Media yang sebelumnya bersifat konvensional, kini telah berubah menjadi digital dan tentu merubah bentuk dari konten yang dibuat itu sendiri.
Pergeseran ke era digital inilah yang memunculkan istilah baru dalam dunia jurnalistik yaitu jurnalisme online dan jurnalisme multimedia.
Akan tetapi, perlu kita ketahui bahwasanya kedua jenis jurnalisme tersebut memiliki perbedaan yang sangat terlihat.
Keterkaitan antara aktivitas jurnalistik dan koneksi internet yang membuat konsep jurnalisme online bisa berjalan.
Konten-konten yang diproduksi pada akhirnya juga akan dipublikasikan melalui jaringan World Wide Web dan mampu diakses oleh massa yang sifatnya heterogen.
Sedangkan untuk jurnalisme multimedia, konten berita yang dibawakan tidak hanya bergantung pada satu media saja tetapi merupakan gabungan atau kombinasi.
 Lestari (2013) mengatakan bahwa multimedia merujuk pada sistem berbasis komputer yang menggunakan berbagai jenis media seperti teks, foto, audio, grafik, video dan interaktivitas.
Dari penjelasan yang sudah dipaparkan sebelumnya, kita dapat melihat bahwa komponen multimedia tidak bisa dihubungkan sepenuhnya atau selalu ada dalam dunia jurnalisme online.
Bagi Widodo (2020, h. 21), pencapaian jurnalisme online tidak bisa didasari oleh tujuan final dari multimedia di mana aspek digital storytelling yang dibawakan oleh multimedia berpotensi digunakan tetapi tidak dianggap sebagai elemen wajib.
Konten yang dipublikasikan oleh situs di jaringan internet belum tentu tersedia dalam bentuk kombinasi media.
Dengan begini, menegaskan kembali kalau jurnalisme online dan jurnalisme multimedia adalah dua hal yang berbeda.
Konsep Jurnalisme Online
Munculnya jurnalisme online tidak lepas dari campur tangan internet. Dari namanya saja kita tahu bahwa jurnalisme ini bergerak di ranah dalam jaringan.
Seorang tokoh bernama Mark Deuze (dalam Widodo, 2020, h. 21) menjelaskan bahwa jurnalisme online mampu dikategorikan dalam dua domain yaitu melihat rentangan situs dan melihat tingkatan komunikasi partisipatoris yang ada.
Domain pertama yang dimaksud sebagai situs yang berfokus pada konten yang diedit atau editorial content (berisikan teks maupun gambar yang dibuat atau diedit oleh sang jurnalis), hingga situs yang berbasis konektivitas publik (komunikasi publik tanpa hambatan).
Sedangkan domain kedua berarti adanya interaksi yang terjadi antara pengguna media terhadap situs berita yang ditunjukkan dari kebebasan mereka untuk ikut berpartisipasi, mengunggah sebuah komentar, postingan atau berkas.
Selain itu, terdapat empat jenis jurnalisme online yang juga dikemukakan oleh Deuze (dalam Widodo, 2020, h. 22-23) yang kurang lebih adalah sebagai berikut:
1. Situs Berita Utama
Situs paling umum yang sering pengguna temui di dunia internet. Jurnalisme yang diterapkan sebenarnya tidak terlalu berbeda dengan versi konvensional seperti penyampaian, nilai-nilai, dan engagement.
Jenis jurnalisme ini dapat kita lihat dari portal berita onlineyang ada di Indonesia seperti Kompas.com, detik.com, dan masih banyak lagi.
2. Situs Indeks dan Kategori
Jurnalisme online jenis ini menawarkan tautan-tautan yang mendalam ke situs berita yang ada dan terkadang sudah melewati proses pengkategorisasian oleh tim editorial.
3. Situs Meta dan Komentar
Berisikan berita-berita tentang sebuah media yang terkadang dianggap sebagai situs pengawas media. Contohnya seperti Mediachannel atau Freedomforum.
4. Situs Berbagi dan Diskusi
Situs seperti ini bisa dianggap memanfaatkan peran yang dimiliki oleh internet karena dijadikan sebagai sarana bagi para pengguna untuk bisa bertukar ide, gagasan, cerita maupun lainnya.
Apa itu Jurnalisme Multimedia?
Semenjak teknologi berkembang dengan pesat, aktivitas yang manusia lakukan setiap harinya mulai mengalami perubahan.
Praktek dari digitalisasi kemudian sudah dapat dikenali dengan mudah. Hal ini termasuk pada media-media yang ada di sekitar kita.
Saat ini kita mampu menikmati sebuah berita dengan berbagai media. Dimulai dari bentuk teks, gambar, audio, maupun video.
Bahkan pada proses seseorang mengonsumsi berita di internet, media yang ditampilkan tidak hanya berjumlah satu saja tetapi sudah bercampur. Penyajian inilah yang disebut sebagai multimedia.
Walaupun saat ini belum ada definisi pasti dari para jurnalis tentang apa itu jurnalisme multimedia, Deuze memiliki pendapatnya sendiri.
Deuze (dalam Widodo, 2020, h. 24) mengatakan kalau multimedia dalam jurnalisme dapat didefinisikan sebagai presentasi paket berita yang menggunakan dua atau lebih media seperti teks, gambar, audio, video, animasi yang wujudnya tidak terbatas pada itu saja.
Mengidentifikasi Situs Berita
Penggunaan konsep jurnalisme online dan jurnalisme multimedia telah direalisasikan oleh media-media yang ada di Indonesia.
Salah satunya adalah perusahaan media bernama JawaPos yang saat ini sudah mengalami konvergensi ke ranah digital dengan membuka portal berita online.
Penerapan Jurnalisme Online
Situs berita tersebut bisa kita akses dengan domain jawapos.com. Di laman utama kita bisa melihat banyak sekali berita yang dibagikan untuk dibaca.
Dengan tampilan di atas, kita sudah bisa mengetahui bahwa pengunggahan berita-berita di situs menunjukkan kalau portal berita JawaPos sudah menerapkan konsep jurnalisme online.
Hal ini dikarenakan berita yang nantinya akan dikonsumsi, berbentuk digital dan harus diakses melalui jaringan internet.
Karakteristik ini sebenarnya hampir membuat situs berita JawaPos.com sebagai salah salah satu contoh dari media baru. Akan tetapi ada beberapa karakteristik yang belum bisa dipenuhi oleh media tersebut.
Karakteristik media baru yang dimiliki oleh portal berita JawaPos dapat dilihat dari bentuk dan tampilannya (digital), terciptanya ruang siber (virtual), dan dapat diakses oleh semua orang (berjejaring).
Selanjutnya untuk karakteristik yang tidak terpenuhi, laman berita tersebut tidak menyediakan kolom bagi para pembaca untuk ikut berkomentar (interaktif).
Selain itu, tidak pernah ditemukannya tautan yang disertakan dalam teks di setiap beritanya (hipertekstual). Juga situs ini tidak memberikan adanya sensasi simulasi kehidupan virtual (simulasi).
Penerapan Jurnalisme Multimedia
Setelah kita tahu bahwa situs berita JawaPos membawa konsep jurnalisme online, apakah situs ini menggunakan elemen multimedia pada setiap beritanya? Jawaban dari pertanyaan tersebut bisa dilihat pada gambar di bawah ini.
JawaPos menyediakan laman tersendiri, khusus untuk berita yang memakai elemen multimedia atau adanya kombinasi media.
Kita bisa menemukan adanya percampuran media dalam bentuk teks, gambar, atau video dalam berita yang disediakan di laman tersebut.
Melalui penjelasan singkat di atas, dapat disimpulkan kalau situs berita JawaPos telah menerapkan kehadiran jurnalisme online, tetapi tidak selalu mengedepankan konsep jurnalisme multimedia karena tidak dijadikan sebagai elemen utama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H