Mohon tunggu...
Hotpangidoan Panjaitan
Hotpangidoan Panjaitan Mohon Tunggu... Administrasi - Pak Edo

Saya penulis lepas pecinta tulisan umum, sastra, adat, sosial dan dan budaya. \r\n\r\n"Satu Huruf Bermakna, Sebaris Kata Bernyawa, Sebait kata bercerita, Sesederhana Tulisan Berharga" hp-2011 \r\n\r\nHORAS

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dendam Para Anjing

29 Januari 2015   04:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:10 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di depan sebuah gua seperti istana di Negeri Tiada ujung pangkalnya.
Anjing Jalanan menghiba kepada anjing penjaga,"berilah aku makan!"
Barang sejilat dua jilat makanan sisa pesta pora semalam
Lalu Anjing Penjaga membentak dengan kasar," Pergilah!"
Tak pantas kau disini.
Anjing jalanan bergegas pergi, tak kuasa ia dengan terkaman yang mendarat di pelipisnya.
Anjing jalanan bukan anjing sembarang anjing.
Dahulu ia anjing penjaga juga
Namun, digigitnya tuannya, tuannya memakan makanan anjing penjaga.

Satu windu telah berlalu.

Sekembalinya anjing jalanan ke depan gua seperti istana, dibentaknya anjing penjaga.
Rupanya dikumpulkannya kawannya, disusunnya strategi jitu dalam rapat-rapatnya
Dibawanya anjing kampung, dipromosikannya di media para anjing
Dipolesnya sedemikian rupa, pencitraan yang kinclong punya.;
Salon anjing ternama dilibatkannya
Kontes pemilihan anjing penjaga segera dibuka.
Seluruh anjing berkumpul riuh rendah suara memekakkan telinga.
Semua salakan terkumpul untuk anjing kampung yang dipoles sedemikian rupa
Anjing kampung menjadi kepala penjaga anjing di negeri tiada ujung pangkalnya.
Anjing jalanan menguasai tempat makanan, diludahinya anjing penjaga yang dahulu mengusirnya.
Namun tidak diungkitnya dosanya.
Kontes pemilihan anjing anjing telah selesai.
Dendam anjing jalanan sudah terbalaskan.
Hingga semua anjing berpesta pora dan akan hidup bahagia selamanya.
Namun sepasang mata anjing terusir masih mengintip dari balik belukar.
Ia akan kembali tidak akan lama lagi.
Merebut kalung kebesaran kepala para anjing.

(Dari Kumpulan Puisi Jalan Berhantu)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun