Mohon tunggu...
Hotmian Simalango
Hotmian Simalango Mohon Tunggu... Guru - I am His

Saya suka mendengarkan lagu Taylor Swift, menonton film romantis dan membaca comic romance

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nama Episode Dua Puluh Dua

16 Februari 2021   17:42 Diperbarui: 16 Februari 2021   17:49 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Terkadang apa yang diinginkan tidak selalu dimaksudkan untuk didapatkan. Kegagalan mendapatkan apa yang diinginkan seringkali membuka jalan untuk menemukan apa yang sebenarnya kita butuhkan. Keinginan merupakan sumber tenaga utama agar roda kehidupan berputar dengan sempurna. 

Tanpa keinginan kehidupan akan terasa hambar dan nyaris tidak mempunyai makna, sehingga berputar lebih lambat. Yang muda ingin segera dewasa, yang tua ingin tetap muda, yang miskin ingin kaya, yang susah ingin segalanya jadi mudah. Hulu keinginan ini mengalir ke satu hilir utama, yaitu kebahagiaan. Menjadi bahagia berarti telah menemukan, mewujudkan nyatakan, dan merasakan apa yang diinginkan secara penuh.

Keinginan dan kebahagian sejatinya merupakan dua sahabat sejati yang saling melengkapi. Jika keinginan bermain ke barat, maka kebahagian akan bisa ditemukan di barat. Jika keinginan tidur di selatan, maka kebahagiaan juga sedang berbaring di tempat yang sama. Rumus sederhananya adalah jika keinginan sudah tercapai maka akan bahagia. Sebaliknya, keinginan yang tidak terwujud seringkali membawa sengsara hati dan pikiran. Sayangnya, perasaan lemah mengaburkan apa itu keinginan dan membiaskan arti dari kebahagiaan. Dalam berbagai kasus, banyak yang gagal mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan dan apa itu kebahagiaan. Yang paling miris, setelah mendapatkan apa yang diinginkan justru semakin tidak bahagia.

Setiap pribadi memiliki keinginannya sendiri. Apa yang diinginkan biasanya dipengaruhi oleh apa yang dilihat. Seringnya, apa yang dilihat mengaburkan gambaran dari apa yang sebenarnya diinginkan. Ketika melihat seorang yang lain memakan roti yang sangat manis, mempengaruhi untuk menginginkan hal yang sama. Padahal belum tentu, makanan manis merupakan apa yang sebenarnya diinginkan dan tidak pasti akan memberi kebahagiaan. Ketika ada seseorang terlihat begitu cantik mengenakan barang mewah, akan jadi ingin. Kemudian mengusahakan segala cara, tidak peduli itu baik atau buruk. Ketika didapatkan justru malah membawa ke lubang derita yang membuat semakin sengsara. Inilah alasan mengapa beberapa keinginan tidak selalu dimaksudkan untuk didapatkan. Tujuannya baik agar tidak ada yang terjerat dalam derita yang tak berujung.

Saya pribadi juga punya beberapa keinginan. Jika apa yang saya inginkan terwujud, saya akan bahagia. Apa yang saya inginkan tidak dipengaruhi oleh faktor luar. Saya pun sedang belajar untuk mengenal diri sehingga warna keinginan tidak samar. Tentunya, saya juga bertemu masa dimana apa yang saya inginkan tidak saya dapatkan, namun saya tidak larut dalam kesedihan. Ada juga saat dimana, saya bertemu ujung perjalanan menemukan kebahagiaan, saya sadar ternyata bukan itu yang sebenarnya saya inginkan. Saya seringkali menemukan syukur dibalik kenyataan saat saya tidak mendapatkan apa yang saya inginkan. Terkadang memang apa yang kita inginkan tidak selalu dimaksudkan untuk didapatkan. Bagaimana dengan kamu, sudahkah kamu mengetahui apa yang sebenarnya kamu inginkan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun