Target pertumbuhan ekonomi Indonesia ditetapkan sebesar 8% pada tahun 2029. Untuk mencapai target tersebut, Indonesia membutuhkan realisasi investasi sebesar Rp13.032 triliun kata Menteri Investasi dan Hilirisasi (BKPM), Rosan Roeslani. Realisasi investasi tesebut juga dapat menciptakan lapangan kerja bagi 3,74 juta orang. Target investasi ini terdengar mustahil tapi dapat tercapai. Mengapa demikian?
Strategi Investasi Membangun Ekonomi Berkelanjutan
Pemerintah melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah menentukan strategi untuk menarik investasi yang telah dipusatkan ke beberapa titik seperti Hilirisasi sebagai salah satu prioritas. Penulis juga mencatat ekonomi hijau, ekonomi biru, hingga industri kreatif sebagai target investasi.Â
Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM menyusun peta jalan hilirisasi untuk 28 komoditas strategis di delapan sektor utama dengan potensi investasi sebesar USD618,1 miliar. Tentu saja agar perusahaan asing tertarik berinvestasi, BKPM telah menetapkan sembilan program quick wins untuk mendorong investasi seperti optimalisasi insentif fiskal seperti tax holiday, tax allowance, super deduction tax, integrasi sistem digital antar-kementrian, dan pengembangan kawasan investasi strategis.Â
Realita Potensi Investasi Rp13.032 triliun
Meskipun statement ini sudah muncul sejak November 2024, aksi memungut potensi investasi ini sudah mulai terlihat sejak awal tahun. Salah satunya langkah pemerintah untuk menagih janji Apple untuk berinvestasi lebih di Indonesia sebesar $1 miliar atau sekitar Rp16 triliun. Pemerintah melalui Komdigi juga memperpanjang kerja sama dengan AWS untuk investasi sebesar Rp81 triliun dalam jangka waktu 15 tahun.
Jika dilihat total Rp13.032 triliun merupakan nominal yang cukup besar tapi sebenarnya jumlah ini perlu diturunkan. Pada tahun 2025, investasi diharapkan mencapai Rp1.905 triliun dengan total investasi dari 2025 sampai 2029 sebesar Rp13.032 triliun. Target ini meningkat dari tahun 2024 yang sebesar Rp1.650 triliun. Target ini sangat ambisius namun kemungkinan sulit tercapai.
Salah satu faktor yang menghalangi adalah kondisi geopolitik global yang tidak stabil. Selain itu, faktor internal menjadi permasalahan besar mengapa Indonesia sering kali kalah dibandingkan negara tetangga seperti kondisi politik Indonesia hingga kebijakan.
Salah satu contoh sederhana adalah perubahan kebijakan PPN 12 persen yang dapat berubah dalam semalam. Isu PPN yang pasti naik membuat pengusaha sudah mengatur harga dan sistem mereka, namun dibatalkan tepat di tanggal 1 Januari. Hal menarik lagi terjadi yaitu meskipun PPN 12 persen tidak jadi naik, tapi beberapa harga tetap sudah naik dan tidak turun.Â
Kilas balik kembali keluh kesah Hyundai menginvestasikan uang sangat besar untuk membangun pabrik, namun kebijakan berubah cepat sehingga BYD dan mobil China lain dapat import mobil utuh tanpa mengelontorkan uang sebesar Hyundai di Indonesia.Â
Target investasi 2029 terkesan ambisius dan memaksa, padahal banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan sebelum menarik investasi ke Indonesia. Dari sisi birokrasi, regulasi dan kebijakan yang kurang konsisten, korupsi, lobbying, hingga hal sederhana seperti komunikasi dan koordinasi antar kementerian.Â