Mohon tunggu...
Hotpangidoan Panjaitan
Hotpangidoan Panjaitan Mohon Tunggu... Administrasi - Pak Edo

Saya penulis lepas pecinta tulisan umum, sastra, adat, sosial dan dan budaya. \r\n\r\n"Satu Huruf Bermakna, Sebaris Kata Bernyawa, Sebait kata bercerita, Sesederhana Tulisan Berharga" hp-2011 \r\n\r\nHORAS

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Drama Kekalahan kepada Cinta dan Bahagia

25 Juli 2024   10:10 Diperbarui: 25 Juli 2024   12:25 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan : Nadien Tamana Panjaitan

Untuk kesekian kali terhalang tembok kokoh/
Memaksa mencari cara mengitari untuk menemukan bahagia/
Seperti sunyi menyekat leher/
Dingin merayapi dan membekukan langkah/
Jika hidup ini adalah pertanyaan/
Lalu dimanakah jawaban/
Terngiang dalam telinga mendengung seperti bunyi lebah terbang berkoloni/
Semua impian ini seperti buyar dan tak menemukan jalannya/
Mengapa harus ada cinta dan bahagia?/
Tidakkah lebih baik kita hidup bak hewan saja/
Bebas merengkuh kesukaannya/
Menapaki jalannya sendiri dan menemukan/
Tidak ada dalam jiwanya kehausan menanti cinta/
Pun insting hewani yang mencengkram keinginannya/
Namun aku manusia yang terlanjur dipaksa hancur karena cinta dan takbahagia/
Aku taksedang melacurkan moralku/
Pun menisbikan cinta yang pernah singgah dan hancur/
Seperti penari yang kehilangan alunan musik pengiring/
Demikian asaku tercederai/
Nan takterhingga wujudnya/
Nan menghancurkan dunia seperti bumi berputar di porosnya/
Bak burung bangau nan kehilangan arah/
Demikian adanya hati terombang ambing karena misteri kata bernama cinta dan bahagia/
Bukan sekedar kata simpati karena seirama lagu requiem yang merobek-robek hati karena kehilangan kehangatan/Semua luruh perlahan menyentuh tanah/
Menyesal aku dalami puisi Chairil Anwar/
Menyesal aku resapi bukunya Khalil Gibran/
Pun novel Siti Nurbaya, dan kisah-kisah  klasik nan penuh elegi cinta.
Semakin aku mencari arti/ semakin aku kehilangan dalam lingkar labirin nan berputar-putar/
Sampai senja datang, sampai malam menjelang dan pagi hampir menghampar/
Mungkin taksua itu cinta dan bahagia/
Pun kematian jelang datang/
Aku mungkin akan terabaikan tanpa cinta/
Karena aku memperjuangkan namun takjua menemukan artinya/
Di titik ini aku sudah mulai lemah/
Taklama kelak mungkin aku akan kalah/
Bertekuk lutut menyerah karena tidak akan merasakan indahnya bahagia/
Sampai nanti, sampai tua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun