Jamin terkadang meninggalkan gerobaknya sejenak, untuk duduk berdua di samping gadis itu. Sering mereka saling lihat-lihatan, tanpa ada suara. Tatapan masing-masing begitu hangat. Gadis itu kerap menyandarkan kepalanya di bahu Jamin.
Sayang, tidaklah banyak cerita cinta yang berhasil dari sosok orang punya dengan kaum jelata. Kabar itu terdengar oleh ayah gadis itu. Ia lantas memarahi sopirnya terdahulu sampai-sampai memecatnya. Ia tidak suka, mengapa selalu mengantarkan anaknya ke taman itu setiap siang. Sodri tidak pernah tahu hal itu.
Kini, gadis itu hanya bisa merasakan kembali hangatnya cinta bersama Jamin pada selembar kertas yang selalu dilukisnya. Ia memandang punggung Jamin, lelaki yang telah menyelamatkannya itu.Â
Ia tidak pernah berhenti dan akan selalu melukis Jamin, es goyang, dan gerobaknya, pada setiap kertas gambarnya. Betapa cinta itu terasa olehnya menjadi sempurna, setelah ia menikmati es goyang, yang sebentar lagi datang, dibawa oleh Sodri dalam rantang berisi es-es balok itu.
...
Jakarta,Â
24 Oktober 2021
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H