Dalam warna pelangi kau ada
juga pada sang saka,pada darah
dan juga lampu tiga simpang jalan.
Di jendela rumah,pada motor tua
dalam taman kota,dan di mana-mana
Di atas tanah air,ada airmata dalam warna merahmu.
Merah luka
ada dibalik bilikkarton,kolong jembatan
di alas koran seharian,yang terbentang
berhektar-hektar tanpa jawaban.
Subur di hutan,menyemak diantara produksi
yang bertumbangan,tumpang tindih
dalam berbagai wajan kepentingan
yang seringkali diatas namakan pada lagu,
pada puisi atau sajak picisan di bentangan kali.
Merah luka
Seringkali senyap atau disenyapkan
menjadikan ketidakmengertian terlahirkan.
Ditanah luka,di air luka
di mata tanah air,air mata luka
mengalir,
menggerayangi mimpi-mimpi
asa yang merasa,terkubur penuh tanda
nisan tanpa nama.
Merah luka
selalu,atau mengapa musti ku sembunyikan
sebab senyum lebih indah untuk di pertontonkan
dari balik luka.
Itu kata mereka,dan luka
menangisi sendiri lukanya.
Nalo,13 September 2007
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI