Mohon tunggu...
hotdiana nababan
hotdiana nababan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Seorang pendidik yang sedang belajar menulis. hotdiananababan123@blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[My Diary] Karena di Dapur, di Sumur dan di Kasur

12 April 2016   01:21 Diperbarui: 12 April 2016   01:50 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi: @Fiksiana1"][/caption]5         April 2016

Dear diary

Hari ini aku bahagia, menulis di K dengan pembaca ratusan yang biasanya hanya puluhan. Apa ya kira-kira penyebabnya ?

1.       Apakah karena postinganku itu adalah event atau lomba sehingga minimal jurinya harus membaca setiap tulisan yang masuk?

2.       Apakah karena judulnya menarik, punya ‘medan makna’ tersendiri : di dapur, di sumur dan di kasur. Itu loh, kalau sudah bicara kasur pasti bernuansa gimana gitu, pasti diajak untuk berpikir another thinking gitu? Saya kagum kepada mereka yang mempunyai imajinasi tinggi sehingga lahirlah judul-judul keren nan menarik di hati.

3.       Apakah karena postingan itu saya share juga ke twitter, facebook dan G+? Saya pakai prinsip asal sebar saja, sama seperti selama ini bila saya membaca aneka medsos. Terkadang bila teman dekat saya akan like, atau seandainya tidak menarik pun saya akan tetap menjalin hubungan baik di pertemanan dengan me-like postingan mereka. Terkadang tulisan mereka menarik lalu saya beri ‘jempol’. Terkadang menarik tetapi karena belum menjadi kebutuhan maka  saya abaikan. Habis setiap detik, ada saja sumber berita baru dan kita dikejar waktu dan paket data sehingga saya hanya memilah-milah topik dalam kebutuhan saya. Atau bagaimana ya, menghasilkan tulisan sehingga setiap orang memang membutuhkannya sehingga mereka pun harus membacanya.

4.       Apakah karena saya sudah mulai berteman dengan para penulis hebat?

Jujur saya diam-diam mempelajari dan mengikuti jejak langkah mereka. Saya penasaran dan bertanya mengapa baru beberapa menit mereka posting tulisan sudah ada ratusan pembaca. Pastilah karena mereka beritahu kepada kerabat mereka. Pastilah mereka punya banyak relasi. Dan saya pun mencoba meminta perteman dan menjalin persahabatan tulus dengan beberapa di antara mereka. Belum bisa radikal berujar di kolom komentar, tetapi malu-malu me-like mereka sebagai bentuk persetujuan atas pemikiran mereka. Saya juga bertanya-tanya, dari mana mereka mendapat kata-kata bagus dan kalimat-kalimat variatif? Apakah datang dari ‘sono’nya (yang sering dijadikan ‘kambing putih’  bahwa menulis itu adalah bakat) atau memang bisa dipelajari.

Penulis harus mempunyai fans. Mereka seperti artis yang dikagumi penggemarnya. Bukan menyukai fisik tetapi ide dan cara mereka menyampaikan ide dalam untaian kalimat yang lancar mengalir menyejukkan. Berbagai event menulis yang saya coba ikutin walau belum satupun yang berbuah, Penyelenggara selalu mensyaratkan tulisan dengan pembaca tertinggilah sebagai pemenang. Belum lagi jumlah tulisan yang harus minimal kata, waduh, saya baru sanggup di 200-300 kata. Itupun dengan waktu tempuh dua-tiga jam pengolahannya. Mulai dari membuat pola, menggunting, menjahit, menyulan, membordir, memayet, memfitting dan mengirimkannya. Perlu banyak latihan kan diary ?

5.       Apakah saya harus melanjutkan semua ini diary?

Saya perlu bekerja menambah penghasilan. Berbagai hal ditawarkan kepada saya : mengajar les tambahan, berjualan produk asuransi, mencoba MLM produk kecantikan, bertanam sayuran di samping rumah, berinvestasi emas dan lain-lain. Tetapi tak satu pun yang klik di hati, kecuali menulis. Walau saya tahu menulis juga adalah berjualan. Menjual ide dengan kata-kata. Terkadang kita punya ide, tetapi bila tidak dijual sama saja. Terkadang kita berjualan ide tetapi bila tidak ditulis dengan baik sama saja. Terkadang ‘barangnya’ sudah baik tetapi bila tidak dipajang sama saja. Terkadang barangnya sudah dipajang tetapi bila tidak dibeli orang lain sama saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun