Taksonomi Bloom. Teori ini sangat umum digunakan di institusi pendidikan sebagai salah satu komponen yang penting untuk penyusunan kurikulum maupun tujuan instruksional. Layaknya suatu perjalanan yang harus memiliki tujuan, pendidikan juga diharapkan demikian, pendidikan harus memiliki arah dan tujuan yang jelas.Â
Dalam praktik di dunia Pendidikan sudah tidak asing lagi dengan teoriUntuk memastikan dan menjaga pendidikan tetap berada di jalurnya, sekolah sebagai institusi perlu memperhatikan setiap pendidik untuk mengendalikan dan menyesuaikan tujuan belajar, aktivitas belajar, dan juga proses evaluasi dalam pembelajaran. Selain itu juga, sekolah perlu memperhatikan masing-masing kemampuan peserta didik untuk dapat membentuk kemampuan kognitif, kemampuan afektif, dan kemampuan psikomotorik. Hal ini semua akan dipelajari dan ditemukan dari sebuah teori yang bernama Taksonomi Bloom.
Teori ini dikemukakan dan digagas oleh seorang yang Bernama Benjamin Samuel Bloom, beliau lahir di Lansfold, Pennsylvania 21 February 1913. Kontribusi beliau dalam dunia Pendidikan sudah tidak diragukan lagi, kontribusi utamanya yaitu penyusunan taksonomi tujuan Pendidikan atau yang dikanal sebagai Taksonomi Bloom dan pembuatan teori belajar tuntas.Â
Pengertian Taksonomi Bloom adalah struktur hierarki yang mengidentifikasikan skill mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi yang digunakan untuk mengategorikan tujuan pembelajaran ke dalam berbagai tingkat kompleksitas. Dalam mengklasifikasikan Hasil belajar, secara garis besar Bloom membaginya menjadi tiga ranah atau domain, yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Berikut adalah penjelasan pada masing-masing ranah atau domain pada Taksonomi Bloom. Yang pertama adalah domain kognitif, domain kognitif dibedakan menjadi enam tingkatan, pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Dalam praktik di dalam kelas guru dapat menggunakan dan mengembangkan kata-kata kerja tersebut dalam Menyusun tujuan pembelajaran, dengan memperhatikan dan memilih kata-kata tersebut sesuai dengan tingkat materi pembelajaran yang hendak diberikan kepada para siswa.Â
Selanjutnya, pada domain afektif lebih berfokus pada proses pengetahuan yang didasarkan pada pengembangan aspek-aspek perasaaan, emosi, moral, nilai-nilai, budaya, dan keagamaan. Guru dapat Menyusun tujuan pembelajaran dengan memperhatikan dan memilih kata kerja pada domain afektif yang meliputi :Â
Menerima, menjawab, menilai, mengorganisasi, dan mengkarakterisasi atas dasar nilai kompleks. Yang terakhir adalah domain psikomotorik, domain psikomotorik merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan dari pengembangan proses mental melalui aspek otot dan membentuk ketrampilan siswa. Kata kerja yang berorientasi pada domain psikomotorik diantaranya meliputi : Persepsi, penetapan, reaksi atas dasar arahan, mekanisme, reaksi terbuka dengan kesulitan kompleks, adaptasi, dan asli.
Dengan adanya pengkategorian pada masing-masing domain dalam proses pembelajaran, hal ini akan memudahkan sekolah/instutusi Pendidikan untuk membuat kurikulum maupun tujuan pembelajaran bagi tiap peserta didik. Pendidikan berdasarkan taksonomi Bloom akan lebih berfokus pada kemampuan (skill) dari pada konten hafalan materi saja.Â
Selain itu pengajar bisa mengendalikan dan menyesuaikan tujuan pembelajaran, aktivitas belajar, serta hal yang penting juga adalah melakukan evaluasi belajar dengan mudah. Taksnomi Bloom juga memungkinkan kita sebagai pendidik untuk tetap menjaga arah dari tujuan pembelajaran dan bagi institusi menjaga tujuan Pendidikan untuk tetap berada di jalurnya.                             Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H