sumber foto : www.bekasiurbancity.com
Semalam saya posting tulisan fifa-setujui-paket-reformasi-bagaimana-dengan-pssi ternyata mendapat respon lumayan mengagetkan, karena baru saja selesai Posting tulisan tersebut langsung mendapat komentar dari para “juragan” penghuni kanal bola dengan berbagai komentar miringnya terkait topik bahasan dalam tulisan tersebut. Tapi sayang tidak semua yang dapat saya layani karena memang waktu yang memisahkan kita, WITA ada perbedaan satu jam dengan WIB jadi terpaksa saya langsung undur diri.
Dengan artikel ini harapan saya semoga saja dapat lebih lebih menjelaskan poin dari diskusi kecil saya kemaren dengan sahabat kompasianer “Aldi Doank”, memang dalam diskusi itu ada hal-hal yang menarik dan perlu diperjelas agar poin-poin yang dinginkan dalam diskusi itu dapat tercapai dan bermamfaat sesuai misi “Sharing Conection” terutama terkait dengan tangapanya atas apa yang saya permasalahkan dalam berbalas komen tersebut, berikut penutup dialog kemaren :
Tapi kenyataanya apa yang terjadi? Sesuai rilis Tim Ad-Hoc yang sudah disetujui FIFA tersebut terdiri dari ketua/wakil & angotanya yang lebih merepresentasikan pengurus PSSI itu sendiri, seperti Agum Gumelar Ketua Dewan Kehormatan PSSI sebagai ketua Komite Reformasi Ad-Hoc PSSI serta IGK Manila Anggota Dewan Kehormatan PSSI sebagai wakil ketua berikutnya perwakilan dari Indonesia Super League (ISL), Joko Driyono, yang tak lain adalah bekas Sekretaris Jenderal PSSI, Monica Desideria perwakilan sepak bola wanita yang juga anggota Komite Sepak Bola Wanita PSSI, serta perwakilan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Mahfudin Nigara, yang juga notabene Wakil Ketua Komisi Banding PSSI. Jadi sesuai judul tulisan diatas tentu sudah tepat kiranya tulisaqn ini diberi judul “FIFA dikadalin PSSI, Tim Ad-Hoc Jeruk makan Jeruk” seperti hal yang sama ditulis oleh rekan lainya Viar Lantang dalam tulisannya personil-dalam-komite-adhoc-jeruk-makan-jeruk-mungkinkah
Jadi melihat kepada kenyataan diatas tentu dapat disimpulkan bahwa kok dengan sebegitu mudahnya FIFA terperdaya oleh akal-akalan PSSI dalam mensiasati nama-nama yang diajukannya. Nah, kalau sudah begitu tentu pertanyaanya Reformasi macam apa yang bisa dilakukan oleh Tim Ad-Hoc dan yang diinginkan FIFA tersebut? Dan lagi bagaimana bisa Tim Ad-Hoc ini dapat bekerja maksimal kalau yang mau direformasi (PSSI) mendominasi keberadaan keangotaan dari tim tersebut? apa lagi kita tahu selama ini PSSI tidak pernah merasa ada yang salah alias bagus-bagus saja dan selalu merasa paling benar dalam mengurusi sepakbola.
Seperti pernyataan yang dulu pernah atau sempat membuat heboh Cabor lainya (Bulutangkis) dengan keluaranya pernyatan dari pak Presiden PSSI yang saat itu masih menjabat wakil ketum PSSI, La Nyalla dalam mengomentari rencana Menpora membentuk sebuah tim khusus untuk mengawasi kinerja PSSI waktu itu. Setelah adanya keputusan dari Komisi Informasi Pusat (KIP) yang menyatakan bahwa PSSI adalah badan publik nonpemerintah, dengan mengatakan "Seharusnya dia mengurusi cabor-cabor yang lain. Sepakbola sudah bagus. Harusnya urus saja bulutangkis, berkuda, karena itu yang lagi down-down,"
Tapi yah, sudahlah mari kita tunggu saja apa yang bisa dilakukan oleh Tim Ad-Hoc ini dalam usahanya melakukan pembenahan (mereformasi) diri sendiri (PSSI) yang katanya hanya diberi waktu sampai 31 Desember 2016 nanti. Tapi kalau tim ini ternyata masih belum dapat menyelesaikan tugasnya, maka bisa diperpanjang, seperti yang tertulis di salinan surat keputusan FIFA yang mengatakan "Namun hal itu dapat diperpanjang sampai komite menyelesaikan pekerjaan yang telah ditugaskan kepadanya," sementara itu menurut pemberitaan kapan tim ini mulai bekerja? Menurut salah satu anggota tim Ad-Hoc dari KONI, Mahfudin Nigara (7/12) "Rencananya, kami akan memulai rapat pada 11 Desember,"
sumber foto : www.youtube.com