Wings Group merupakan salah satu perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) lokal terkemuka di Indonesia. Perusahaan yang bermula dari produksi sabun ini tumbuh pesat hingga memiliki ratusan SKU produk rumah tangga, perawatan diri, dan makanan. Wings group menjelma menjadi kompetitor yang perlu dimonitor oleh FMCG lokal dan internasional.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa Wings Group menjadi follower yang selalu saja bisa mengambil porsi pasar. Bagaimana cara perusahaan yang berdiri 75 tahun ini bisa tumbuh dengan kokoh? Mengapa Wings Group menjadi kompetitor paling meresahkan?
Strategi me-too (amati-tiru-modifikasi terbaik)
Salah satu alasan Wings Group menjadi kompetitor paling meresahkan karena kemampuan amati, tiru, modifikasi (ATM) mereka. Wings Group mungkin bukan perusahaan pelopor sebuah produk tapi mereka follower yang pandai melihat momentum dan mendapatkannya. Cara mereka ini melalui me-too membuat mereka bersaing head-to-head dengan kompetitornya.
Produk wings bukan hanya melihat satu kompetitor tapi banyak kompetitor. Salah satu produknya yang terkenal "Mie Sedaap" merupakan produk me-too dari Indomie milik Indofood. Mereka juga mengeluarkan "Ciptadent" untuk bersaing dengan Pepsodent milik Unilever.Â
Unilever merupakan salah satu perusahaan yang paling sering diintai oleh Wing Group dalam peluncuran produk baru. Banyak produk Wings yang bersenggolan langsung dengan Unilever seperti Daia, Giv, So Klin, Nuvo, Emeron, dan Mama Lemon. Aksi ini tentu saja sah karena di pasar persaingan sempurna siapa saja dapat bersaing.
Rantai pasok efisien (harga produk murah)
Alasan kedua mengapa Wings Group meresahkan adalah harga produk yang mereka tawarkan. Wings menjual produk me-too mereka dengan harga lebih murah dibandingkan pesaing.
Hal ini membuat masyarakat yang didominasi oleh menengah ke bawah beralih ke produk Wings. Kemampuan menekan harga ini tidak lari dari rantai pasok mereka yang efisien.