Mengapa saya (seorang guru) harus menulis
1.Menulis sketsa mengajar
Salah satu tugas guru adalah melakukan persiapan sebelum mengajar. Persiapan mengajar dengan mempersiapkan materi ajar. Materi harus disampaikan secara ringkas dan menarik. Teori didapat dengan menggabungkan beberapa buku menjadi satu sketsa mengajar. Siapa sangka dari sketsa mengajar,soal-soal dan pembahasannya ternyata terbit menjadi sebuah buku Intisari Bahasa Indonesia, Diana Nababan, Kawan Pustaka, 2008.
2. Menjadi sarana curahan hati
Beban mengajar 24 jam ditambah tumpukan administrasi guru berupa koreksian dan lembar penilaian sangat menyita waktu sehingga untuk sharing kondisi dengan teman sejawat sangat minim. Apalagi kondisi kekesalan menghadapi siswa bermasalah. Kapan lagi bila tidak lewat tulisan di diari atau agenda guru. Khususnya guru dengan karakter introvert, tadinya dendam kesumat terhadap siswa berkasus akan leleh bila dituangkan ke tulisan.
3. Berkomentar
Facebook selain wahana untuk eksis lewat update status dapat juga sebagai wahana belajar seorang guru. Membaca berbagai artikel kebutuhan kemudian di share ke kronologi sendiri dengan menambahkan satu atau dua kalimatkomentar. Saya yakin setiap hari latihan menguntai kalimat demi kalimat akan melatih diri menjalinkalimat demi kalimat menjadi konfrehensif.
4. Mengidentifikasi masalah
Aspek paling penting sebelum menuliskan PTK adalah mengindetifikasi masalah pengajaran di kelas. Dengan menuliskan semua kendala di kelas akan terlihat masalah apa yang sering dihadadapi sehingga tergoda untuk mencari solusi melaluipenelitian PTK.
Sebagaimana pengalaman penulis mengajarkan siswa menulis.
Tulislah apa yang hendak diulis.
Itulah definisi sederhana mengenai menulis. Definisi inilah yang sering saya pakai mengajar di depan kelas. Bila menulis dibatasi peraturan apa topiknya, bagaimana kerangkanya, berapa jumlah halaman, berapa jumlah katanya. Maka tak setitik tinta pun tergores di kertas mereka masing-masing. Siswa stress, guru pun letih.
“Tulislah apa yang mau Kau tulis”!
“Tidak tahu apa yang mau ditulis Bu!”
“Tulis saja apa yang Kau tidak tahu itu”
‘Hari ini,kami disuruh menulis tapi saya tidak tahu apa yang mau saya tulis. Saya bertanya pada bu guru, apa yang mau ditulis. Terserah padamu. Tidak tahu apa yang mau ditulis. Tulis saja apa yang kau tidak tahu itu. ‘
Ternyata secara tidak sadar tulisannya sudah satu paragraf. Tinggal mendekatkan otak dengan tangan
“Apa yang Kamu lihat sekarang tulislah”.
‘Saya melihat sekelilig kelas. Sebagian besar bengong, sebagian kecil menatap ke atas seolah bepikir keras dan hanya dua tiga orang yang mulai menggoreskan tintannya.’
Padahal bila metode di atas diarsipkan lewat tulisan akan menjadi bahan untuk PTK. Terlebih karena PTK menjadi syarat naik golongan untuk PNS. Selain itu, pengalaman seseorang dapat menjadi solusi untuk orang lain dengan masalah yang sama. Yang diucapkan akan berlalu, yang ditulis akan kekal. Verba Volant, scripta manen.
5. Tertib administrasi
Tumpukan administrasi guru berupa absensi siswa,koreksian,lembar penilaian, jurnal siswa dan lain-lainya harus ditulis guru. Bisa menertibkan diri berarti dapat menertibkan pikiran. Pikiran kita selalu berseliweran. Bila sering diajak untuk menulis, maka pikiran akan menjadi tertib.Tertib pikiran maka akan tertib bicara. Membaca juga menertibkan pikiran. Membaca dengan menulis itu saudara kembar. Dengan membaca kita bisa menulis, tulisan ini lahir ketika membaca info lomba menulis Pentingnya Guru Menulis yang diadakan oleh blogger Kompasiana dan Tanoto Foundation.(http://www.tanotofoundation.org/ )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H