Mohon tunggu...
Hotpangidoan Panjaitan
Hotpangidoan Panjaitan Mohon Tunggu... Administrasi - Pak Edo

Saya penulis lepas pecinta tulisan umum, sastra, adat, sosial dan dan budaya. \r\n\r\n"Satu Huruf Bermakna, Sebaris Kata Bernyawa, Sebait kata bercerita, Sesederhana Tulisan Berharga" hp-2011 \r\n\r\nHORAS

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Rindu Dari Tepian Sepi

9 September 2024   18:15 Diperbarui: 9 September 2024   20:41 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Berbaris kata takmampu mengejawantah betapa rindu mendendam di kalbu
Laksana matahari nan tenggelam sore ini.
Berjanji besok pagi 'kan kembali.
Belenggu rasa sepi membuncah kala sendiri.


Tak'kah kau lihat ke dalam hatiku bergelayut melemahkan tulangku?
Merontokkan sisa tenagaku hari ini.
Betapa rasa ini tak urung berlalu.
Sampai kapan? aku tidak tahu
Mungkin sampai seisi hatiku berubah menjadi biru.


Tak kan hilang harga sebuah diri karena jatuh hati
Bahkan kalau ia bersemi, ia akan menjadi pelangi yang menghiasi.
Ketulusan ini bukan tidak pasti berlalu.
Saat itu datang mungkin rindu akan bertepi.
Melabuhkan diri dalam sepi kembali.
Menyimpannya dalam kotak berkunci di sudut hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Seribu Tanya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun