Taratara di Zaman Tona'as
Para Tona'as yang diketahui pernah memimpin masyarakat di Taratara, adalah sebagai berikut:
1. Tona'as Tulong
2. Tona'as Kalangi
3. Tona'as Tambingon
4. Tona'as Sumarandak Lelepouan
5. Tona'as Sembel
6. Tona'as Lontoh
Di masa Tona'as Tulong, masyarakat Taratara diperintahkan untuk membuka lahan pertanian. Kemudian dilanjutkan oleh Tona'as Kalangi dengan menambah luas lahan pertanian. Masa Tona'as Tambingon terjadi banyak peperangan antar masyarakat sekitar. Sehingga masyarakat diperintahkan memasang warangka untuk membentengi kampung dari serangan musuh. Warangka tersebut dikenal sebagai Si'zang um Wanua. Masa Tona'as Sumarandak Lelepouan dan Tona'as Sembel membangkitkan pengembangan budaya memahat dan mengukir batu untuk dijadikan waruga. Sedangkan Tona'as Lontoh merintis penetapan batas-batas wilayah kampung Utara dengan Gunung Lokon, Timur dengan Woloan, Selatan dengan Tincep dan Barat dengan Ranotongkor.
Taratara di Zaman Kolonial
Ketika pecah Perang Tondano, yaitu perang terbesar rakyat Minahasa melawan penjajah Belanda dan puncaknya pada tahun 1807-1809, Tanahwangko menjadi pintu masuk tentara Belanda di bagian Barat. Akibat perang dengan Belanda banyak rakyat negeri Taratara mengungsi di gonggulang, sebutan untuk tempat-tempat yang khusus dibangun untuk persembunyian orang yang mengungsi, seperti goa, bunker dan rumah darurat di hutan. Kebanyakan rakyat yang mengungsi adalah laki-laki dan perempuan baik anak-anak maupun dewasa, yang masih kuat untuk lari. Yang tertinggal adalah orang-orang tua dan yang orang menderita sakit termasuk seorang laki-laki bernama Wilar.Â