-0?
Jujur tentu jawabannya bisa iya dan juga bisa tidak, iya karena memang faktanya pengadilan (PTTUN) kembali memenangkan PSSI. Tapi apakah keputusan itu bisa diterima secara bulat? tentu tidak bahkan malah ada yang bertanya-tanya apa salah kalau pemerintah melihat/mengangap ada sesuatu yang salah dalam pengelolaan sepakbola ini dan selanjutnya pemerintah berniat untuk melakukan pemebenahan bisa disalahkan atau dikatakan salah ? bukankah Negara dalam situasi seperti itu harus hadir ? apa lagi pemerintah saat ini memang sedang giat-giatnya melakukan reformasi total disegala bidang dengan melakukan berbagai trobosan untuk mencapai hasil yang maksimal bagi apapun itu.
Termasuk juga dalam bidang olahraga yang paling dicintai segenap rakyat Indonesia ini seperti sepakbola, jadi sekali lagi kalau kita bertanya adakah yang salah dalam sepakbola Indonesia? tentu jawabanya “ada” karena memang pada faktanya sepakbola hanya berjalan ditempat dan sebatas hanya menjadi hiburan rakyat semata bukan menjadi sebuah olehraga perestasi, fakta untuk itu jelas dan tidak terbantahkan perestasi tim Nasional tertinggi yang pernah dicapai yaitu juara SEA Games th 1991 catat ! 24 tahun yang lalu bro…..bukankah itu menjadi sebuah bukti bahwa sepakbola bukan sebagai olahraga peretasi, bayangkan bro 24 tahun yang lalu?
Lalu apa yang dikerjakan PSSI selama ini, yang dikerjakan PSSI adalah tak lain hanya perseteruan memperebutkan kekuasaan sebagai pemegang kuasa di kepengurusan PSSI, sementara fungsi lainya menjadi terbenkalai berjalan dengan apa adanya yang penting kompetisi berputar rakyat terhibur sukur-sukur tim Nasinoal bisa berperestasi kalau tidak ya sudah, semuanya akan kembali ke jawaban klasik kekalahan bagi timnas diangap sebagai proses “pembelajaran bagi timnas” dan begitulah seterusnya.
Lalu sampai kapan ada perubahan sepakbola menjadi “olahraga perestasi” yang bisa mengangkat dan mengharumkan nama bangsa dan tanah air? salah satu indikator kemunduran itu adalah Peringkat FIFA, harus kita akui peringkat FIFA Indonesia akan terus cendrung merosot karena berlarut-larutnya kisruh ini, apa lagi sejak PSSI di sanksi FIFA otomatis kiprah Timnas sebagai tolak ukur perestasi sepakbola tidak diperbolehkan lagi berlaga di even international.
Dari catatan terbaru peringkak FIFA Indonesia per November 2015 berada di peringkat ke 174 Dunia dari 209 Negara, malah kini berada dibawah Negara kecil pecahan Indonesia yang merdeka dengan cara referendum pada zamanya pemerintahan Habibi, Timor timur yang justru naik delapan peringkat per November ini di posisi ke-162 dunia. Ok…..untuk masalah peringkat tentu kita juga harus memahami/memakluminya karena memang kondisi persepakbolaan Nasional dalam keadaan jauh dari kata kondusif apa lagi disanksi FIFA sehingga timnas Indonesia tidak dapat/bisa berlaga di ajang international yang merupakan faktor pendukung dalam mendongkrak peringkat FIFA tersebut.
Jadi kalau kembalike judul diatas apakah “Banding Menpora di Tolak apa PSSI Menang 2-0?...belum tentu bro …… seperti yang diberitakan kemaren Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi mengatakan tidak kaget dengan hasil banding di Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PT TUN) yang dimenangkan oleh PSSI tersebut. Dan meskipun sudah dua kali kalah di meja hijau menpora sepertinya tetap semangat dan tidak akan menyerah. "Saya nggak kaget dan sudah diprediksi hasil seperti itu sejak awal," Jumat (6/11/2015). Menpora berangapan bahwa dalam kasus itu pihak hakim tidak pernah mendengarkan alasan pemerintah dan terkesan mengabaikannya. "Kita punya rekaman proceeding terkait itu. Bahwa semua yang dilakukan pemerintah sama sekali tidak digubris," kata Imam.
Jadi intinya terkait dengan keputusan PTUN dikeluarkan sejak 28 Oktober 2015 itu menpora mengatakan "Apapun itu, kami akan kasasi. Harus itu kasasi. Berikan kami kesempatan untuk kasasi," katanya. Dan Menpora juga kembali mengulang bahwa bahwa keputusan itu tidak mengubah status PSSI. Langkah kasasi yang diambil secara otomatis membuat SK pembekuan PSSI masih berlaku hingga saat ini. "Karena kami masih kasasi maka PSSI masih beku. Kami berharap dalam kasasi nanti hakim agung independen," dengan demikian jelas Usaha Kemenpora untuk mereformasi PSSI masih akan terus berlanjut.
Begitu juga kalau kita kaitkan dengan hasil kunjungan FIFA kemaren, sepertinya memang belum akan berubah, betul dikatakan FIFA lebih membuka diri, dan mengerti dengan keprihatinan pemerintah terhadap sepak bola Nasional, tapi Mereka (FIFA) juga tetap mengakui PSSI di bawah kepengurusan La Nyalla Matalitti sebagai kepengurusan yang sah meski tak diakui bahkan sudah dibekukan pemerintah.