"Bapak bekerja di pabrik kimia"?, "Tidak".
"Bapak merokok"?, "Tidak".
"Bisa saja memang faktor pola makan dan radiasi ponsel". Begitulah penjelasan dokter muda sebuah rumah sakit besar tentang penyebab kalenjar parotis.
Meski akhirnya salah diagnosa, tetapi vonis  itu telah membuat keluarga kami menjadi lebih cermat menggunakan ponsel. Tak dapat kupungkiri memang bahwa suami sering bertelepon hingga berjam-jam. Karakternya yang plegmatis sangat sabar mendengar curahan hati dari berbagai penjuru tanah air. Kebanyakan mantan siswa yang ingin melanjutkan studi, memilih pekerjaan, atau memilih calon istri. Kebanyakan dari mereka tidak butuh solusi, mereka hanya butuh telinga yang mau mendengar. Ke depannya suami harus perlu menyiasati berbagai teknik bertelepon supaya telinga itu tetap sehat untuk mendengar.
Sejak itu, maka kami pun semakin ketat menggunakan handphone dan berbagai jenis keluarga besarnya. Secara khusus, kami berdua yang memang impresionis jarang eksis di sosial media, kecuali memang perlu. Misalnya mengupload foto liburan dengan tagar latepost. Itupun hanya karena lebih facebook akan menyimpannya sebagai kenangan. Dulunya senang memamerkan paras kedua putriku tetapi sekarang lebih sering menampilkan mereka dalam keramaian wefie. Membatasi diri dalam sebuah grup whatsapp. Grup yang memang penting seperti grup kantor dan grup keluarga. Tetapi grup alumni SMP, SMA atau kuliah sebisa mungkin keluar dengan sopan.
Untuk kedua putriku juga yang tadinya bisa berjam-jam bermain game, kini dibatasi hanya dua jam, itu pun dibagi waktunya, pagi dan sore hari. Tidak boleh lagi membawanya ke kamar, memainkannya sebelum tidur atau menyimpannya di bawah bantal. Â Kami juga harus menyeleksi game apa saja yang boleh didownload, semisal Gopi Doll Fashion atau Strawberry Ice Cream.
Membatasi diri bukan hanya karena dampak negatif media sosial tetapi lebih kepada membatasi diri karena dampak negatif perangkat itu sendiri. Sebab dapat merusak mata, bangun tidur sudah membuka ponsel padahal mata belum melek sepenuhnya. Kilauan cahayanya membuat mata kabur belum lagi kecilnya huruf di layar memaksa kita membelalakkan mata sehingga otot mata akan bekerja lebih keras lagi. Merusak kulit, panas  handphone yang terus menerus akan membuat kulit panas dan menjadi kering. Merusak tulang, membaca dengan posisi menunduk selama berjam-jam membuat tulang, otot dan syaraf dapat terganggu. Belum lagi tempat bersarangnya berbagai kuman serta radiasinya meski belum ada penelitian yang sahih tentang dampak radiasi ponsel karena baru marak di era 90-an, tetapi kami meyakini pasti ada dampak radiasinya bagi kesehatan kita.
Ketahanan keluarga dimulai dari kesehatan keluarga. Keluarga sehat fisik akan menjadi keluarga sehat jiwa. Keluarga sehat jiwa akan menjadi keluarga berkarakter. Keluarga berkarakter akan menjadi keluarga berketahanan. Ketahanan keluarga adalah ketahanan nasional.
https://twitter.com/HotdianaNababa1/status/897715533742845954
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H