"Saya ingin melihat terlebih dahulu kesiapan tim-tim menyambut Liga 1. Saya ingin benar-benar klub di Indonesia siap karena saya ingin kompetisi tersebut berkualitas, bukan kuantitas," kata Edy RAhmayadi Ketum PSSI.
Terpilihnya Pangkostrad Letnan Jendral Edy Rahmayadi sebagai Ketua Umum PSSI yang baru priode 2016-2020. Tentu memberi harapan baru bagi para pecinta sepakbola nasional dengan harapan semoga saja PSSI dan Timnasnya dapat lebih berprestasi lagi. Apa lagi seperti kita ketahui sudah cukup lama PSSI tak dipimpin oleh kalangan militer.
Sebelum ini sudah ada tiga Ketua Umum yang berasal kalangan sipil pasca Agum Gumelar, namun yang terjadi malah PSSI bisa dikatakan berantakan. Jadi tentu tidak heran jika akhirnya publik sepakbola kembali berharap dan berangapan bahwa orang dari kalangan militerlah yang memang dibutuhkan PSSI saat ini karena ketegasanya
Kalau dilihat dari susunan kepengurusannya, memang masih ada beberapa nama lama yang berasal dari kepengurusn PSSI sebelumnya. Seperti jabatan wakil ketua umum yang dipegang Joko Driyono, namun tentu harus diakui bahwa PSSI saat ini masih membutuhkanya, karena ia memiliki kemampuannya dalam memutar roda kompetisi, seperti yang selama ini dilkukanya bersama PT Liga Indonesia (LI) menjalankan Kompetisi.
Namun kemaren publik sepakbola kembali dikejutkn dengan adanya pemberitaan mengenai mundurnya jadwal kompetisi musim 2017 ini. Ketua umum PSSI Edy Rahmyadi dikatakan sudah memutuskan bahwa jadwal kompetisi Liga 1 musim ini akan dimundurkan sampai pertengahan April atau paling lambat 26 April mendatang. Padahal sebelumnya PSSI dalam forum Kongres PSSI yang diberlangsung di Bandung, 8 Januari 2017 lalu sudah menjadwalkan kompetisi Liga 1 akan berlangsung 26 Maret 2017 nanti.
Molornya jadwal kompetisi dari rencana semula itu dikatakan karena, PSSI ingin melihat kesiapan kontestan (klub) secara keseluruhan khususnya terkait dengan kesiapan mereka dalam mengarungi kompetisi sepakbola kasta tertinggi tersebut.
Kalau kita kembali melihat kebelakang terkait dengan mundurnya jadwal kompetii liga ini, sebetulnya ini bukanlah menjadi barang baru bagi PSSI, karena memang hal ini sudah sering terjadi dan bahkan bisa dikatakan sudah menjadi masalah klasik bagi PSSI, khususnya yang terjadi dalam empat tahun kebelakang.
Seperti pada musim kompetisi 2014 lalu, kompetisi Liga Super Indonesia sebelumnya sudah dijadwalkan akan berlangsung pada Januari 2014. Namun apa yang terjadi kemudian faktanya kompetisi baru bisa dimulai pada 1 Februari 2014. Alasan PSSI ketika itu adalah karena operator ISL, PT Liga Indonesia, masih harus menyelesaikan verifikasi terhadap calon peserta Liga.
Berikutnya pada musim kompetisi 2015, Saat kisruh persepakbolaan nasional terjadi, harus diakui memang situasinya saat itu sangat tidak menguntungkan. Baik itu bagi PSSI maupun bagi operator penyelenggara kompetisi PT Liga Indonesia yang pada awalnya sudah menentukan jadwal kick-off akan berlangsung 21 atau 22 Februari 2015.
Namun karena ada ketentuan dari Kemenpora waktu itu, yang meminta semua peserta kompetisi harus mengikuti proses verifikasi terlebih dahulu (wajib) melalui BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia). Akhirnya kompetisi liga ISL waktu itu kembali terpaksa di mundurkan menjadi 4 April 2015.
Akibat dari memanasnya hubungan Kemnpora dan PSSI kala itu akhirnya musim kompetisi 2015 memang tidak jadi di gelar PSSI dengan alas an “Force Majure” akibat dari adanya surat keputusan Kemenpora yang membekukan PSSI melalui surat bernomor 01307 tahun 2015 tertanggal 17 April 2015. yang kemudian juga dikuti oleh FIFA dengan menjatuhkan sanksi bagi PSSI ( Indonesia) pada Kongres FIFA 30 Mei 2015. Yang intinya Indonesia tidak bisa mengikuti even internasional di seluruh level, baik timnas maupun klub.