Di depan sebuah gua seperti istana di Negeri Tiada ujung pangkalnya.
Anjing Jalanan menghiba kepada anjing penjaga,"berilah aku makan!"
Barang sejilat dua jilat makanan sisa pesta pora semalam
Lalu Anjing Penjaga membentak dengan kasar," Pergilah!"
Tak pantas kau disini.
Anjing jalanan bergegas pergi, tak kuasa ia dengan terkaman yang mendarat di pelipisnya.
Anjing jalanan bukan anjing sembarang anjing.
Dahulu ia anjing penjaga juga
Namun, digigitnya tuannya, tuannya memakan makanan anjing penjaga.
Satu windu telah berlalu.
Sekembalinya anjing jalanan ke depan gua seperti istana, dibentaknya anjing penjaga.
Rupanya dikumpulkannya kawannya, disusunnya strategi jitu dalam rapat-rapatnya
Dibawanya anjing kampung, dipromosikannya di media para anjing
Dipolesnya sedemikian rupa, pencitraan yang kinclong punya.;
Salon anjing ternama dilibatkannya
Kontes pemilihan anjing penjaga segera dibuka.
Seluruh anjing berkumpul riuh rendah suara memekakkan telinga.
Semua salakan terkumpul untuk anjing kampung yang dipoles sedemikian rupa
Anjing kampung menjadi kepala penjaga anjing di negeri tiada ujung pangkalnya.
Anjing jalanan menguasai tempat makanan, diludahinya anjing penjaga yang dahulu mengusirnya.
Namun tidak diungkitnya dosanya.
Kontes pemilihan anjing anjing telah selesai.
Dendam anjing jalanan sudah terbalaskan.
Hingga semua anjing berpesta pora dan akan hidup bahagia selamanya.
Namun sepasang mata anjing terusir masih mengintip dari balik belukar.
Ia akan kembali tidak akan lama lagi.
Merebut kalung kebesaran kepala para anjing.
(Dari Kumpulan Puisi Jalan Berhantu)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H