Lama tidak terdengar, akhirnya nama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) mulai terangkat kembali di bawah kendali Erick Thohir selaku Menteri BUMN. Setelah pembentukan ID FOOD, aksi bersih-bersih juga dilakukan di PTPN untuk optimalisasi aset. Diketahui terdapat 14 PTPN dimana PTPN 3 merupakan induk usaha/holding perkebunan.
Komoditas yang ditanam PTPN meliputi kelapa sawit, karet, teh, kopi. tebu, tembakau, dan kokoa. Dari berbagai jenis komoditas perkebunan, PTPN sekarang terlihat fokus di teh dan gula. Mengapa PTPN berambisi menguasai pasar teh dan gula nasional?
Ketersediaan Lahan PTPN
Luas kebun teh PTPN sebanyak 30.017 hektar dari total luas kebun teh di Indonesia yaitu 107.905 ribu hektar. Sedangkan luas perkebunan tebu PTPN sebanyak 152.743 hektar dari total luas perkebunan tebu di Indonesia yaitu 488.900 hektar. Jika dilihat dari luas lahan teh dan tebu, PTPN sebenarnya tidak menguasai setengah dari total lahan.
Pembaca perlu mengingat bahwa Indonesia pernah jaya di industri gula dan teh pada masa kolonial belanda. Terkenalnya gula dari Indonesia sempat disebut sebagai emas putih di Inggris. Di puncak kejayaannya, pemerintah Hindia Belanda mampu menghasilkan 2,4 juta ton dengan luas hanya 196.592 hektar yang berarti produktivitas per hektar sebesar 14,7 juta ton.Â
Nasib mujur juga terjadi pada teh di masa pemerintahan Hindia Belanda. Priangan sebagai lokasi teh pertama kali sempat disebut sebagai tambang emas hijau. Pada tahun 1941 terdapat 243 pabrik teh di Indonesia dengan luas kebun teh yaitu 104.481 hektar. Jika mengingat masa kejayaan itu, sebenarnya PTPN masih memiliki lahan yang dapat diekspansi dan melakukan peningkatan produktivitas.
Pertumbuhan Permintaan
Permintaan Teh
Secara global, tren peningkatan teh meningkat 6,79 persen atau sebesar USD 247,2 miliar. Meskipun demikian, permintaan teh untuk konsumsi domestik tidak naik secara signifikan. Produksi teh 2021 meningkat 13,45 persen dari 2020 sedangkan permintaan teh celup dalam negeri hanya meningkat 0,72 persen.