Komisi VI DPR RI menyetujui pemberian penyertaan modal negara (PMN) dari duit APBN senilai Rp7,5 triliun dari pemerintah untuk Garuda Indonesia pada tahun anggaran 2022.Â
Menurut pernyataan Menteri BUMN Erick Thohir, model bisnis Garuda Indonesia telah salah selama ini. Bahkan model ini sudah berlangsung selama puluhan tahun. Â Secara rinci berikut dipaparkan kesalahan model bisnis Garuda Indonesia
- Garuda Indonesia memiliki pesawat sewaan yang beragam
Tidak ada yang salah dengan kepemilikan pesawat yang beragam, pemilihan dan keputusan penggunaan menjadi permasalahan model bisnis. Diketahui ada oknum yang membuat skenario untuk terbang ke sini mesti menggunakan pesawat tertentu.Â
Skenario semakin parah karena pesawat yang digunakan merupakan pesawat sewaan dengan biaya sewa 28 persen dari cost operational. Selain biaya sewa yang tinggi, diketahui penyewaan pesawat dilakukan tanpa menentukan rute perjalanan terlebih dahulu.
- Garuda Indonesia sangat fokus ke pasar Internasional
Merupakan kebanggaan bahwa Garuda Indonesia terbang melayani penerbangan internasional dan anak usahanya, Citilink Indonesia menangani penerbangan domestik.Â
Permasalahan terjadi karena fokus ke pasar Internasional terlalu besar sedangkan jumlah bandara di Indonesia menyentuh 673 bandara (terbanyak di Asia) di 2021. Garuda Indonesia yang fokus pada segmen atas mungkin akan sedikit mengalami kesulitan penumpang karena faktor ekonomi orang Indonesia dan lainnya namun dapat diatasi dengan pemilihan rute yang tepat.
- Tidak optimalisasi anak usaha
Lion Parcel, mungkin sangat sering terdengar di masyarakat. Bagaimana dengan Garuda/Citilink Parcel? Sangat disayangkan karena jasa pengiriman sangat pesat berkembang dan Citilink tidak mengambil kesempatan dengan baik.Â
Begitu juga dengan Garuda Maintenance, dengan kapasitas dan sumberdaya seharusnya Garuda Maintenance bisa menjadi leader di Asia Tenggara. Cukup disayangkan mengapa isu Garuda Maintenance masuk ke bisnis pertahanan setelah induk usahanya mulai kesulitan. Mengapa tidak terjun ke sektor lain dari awal sebagai inisiatif untuk mengembangkan induk usaha?
Dikutip dari pernyataan Erick, untuk sekarang ada tiga faktor yang disorot untuk segera diperbaiki meliputi penyewaan pesawat terbang, standard operating procedure (SOP), dan model bisnis. Meskipun model bisnis sudah benar, Garuda Indonesia tetap tidak akan terbang perkasa jika masih ada orang yang bermain dibelakangnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H