Belakangan ini rupiah bergerak di kisaran Rp14.910 hingga Rp15.100 terhadap dolar Amerika Serikat. Pelemahan rupiah dianggap wajar untuk negara berkembang seiring dengan sulitnya perekonomian global. Kekhawatiran resesi menambah tekanan untuk negara berkembang. Lalu faktor apa saja yang membuat rupiah melemah?Â
<< Bloomberg yang mengutip data Kementerian Keuangan menyebutkan, dana asing keluar sekitar US$60 juta atau sekitar Rp900 miliar pada 4 juli 2022.Â
<< Dana asing keluar dari pasar saham, sekitar US$38 juta atau Rp575 miliar pada 5 juli 2022.
<< Investor asing memilih memindahkan uangnya ke safe haven seperti obligasi Amerika Serikat.
<< Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Inflasi pada Juni sebesar 4,35 persen secara tahunan, tertinggi dalam lima tahun terakhir.Â
<< Kenaikan suku bunga oleh The Federal Reserve.
Berdasarkan fakta di atas, dapat disimpulkan pelemahan rupiah berasal dari faktor eksternal dan internal namun lebih banyak dari eksternal. Pelemahan kurs ini bukan pertama kali dihadapi, bisa dilihat secara grafik kurs rupiah terhadap dolar cenderung naik. Namun apa saja langkah yang sudah pernah dilakukan Pemerintah dan Bank Indonesia untuk menguatkan rupiah?
Langkah Pemerintah dan Bank Indonesia
<< Bank Indonesia melakukan intervensi melalui kebijakan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) dalam denominasi rupiah untuk memitigasi risiko nilai tukar dan pasar spot dengan menjual dolar AS, serta membeli obligasi pemerintah dalam mata uang rupiah di pasar sekunder.
<< Pemerintah menaikkan tarif PPh impor.
<< Membatasi impor barang yang tidak diperlukan.