Aku gugup.
"Kalau udah jalannya, Â pasti barengan kok. Percaya sama saya."
Aku tak  menjawabnya. Kupendam  lagi perasaan ini. Cukup tahu diri untuk bisa memantaskan diri. Namun semakin kutepis malah semakin tak habis-habis. Apakah kuharus percaya ucapan Yanti?
Juni
Aku bertemu Kika lagi. Kali ini secara tak sengaja di pelataran masjid kantor. Aku mau salat, dia baru selesai.
"Eh, Kika. Kata teman-teman, mau pindah media ya?"
"Rencananya sih."
"Kok pindah? Biasanya ada aturan nggak boleh nikah selama dua tahun. Bukannya kamu  mau menikah?"
Kika tersenyum simpul dan menujukkan jari-jari tangannya.
"Maksudnya?"
"Aku batal kawin," jawabnya, "nggak ada cincin apapun di jariku. Btw, aku duluan ya."