Aku langsung meluncur kembali ke kantor. Mengurungkan niat berjumpa Kika. Aku punya rencana lain.
2013
JanuariÂ
"Kang, saya perlu foto untuk ID baru di kantor. Boleh  minta difotoin? Akang lagi dimana? Saya samperin deh," Kika bertanya pagi itu di chat BBM.
Aku yang masih bermalasan tetiba langsung semangat untuk mandi.
"Boleh. Di ITB aja.  Kebetulan mau  liputan ke sana," jawabku membalas pesannya.
Kucari sesuatu di lemari. Sebuah foto ukuran kuarto berbingkai putih.  Di dalamnya ada kolase tiga pose Kika yang  kubidik berbulan-bulan lalu di pameran. Foto yang sejak lama ingin kuberikan, namun malu kulakukan. Akhirnya  hari ini kesampaian. Kubungkus foto itu dengan kertas kado.
Selesai memotret Kika, kuberikan bungkusan itu kepadanya.
"Saya lagi nggak ulang tahun," Kika bingung.
"Ini foto kamu. Aku iseng mencetaknya. Hehehe," jawabku.
Sejujurnya, aku paling anti ganggu hubungan orang lain. Sejauh ini, Â perlakuan saat bertemu lawan jenis kuanggap sebagai perlakuan seorang kawan. Aku hanya senang membantu teman. Rekan-rekanku bilang, aku pemberi harapan palsu. Memang kuakui, ada beberapa perempuan yang intens mendekati. Padahal aku hanya menanggapi ala kadarnya. Sebenarnya niatku hanya memberi bantuan, namun kerap disalahartikan.