Ada cerita menarik yang berkembang saat kegagalan tim kuat/unggulan Uruguay pada awal turnamen yang sepertinya terlalu pagi bagi mereka untuk tersingkir dari perhelatan akbar memperingati seratus tahunnya Copa America dalam even edisi khusus yang diberi nama Copa America Centenario 2016 ini. Dimana setelah Uruguay mengalami kekalahan keduanya yang sekaligus memastikan mereka gagal melaju ke babak berikutnya perempat final,  berikutnya beredar cerita bahwa ada ‘kutukan bagi tim tradisonal’ akan gagal di copa America Centenario 2016 ini.
Adapun yang menjadi acuan sebagai tim tradisonal itu adalah tiga tim kuat seperti Urugay, Brazil dan Argentian dimana mereka juga sekaligus sebAgai pengoleksi terbanyak Trophy kemenangan di Copa Amerika ini. Masing-masing Uruguay sebanyak 15x, Â Brazil 8x dan Argentina 14x hal itu terjadi sejak turnamen ini masih bernama Copa Centenario sampai sekarang berubah menjadi Copa America. Makanya untuk memperingati seratus tahun lahirnya Copa America ini dinamakanlah turnamen ini dengan nama Copa America Centenario 2016.
Berikutnya kisah kutukan bagi tim tradisional itu jadi semakin menguat ketika Brazil sebagai tim kuat dan unggulan pada turnamen ini juga gagal melaju ke babak selanjutnya yaitu perempat final, karena dipertandingan akhirnya mereka dikalahkan Peru 1-0. Percaya atau tidak kisah itu ternyata juga berlanjut pada partai Final Copa America Centenario 2016 tadi pagi dimana seperti yang sudah sama-sama kita ketahui bahwa Argentina kembali kalah dalam adu penalty dari lawanya Chile yang sesungguhnya sudah dikalahnya (2-1) semasih di penyisihan group.
Harus diakui apa yang menimpa Argentina di partai penentu ini menjadi anti-klimak dalam perjalanan akhirnya mereka di turnamen ini. Mereka begitu perkasa di penyisihan Group dengan catatan hasil yang sempurna. Di perempat final pun mereka berhasil mencukur Venezuela 4-1, selanjutnya di semifinal mereka juga mempecundangi tuan rumah Amerika Serikat dengan skor 4-0 tanpa balas. Sembilan pemainnya berhasil menyumbangkan gol dan bahkan Messi sang bintangnya menjadi pencetak gol tersubur dengan lima gol, diikuti Gonzalo Higuain 4 gol.
Dari apa yang sudah ditampilkan Argentina itu, sekali lagi tentu pertanyaanya apa masih ada yang menyangsikan Argentina tidak layak juara? salah besar kalau masih ada yang menyangsikan atau meragukan kesiapan mereka. Melihat fakta jelas bahwa Argentina adalah tim yang palin siap untuk tampil sebagai juara, disamping mereka tampil di puncak klasemen di group D.  Dalam turnamen ini juga mereka menundukan Chile (2-1) yang justru mengalahkannya tadi pagi. Tapi sayang keperkasaan mereka itu tidak terlihat pada dilaga pamungkasnya tadi pagi, mereka tidak mampu menembus gawang Chile dalam 120 menit pertandingan, sekali lagi apa betul kutukan itu benar terjadi? jawabanya entah lah bro…he...he
Pelatih kepala Argentian Gerardo Martino, mengatakan dia tidak mau berpegang pada hasil di masa lalu, termasuk juga final tahun lalu (2015). "Dengan segala hormat pada hasil tahun lalu, saya kini ingin mengubahnya," ujar "Kedua kesebelasan datang ke turnamen ini dengan performa yang bagus dan tidak ada gunanya membandingkan dengan hasil tahun lalu."
 "Tidak mudah untuk menjelaskan apa yang telah terjadi. Argentina seharusnya menang. Ada rasa sakit. Kembali kalah menjadi rasa sakit yang terlalu besar untuk ditanggung," kata Martino
Pelatih Chile Juan Antonio Pizzi, memberikan pujian pada tim asuhannya dengan menyebutnya sebagai tim pemenang "Ini merupakan tim pemenang. Penting bagi para pemain adalah mereka pemenang," PizziÂ
"Sebelum pertandingan atau turnamen, mereka sudah yakin akan menang. Keyakinan ini memungkinkan mereka bermain seperti yang mereka inginkan . Untuk menjadi pemenang tidak berarti Anda memenangkan setiap pertandingan, karena itu tidak mungkin,"Â