[caption caption="duniainfodantips.blogspot.com"][/caption]
Setelah Menpora melaporkan hasil pengkajian penyelesaian Kisruh sepakbola kepada Presiden Joko Widodo, kemudian Menpora diberi tenggat waktu 6 bulan oleh presiden untuk dapat mengatasi atau menyelesaikan kisruh itu salah satunya diantaranya sempat menjadi rumour yaitu Opsi membuat Federasi Baru.
Tapi dalam perjalanan waktu, ibarat permainan sepakbola, gawang Kemenpora kembali jebol untuk yang ketiga kalinya usai Mahkamah Agung (MA) menolak kasasi yang diajukan menpora untuk meninjau kembali putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) sebelumnya memenangkan banding PSSI atas Kemenpora.
Seperti diberitakan Penolakan kasasi itu diputuskan Senin (7/3/2016), Dengan demikian harus diakui bahwa kemenangan jelas ada dipihak PSSI dengan skor 3-0, tapi eits…jangan tungggu dulu waktu injuri time 2x15 menit masih berlangsung. Tampa diduga disaat genting itu Menpora dapat memperkecil kekalahan menjadi 3-1, dimana seperti diketahui Surat Menpora tgl 1 Maret lalu mendapat tangapan yang positif dari FIFA era Reformasi dibawah ke pemimpinan atau presiden barunya Gianni Infantino. Sesuai dengan judul tulisan diatas “Respon FIFA, Era Mafia ( Baletter) & Gianni Infantino Memang Beda!”
Bola panas kisruh sepakbola pun seolah kembali terjadi, ‘Teman’ PSSI penghuni kanal bola ini kembali meriang, penyebabnya adalah respon positif dari FIFA itu. karena hal itu memang diluar prediksi mereka, seperti yang sudah-sudah mereka selalu berharap agar apa pun yang dilakukan pemerintah kepada FIFA semoga saja ditolak FIFA, dan memang inilah salah satu karya nyata dari FIFA era Mafia (Blatter) sebelum ini yang tentunya hal ini tidak bisa ditoleransi.
Tapi kali ini ternyata hal itu tidak terjadi saudara-saudara…ha…ha…hal ini memang diluar perkiraan mereka seperti yang terlihat dari berbagai komentar pada salah satu artikel yang ditulis Mafruhin kemaren terlihat mereka berusaha mencari celah untuk tetap pada posisinya menyudutkan piha pemerintah/menpora …ha..ha….mikir bro
Kalau kita kembali urut kebelakang persoalan ini sebetulnya sudah dapat diketahui sejak sehari setelah Presiden menerima hasil pengkajian komprehensif dari Menpora Imam Nahrawi terkait dengan masalah persepakbolaan nasional itu, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa masalah PSSI akan dibahas dalam pertemuan pemerintah dengan FIFA. Presiden lebih memilih langkah untuk segera mengirim utusan ke Zurich dari pada memerintahkan Menpora untuk mencabut sanksi administrasi kepengurusan PSSI tersebut. "Kami berharap Gianni tidak melakukan hal yang sama dengan pendahulunya," ujar Jokowi. Apa yang disampaikan Presiden itu tentu saja mengandung makna khusus, yaitu adanya keyakinan dan kepercayaan dari pemerintah akan ada rencana reformasi ditubuh di tubuh FIFA tersebut, seperti yang disampaikan presiden barunya Infantino setelah beliau terpilih sebagai Presiden FIFA.
[caption caption="www.deviantart.com"]
Tentu hal ini dapat dimengerti kenapa Presiden menaruh harapan khusus pada FIFA, mengingat pengalaman pada masa sebelumnya (Sepp Blatter). surat-surat resmi pemerintah umumnya tidak pernah digubris, bahkan utusan pemerintah pun ditolak oleh FIFA yang tentu saja bisa diduga penyebabnya tak lain adalah adanya "permainan" antara PSSI dengan Sekjen FIFA kala itu Jerome Valcke yang kini telah divonis 12 tahun tidak boleh aktif lagi dalam sepak bola atas kebijakan internalnya yang ilegal terhadap banyak negara bekembang, termasuk Indonesia.
Salah satunya mengapa Indonesia sampai di-banned FIFA, merupakan akibat dari surat PSSI ke FIFA yang isinya melaporkan bahwa pemerintah melalui BOPI telah melakukan intervensi. Padahal yang dilakukan BOPI hanya menegakkan hukum negara. Tentu saja isi surat PSSI tersebut dibarengi dengan usaha menakut-nakuti pemerintah agar segera mencabut pembekuan PSSI, seperti yang terjadi pada periode Djohar Arifin memimpin PSSI. Dimana saat itu pemerintah SBY memang takut Indonesia kena sanksi FIFA, sehingga Menpora Roy Suryo kala itu terpaksa membuat tim internal khusus untuk mencegah turunnya sanksi FIFA.
Namun, saat ini pemegang kendali pemerintah sudah berganti presiden Jokowi menolak ‘didikte’ FIFA, surat PSSI itu berubah menjadi senjata makan tuan bagi PSSI sendiri. Terhitung sejak 30 Mei 2015, Indonesia dibekukan dari kegiatan internasional oleh FIFA.