Tak perlu kau patahkan jarum waktumu;
Yang kesekian kali ku ingatkan
agar aku tak lagi mengingatkanmu.
Barangkali,
ia masih melingkar diperdu nadimu.
Petaku tersesat;
Beribu deru ragu berburu diluaran sana
dihutan kawasan bebas hambatan.
Tertanda dipatung traktat,dihorison jauh;
dipetaku.
Suatu kali,dipagi sepi
ku telusuri matahari dicelah perdu nadimu
antara lembah yang patuh,dan gunung yang mematung.
seperti puntung abu yang berburu kayu
dengan rayap yang batal wudhlu.
Di pinggir kali,
dekat celah perdu nadimu
aku masih tersesat.
ku temukan anak-anak gunung lepas dan jatuh
bersama cakar burung,yang juga jatuh.
Di pinggir kali,
ku teguk secawan tawar
melepas haus ke sungai jauh.
Aku tetap;
masih tersesat,mana hulu mana hilir
hanya semilir wangi parfummu,membawaku ke mimpi jauh.
Tempatmu telanjangi jiwaku yang lepas;
dari tepi.
Di pinggir kali,
pula sejenak ku pejam rawan mata
menjadi sejumput syair
“Biar ku patahkan saja jarum waktumu
yang luka,milikmu.Biar ku tukar saja dengan seuntai saat
dan biarkan melingkar di perdu nadimu”.
Nalo,05 Maret 2006
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI