Pertama kalinya dalam hidup saya, saya merasa seperti tidak ada jalan keluar. Saya tertekan luar biasa secara mental dan fisik. Saya kebingungan membedakan mana yang harus dan tidak, mana yang benar dan salah. Semuanya serba salah, saya merasa terpojok dan tersiksa secara mental.
Rekan kerja saya mengintimidasi, merendahkan, dan membenci saya. Saya tidak tahu mengapa dia demikian, awalnya saya berpikir saya ini terlalu sensitif, mungkin karena saya dari daerah jadi pikiran saya terlalu sempit.Â
Saya mencoba untuk proaktif bertanya apa dan bagaimana, serta meminta maaf jika (tidak) salah. Saya berusaha keras untuk berbaik sangka terhadap segala perlakuan yang saya terima.Â
Pada berbagai kesempatan, saya mencoba untuk dekat dengan mengobrol hal lucu seputar anak-anak, namun kemudian ditanggapi sebagai obrolan yang melecehkan anak murid, padahal niat saya hanya mau mencairkan suasana saja.Â
Di kesempatan lain, saya secara aktif mengerjakan sesuatu dengan cepat, merapikan kursi meja, dan menyiapkan anak, saya mengerjakan semuanya untuk meringankan beban kerja rekan saya, namun kemudian saya dianggap terlalu dominan.Â
Saya suka tenggelam dalam pikiran saya yang gelap dan dalam, ini yang membuat saya takut. Secara terus menerus, saya memaksa diri untuk harus berpikiran positif dengan mudah terprovokasi oleh situasi yang dingin dan kurang menyenangkan.
Kondisi demikian tidak berlangsung lama, seorang teman mendengarkan percakapan rekan saya dan guru senior yang keseluruhan isinya adalah tentang saya. Dia mengatakan saya terlalu dominan, bekerja sangat lambat, dan berbagai hal lainya.Â
Saya terkejut mendengar hal tersebut, hemat saya seharusnya rekan kerja tersebut langsung saja menyampaikan concernnya kepada saya. Bagi saya, tidak masalah apabila dikritik agar saya bisa selalu mengevaluasi kinerja saya menjadi lebih baik, saya tipe orang terbuka dan siap dengan masukan (yang masuk akal).Â
Saya mau belajar dan siap untuk diajar. Pikiran saya menciptakan berbagai kemungkinan, salah satunya adalah mungkin dia tidak mau untuk berdiskusi tentang pekerjaan secara pribadi dengan saya.Â
Saya bukan tipe orang yang suka basa basi atau membuat scene hanya karena orang lain menceritakan saya dibelakang. Saya lebih suka menemukan dan membuat solusi daripada ngomong ini itu tidak jelas arah. Maka, saya memberitahukan permasalahan ini pada hrd yang bertugas mengurus dan mengevaluasi kinerja guru.Â
Saya ingin dibuatkan pertemuan secara tertutup antara saya, rekan kerja tersebut, dan hrd sebagai mediator. Alih-alih mendapatkan respon positif, saya malah dicap tidak sopan dan kasar. Saya semakin bingung dengan adab bekerja di sekolah tersebut dan parahnya permasalahan semakin runcing dan citra saya jadi buruk.